Kita akan bermudzakaroh tentang pentingnya melibatkan isteri dalam kerja dakwah kita :
1. Bagaiamana tanggung jawab isteri kepada suami
2. Bagaimana tanggung jawab isteri dalam kerja dakwah
3. Bagaimana kita meletakkan isteri kita dalam kerja dakwah (tertib-tertib kerja masturot)
Allah swt sudah menyertakan umat ini dalam kerja kenabian yaitu kerja dakwah. Semenjak hari pertama kenabian, maka Allah Swt sudah perintah kepada Rasullullah SAW untuk mengumumkan kepada ummat ini bahwa :
“Qul Hadzihi Sabili Ad’u Illallah ala Bashirotin ana wamanit taba ani”
Artinya : Katakanlah wahai muhammad ini adalah jalanku, yaitu mengajak orang kepada Allah, dengan Hujjah yang nyata, aku dan pengikutku.
Maksudnya apa dari ayat ini, Nabi saw manyampaikan jalan hidupnya, way of life of Rasullullah Saw, Manhaju Hayati. Apa kerja Nabi SAW ? yaitu mengajak orang untuk taat kepada Allah, dakwah. Ala Bashirotin yaitu dengan Hujjah yang nyata, dengan dalil yang jelas, dan pandangan hati (keyakinan). Jadi kerja dakwah ini berdasarkan ala Bashirohtin atau pandangan hati, bukan ala Bashorin atau pandangan mata.
Syekh Ilyas Rah.A Katakan :
“Orang yang mampu menghandle kerja dakwah, baik yang mampu untuk keluar ataupun menghidupkan maqomi, adalah orang-orang yang memiliki keyakinan (bashiroh).”
Orang yang tidak mempunyai keyakinan atau bashiroh tidak akan mampu istiqomah dalam dakwah ataupun menghandle kerja dakwahnya dengan baik. Kerja dakwah ini menggunakan bashiroh kalo kerja dunia bashorin. Contohnya :
“Katika waktu dzuhur datang, dia mengojek, sudah mau ke mesjid, tiba-tiba orang datang minta dihantarkan ke tanah abang dengan tarif Rp. 100.000 tidak jauh dari mesjidnya. Padahal ketanah Abang dari situ cuman Rp. 10.000, tapi ini dikasih 10 kali lipatnya. Jika si ojek ini bashirohnya tidak tajam maka dia akan antarkan orang ini ke tanah abang sehingga dia masbuk sholatnya dan kehilangan sholat sunnah qobliah demi Rp. 100.000. Kalo si ojek ini bashirohnya tinggi maka dia akan tolak tawaran itu dengan katakan, “walaupun kamu beri 1 Miliar saya tidak akan mengantarkan bapak kalau harus kehilangan sholat atau jadi masbuk.” Ini karena si ojek tau nilainya takbiratul ula, inilah bashiroh.”
Inilah maksud dari orang yang mampu menghandle kerja dakwah ini adalah orang-orang yang punya bashiroh, ala bashirotin. Jadi dakwah ini kerja siapa ? ana wamanit taba’ani, yaitu aku dan pengikutku. Siapa aja ini pengikut Rasullullah SAW ? ini termasuk laki-laki dan perempuan, dua-dua mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap dakwah. Jadi kewajiban mendakwahkan agama ini bukan tanggung jawab laki-laki saja tapi laki-laki dan wanita juga.
Begitu juga para sahabat laki-laki dan wanita, kerja sama dalam dakwah, maka Allah puji mereka :
“Kuntum Choiru Ummati ukhrijat linnaas Takmuruna bil ma’ruf watan hauna anil mungkar watu’minuna Billah”
Artinya : “ Sesungguhnya Kalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang Ma’ruf (dakwah), dan mecegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah…” (3 :111)
Pujian ini bukan untuk laki-laki saja, bukan hanya untuk Abu Bakar RA, Umar RA, Utsman RA, Ali RA, tidak, tetapi juga untuk, Aisyah RA, Hafsah RA, Khadijah RA, Fathimah RA, dan yang lainnya, laki-laki dan wanita. Jadi kata-kata “kuntum” disini ini untuk ummat Nabi SAW, laki-laki dan wanita. Bahkan Allah tekankan lagi dalam surat taubah tentang pentingnya kerja sama suami istri, laki-laki dan wanita dalam menghandle kerja dakwah :
“walmu’minu walmu’minat Ba’duhum aulia Ba’d” artinya : para mukmin laki-laki dan mukmin perempuan dapat satu sama lain bekerja sama, saling tolong menolong.
Bekerja sama dan saling tolong menolong dalam hal apa ?
1. Kalau kerjasama dalam hal membikin rumah, ini burungpun juga bisa.
2. Kalau kerjasama dalam hal mencari nafkah, orang china lebih pandai ( begitu juga yahudi )
è Kalau kita lihat di glodok toko orang china ini pasti ada istrinya ikut jaga. Boleh dikatakan keajaiban dunia yang ke berapa kalau ada toko china, istrinya gak ada di toko
1. Kalau kerjasama hanya dalam hal mencetak anak saja, ini banyak binatang yang lebih pandai dari manusia. Contoh : tidak ada babi lahir anaknya satu tidak ada, babi ini sekali ngelahirin anaknya bisa 5 s/d 7.
Maka untuk membedakan kerjasama yang dimaksud adalah :
walmu’minu walmu’minat Ba’duhum aulia Ba’d,
1. “Ya’muruna bil ma’ruf wayan hauna anil mungkar” : kerja sama dam Dakwah
2. “Wa yakimunasholah” : kerja sama dalam mendirikan sholat
3. “Waya’tunaz zakah” : kerja sama dalam membayar zakat dan sedekah saling mengingatkan
4. “Wa’atiu nallah warosulahu” : Kerja sama dalam mentaati perintah Allah dan sunnah2 Nabi Saw
Inilah kerjasama dalam maksud hidup :
1. Dalam Dakwah
2. Dalam menegakkan Sholat
3. Dalam Menunaikan hak-hak orang lain yaitu dengan membayar Zakat
4. Dalam mentaati perintah Allah SWT dan Sunnah-sunnah Nabi SAW.
Maka jika kerjasama ini dilakukan janji Allah :
“Ulaika sayyar hamu humullah” Artinya : “Mereka akan mendapatkan limpahan rahmat daripada Allah Swt.” (9:71)
Jadi suami istri akan mendapatkan limpahan rahmat Allah Swt setelah ada kerja sama dalam mencapai maksud hidup. Namun rahmat Allah tidak akan turun jika suami isteri ini hanya kerja sama untuk keperluan hidup. Ini ayat-ayat Al Quran yang menyeru kita untuk bekerja sama dengan isteri kita dalam maksud hidup yaitu dalam dakwah. Nabi Saw juga memberikan contoh kepada ummat tentang pentingnya kerja sama dalam dakwah dengan isteri ini. Ketika dalam keadaan pada waktu itu kerisauan yang luar biasa, ketika menerima wahyu pertama kali, orang yang pertama kali Nabi Saw temui ini untuk dijadikan partner dalam dakwah bukan Abu Bakar RA, sahabatnya, atau Ali RA, keponakannya, tidak, tapi orang yang pertama kali Nabi SAW temui adalah isterinya, Khadijah R.ha. Dari Goa Hira langsung ke rumah isterinya Khadijah R.ha.
Dunia boleh menantang tapi kalau isteri mendukung, maka itu adalah pintu gerbang bagi kehidupan seorang da’i. Namun dunia setuju sama dia, orang suka dengar bayannya, tapi jika isterinya tidak setuju maka ini adalah kehidupan yang seperti neraka bagi seorang da’i. Maka Nabi SAW memberikan contoh, sunnah yang paling hebat, yang pertama kali Nabi SAW lakukan dalam kerja ini adalah menjadikan istrinya partner dalam kerja dakwah. Sejarah sudah membuktikan sebelum jamannya Nabi Saw, bahwasanya Nabi-nabi yang dibantu oleh istri-istri mereka maka taskilannya banyak, pengikutnya banyak :
1. Nabi Ibrahim AS dibantu oleh dua istrinya : Sarah R.ha dan Sarah R.ha à Banyak pengikutnya dan banyak lahir Nabi-nabi dari mereka
2. Nabi Musa AS didukung oleh istrinya : Soffah R.ha à waktu sakit ditinggal di lereng gunung demi dakwah ke Firaun hingga Bani Israel mengikutinya
3. Nabi Muhammad Saw didukung oleh istri-istrinya à Umatnya banyak sekali hingga hari ini
Sedangkan Nabi-nabi yang tidak didukung istrinya dalam kerja dakwah ini maka sejarah membuktikan taskilannya sedikit. Memang Hidayah ada ditangan Allah Swt, namun asbab daripada sedikitnya taskilan ini sudah Allah jelaskan dalam Al Quran :
1. Nabi Nuh AS letih siang malam dakwah selama 950 tahun tapi taskilan hanya 83 orang saja
2. Nabi Luth AS dakwah dalam waktu yang lama tapi taskilannya hanya kedua orang putrinya saja
Kenapa ? ini Allah ceritakan dalam Al Quran bahwa Nabi Nuh AS dan Nabi Luth AS mereka tidak mendapat dukungan dari pada istri mereka. Istri Nabi Nuh AS dan istri Nabi luth, dua-duanya berada didalam naungan dua orang sholeh, yaitu dua orang Nabi, namun mereka telah melakukan pengkhianatan kepada suami mereka. Pengkhianatan seperti apa yang dimaksud Allah Swt ? Istri nabi Nuh AS berkhidmat kepada Nabi Nuh AS, peran sebagai istri tetap dijalankan. Kewajibannya sebagai istri tetap dijalanin dalam memenuhi kebutuhan dan keperluan suami. Namun pengkhianatan disini bukannya istri nabi Nuh AS itu selingkuh, tidak. Pengkhianatan disini adalah menurut Al Quran tidak sertanya istri dalam perjuangan dakwah suami.
“Jadi pengkhianatan seorang istri adalah ketika istri tidak ikut serta dalam perjuangan dakwah suami. Sedangkan suami yang tidak mengikut sertakan istrinya dalam kerja dakwah ini adalah suami yang membiarkan istrinya dalam pengkianatan.”
Apakah kita merasa gembira mempunyai seorang istri yang “Khianat” ? Na’udzubillah. Kenapa kita musti senang hidup bersama istri yang “Khianat” ? Kita sangat marah bila istri kita terkesan dengan laki-laki lain, tapi tidak marah kalau istri tidak ikut dalam kerja dakwah. Hari ini kita merasa berdosa kalau tidak sholat, tapi tidak merasa berdosa kalau tidak jaulah. Hari ini kita merasa berdosa kalau bayar zakat, tapi tidak merasa berdosa kalau taklim dirumah tidak hidup. Padahal tidak hidupnya jaulah, tidak hidupnya taklim, lebih berdosa dari itu semua.
Kisah :
Seorang wanita telah datang kepada Rasullullah Saw dengan pengakuan, “Ya Rasullullah Saw, saya sudah berzina, bersihkan saya ya Rasullullah Saw.” Ajaib, orang dateng mengaku berzina, namun Nabi Saw menghadapi wanita ini dengan sikap mahabbah dan kelembutan. Nabi Saw merasa wanita mungkin hanya berpegang-pegang tangan saja, berprasangka baik Nabi SAW, wanita ini disuruh pulang oleh Nabi SAW. Akhirnya wanita ini pulang.
Setelah beberapa bulan wanita ini kembali lagi dalam keadaan hamil dan berkata, “Ya Rasullullah betul saya sudah melakukan zina, ini buktinya saya hamil, bersihkan saya ya Rasullullah Saw.” Wanita ini faham jika dia bersedia dihukum, dirajam, dia jalani hukuman, dibersihkan di dunia ini, maka di akherat dia akan selamat. Kalau tidak dibersihkan didunia maka kengerian apa yang akan dia alami nanti di akherat nanti. Maka Nabi Saw perintahkan agar dipanggilkan Wali dari wanita ini. Nabi Saw perintahkan kepada walinya agar merawat daripada wanita dengan baik ini sampai dia melahirkan.
Sembilan bulan sepuluh hari wanita ini mengandung mujahddah tersiksa dengan perasaan bersalah tersebut. Sehingga ketika melahirkan dia bawa anaknya yang baru dilahirkan ini kepada Rasullullah Saw, “Ya Rasullullah Saw, kini saya telah melahirkan dan ini anak saya, maka tolong bersihkan saya.” Namun Nabi Saw perintahkan kepada wanita tersebut untuk membesarkan anaknya hingga mampu memegang makanannya sendiri.
Akhirnya dua tahun sudah berlalu, dia lewati dengan penderitaan bathin, takut-takut dia mati sebelum dibersihkan di dunia. Maka setelah dua tahun, anaknya sudah bisa memegang makanannya sendiri, wanita ini kembali lagi ke Nabi Saw untuk minta dibersihkan. Wanita ini berkata, “Ya Rasullullah kini anakku sudah bisa memegang makanannya sendiri, bersihkan saya.” Maka Nabi Saw perintahkan kepada para sahabat untuk menjalankan hukuman Rajam kepada wanita tersebut. Setelah meninggal, mak di mandikan dan di kafanin, lalu di sholatkan di imami oleh Rasullullah Saw. Umar RA protes dan menarik Nabi Saw, “Ya Rasullullah kenapa engkau sholati dia, padahal wanita ini seorang penzina ?” Namun nabi saw katakan, “Wahai Umar wanita ini sudah bertaubat, yang mana taubatnya ini sudah diterima oleh Allah Swt. Andaikan digantikan oleh 70 orang laki-laki di kota madinah ini niscaya mereka semua masuk surga”
Ini adalah kisah seorang wanita penzina yang datang kepada Nabi SAW, namun Nabi SAW masih bisa memperlakukannya dengan baik dan lembut. Namun ada kisah 3 orang sahabat yang watt listriknya joss dalam perjuangan agama, suatu ketika mangkir dari perjuangan agama, dalam perang tabuk, Muroroh RA, Kaab, dan Hilal RA. Mereka ini sahabat-sahabat yang dikenal keberaniannya dan tidak pernah lewat sekalipun dari perjuangan agama, kecuali dari perang tabuk. Setelah Nabi Saw pulang dari Tabuk, mereka menghadap Nabi Saw untuk minta maaf dan memberikan alasan kenapa mereka tidak ikut dalam perjuangan agama. Apa kata Nabi Saw ? “Perkara ini saya tidak berani memutuskan, nanti tunggu keputusan dari langit.” Dalam perkara ini Nabi Saw tidak bisa membuat keputusan terhadap orang-orang lama yang mangkir dari takaza agama. Maka keputusan dari langit adalah semua masyarakat madinah agar memberikan embargo dan boikot tidak boleh berbicara kepada mereka, yaitu 3 orang sahabat tadi yang mangkir dari perjuangan agama. Bahkan hukum memberikan salam ini yang wajib bagi semua orang islam, diharamkan untuk menjawab salam atau memberikan salam kepada mereka asbab meninggalkan perjuangan agama. Bahkan di hari ke 41, Jibril AS turun membawa perintah agar istri-istri 3 orang sahabat tadi meninggalkan suami mereka. Sehingga ketika itu bumi madinah yang begitu luas, terasa sempit bagi mereka. Setelah hari ke 51 turunlah pengampunan bagi mereka dari Allah Swt. Iini ajaib, seorang pezina datang, namun Nabi Saw masih bisa berlaku lembut kepadanya, namun 3 orang sahabat, bukan seorang pezina, bukan seorang pemabuk, hanya meninggalkan perjuangan agama, maka boikot 50 hari tidak boleh berbicara.
Saat istri tidak sholat maka ini berdosa, namun jika istri tidak ikut dalam perjuangan agama, dalam dakwah, maka dosanya melebihi dari pada sholat itu sendiri. Bagaimanapun keberhasilan suami dalam dakwah, dalam taskilan, ini bergantung daripada dukungan istri.
Maulana Mustaqiem katakan di cianjur dalam bayan masturot :
“Jika Allah ingin menurunkan agama di suatu kampung, maka Allah kirimkan Nabi. Jadi yang membawa agama ini adalah Nabi. Dan sudah menjadi keputusan Allah bahwa semua Nabi laki-laki, tidak ada Nabi yang wanita. Namun berapa besar hidayah yang turun dan tersebar ini di kampung tempat Nabi berdakwah tadi, yang dipandang Allah bukan pengorbanan Nabinya, tidak, tapi yang dipandang Allah adalah pengorbanan istri-istri Nabi tersebut. Inilah ukuran besarnya hidayah yang turun asbab daripada pengorbanan istri-istri Nabi tadi. Jadi dalam dakwah jika istri Nabi ini ikut berkorban maka taskilan daripada Nabi ini akan banyak, namun jika istri tidak ikut berkorban, maka tasilan Nabi-nabi ini akan sedikit.”
Karkun 4 bulan, setiap harinya dakwah 8 jam di maqominya, keluar 10 hari tiap bulan, namun jika dia tidak melibatkan istrinya dalam dakwah, maka dia akan berhadapan dengan keadaan tidak akan mendapatkan taskilan di kampung dia. Di kisah sahabat diceritakan bahwa Abu Bakar RA dan Ali Ra, mereka yang pertama masuk islam disebabkan oleh dakwah Nabi Saw. Namun Umar RA, masuk islam disebabkan oleh taklim rumahnya adik perempuannya, Fathiman bin ish.
Kisah masuk islamnya Umar RA :
Ketika dalam perjalanan mau membunuh Nabi SAW, umar RA bertemu Saad bin Abi waqqash dan mengutarakan niatnya untuk membunuh Nabi Saw. Lalu Saad RA memberi tahu bahwa adik perempuan Umar RA sudah masuk islam terlebih dahulu. “Ngapain kamu ngurusin Muhammad, itu adik kamu sudah masuk islam, itu saja dulu kamu urusin.” Mendengar hal ini Umar RA marah, lalu mendatangi rumah adiknya, yang didalam sedang melakukan taklim dengan suaminya Kaab RA. Maka digedorlah rumah adiknya, terkejut melihat umar maka dipukul lah iparnya ini hingga terjatuh dan berdarah. Adik umar yang perempuan ikut ingin melerai dipukul juga oleh Umar RA hingga terjatuh dan berdarah. Adik perempuan umar ini seorang wanita yang lemah berhadapan dengan seorang laki-laki yang kuat, abangnya sendiri, namun karena kekuatan imannya ia berkata, “ Wahai Umar kerjakan apa yang kamu inginkan kami tidak akan meninggalkan islam.” Hardikan yang datang dari kekuatan iman ini mampu membuat seorang umar yang di gelar “singa padang pasir”, tidak berdaya pada waktu itu. Hingga Umar bertanya, “Apa yang kamu baca itu ?” adiknya menghardik lagi, “Kamu ini Najis, mandi dulu, baru baca.” Inilah kekuatan wanita yang Imannya terhujam dihati mampu menaklukan pria yang terkenal kejam dan bengis pada waktu itu, hanya dengan hardikan yang bersumber dari kekuatan imannya. Umar mandi lalu bersimpuh dihadapan adiknya untuk mendengar apa yang dibacakan adiknya. Akhirnya umar minta dibawa menghadap Nabi Saw untuk masuk islam.
Kisah masuk islamnya Ustman bin Affan RA :
Dalam kitab sahabat ada 3 riwayat masuk Islamnya Ustman bin Affan, yaitu :
1. ketika pulang dari syam beliau bermimpi
2. ketemu dengan sahabatnya Abu Bakar RA, lalu ditaskil
3. ditaskil oleh bibinya Arwah R.ha
Didalam mimpi Utman ditaskil oleh bibinya Arwah R.ha, yang mengatakan, “Wahai Utsman telah datang seorang Nabi membawa islam, masuk islamlah kamu.” Maka pergilah utsman ke Abu Bakar RA menceritakanmimpinya dan Abu Bakar RA membenarkannya. Maka dibawalah Utsman RA ke Nabi SAW untuk mengucapkan syahadat masuk islam.
Allah anugerahkan kelembutan hati pada wanita, maka mahluk yang paling cepat melaksanakan hukum Allah Swt ini adalah wanita :
1. Ketika Allah perintahkan ini ummat untuk mengorbankan harta dan dirinya di jalan Allah, maka siapa yang pertama kali berkorban, ini adalah wanita syahiddah, yaitu Sumayyah R.ha.
2. Orang yang pertama kali menghabiskan duitnya di jalan Allah ini adalah wanita, yaitu Khadijah R.ha.
3. Semua bibi-bibi Rasullullah Saw ini semuanya masuk islam, tidak ada satupun bibi rasullullah Saw ini yang tidak masuk islam. Namun paman Nabi Saw ada yang tidak menerima islam yaitu Abu Thalib dan Abu Lahab. Namun yang menerima adalah Hamzah RA dan Abbas RA. Semua wanita dikalangan keluarga Nabi SAW memeluk islam
Inilah hebatnya wanita ini jika ikut serta dalam perjuangan agama. Terbinanya anak kita dirumah ini bukan bergantung pada laki-lakinya yaitu bergantung pada kesholehan ibunya. Dalam Quran diterangkan :
“Tanah yang subur akan tumbuh daripada tanaman yang subur pula, Tanah yang gersang jangan diharapkan tumbuh tanaman yang baik melainkan yang gersang pula.”
Menurut tafsir ulama bahwa ayat ini yang dimaksudkan tanah dalam ayat ini adalah adalah wanita. Bersumber dari wanita yang sholeh ini akan lahir dan tumbuh anak-anak yang sholeh. Namun bersumber dari wanita yang tidak baik jangan harapkan lahir dan tumbuh anak yang baik melainkan anak yang tidak baik pula sebagaimana tanah yang gersang tidak akan tumbuh tumbuhan yang baik melainkan yang gersang pula.
Suami boleh Nabi atau boleh Wali, tetapi istrinya tidak benar, bukan dari orang yang baik, jangan harapkan anaknya akan baik. Suami boleh peminum dan pemabuk, tetapi kalau isteri masih tegar dalam agama, masih bisa diharapkan untuk mendapatkan anak dan keturunan yang baik :
1. Nuh AS seorang Nabi, lihat bagaimana anaknya. Ketika Nuh AS panggil anaknya untuk naik ke dalam kapal untuk diselamatkan karena semuanya akan Allah tenggelamkan. Tetapi apa kata anak Nuh AS ? dia menolak daripada perintah ayahnya dan memilih untuk naik ke atas gunung agar selamat dari air, yang akhirnya gunungpun Allah tenggelamkan.
2. Beda dengan Ibrahim AS, lihat bagaimana anaknya. Nabi Ibrahim AS bercerita kepada Ismail tentang mimpinya yang Haq bahwa dia bermimpi diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya ismail. Nabi Ibrahim AS bertanya kepada ismail, “Bagaimana pendapatmu tentang mimpi ini ?” Nabi Ibrahim AS menanyakan pendapat anaknya ini bukan untuk bermusyawarah, karena perintah Allah tidak boleh dimusyawarahkan, tetapi untuk menguji keimanan daripada Ismail AS. Ini karena setuju atau tidak setuju pasti akan tetap disembelih juga. Namun sungguh mengejutkan jawaban dari Ismail AS ini, “Wahai ayah kerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah, maka engkau akan mendapatkan aku sebagai orang yang sabar.”
Perbedaannya :
1. Anak Nuh AS dipanggil ayahnya untuk diselamatkan dia malah menolak à Mati
2. Ismail AS dipanggil Ibrahim AS untuk disembelih, dia taat à Allah Selamatkan
Padahal Ismail AS ini jauh dari ayahnya, ditinggalkan di padang pasir bersama ibunya, tidak berjumpa dengan ayahnya bertahun-tahun, sekali berjumpa ayahnya hendak menyembelihnya. Beda dengan Nuh AS, anaknya hidup dengannya satu rumah, namun mengapa anaknya Nuh AS tidak taat kepada ayahnya, sementara ismail jauh dari ayahnya tapi mau taat kepada ayahnya, apa yang membedakannya ? padahal sama-sama anak Nabi, dan bapaknya bahkan termasuk Ulul Azmi. Perbedaannya adalah istri atau ibu mereka :
1. Anak Nuh AS, Kan’an, dididik oleh ibu yang tidak baik, tidak punya agama.
2. Anak Ibrahim AS, Ismail AS dididik, oleh ibu yang sholehah, ibu yang tegar dalam agama.
Inilah pentingnya peran ibu dalam keberhasilan pendidikan anak tersebut. Seorang pujangga sastra arab mengatakan :
“Al Ummi Madrasatul Kubro” artinya : Ibu itu adalah Madrasah (pusat pendidikan) anak terbesar.
Ibu ini adalah madrasah terbesar, lebih besar dari Al Azhar mesir, lebih besar dari Harvard di amerika, lebih besar dari Universitas Indonesia, lebih besar dari gontor, lebih besar dari seluruh pesantren terbaik di dunia.
“In adza saha adzatan sya’ban thoyiban saro”
artinya :
“Kalau kamu siapkan dirimu dengan baik berarti kamu telah menyiapkan satu generasi yang akan mengharumkan nama bangsanya.”
Baiknya satu generasi ini bergantung kepada wanitanya. Ada kisah di tempat saya :
Seorang laki-laki peminum dan pemabuk, setiap hari kerjanya minta duit untuk minum dan kemana-mana bawa pisau. Kawan-kawan berpikir bagaimana dia ini bisa keluar, dan alhamdullillah sekarang dia sudah keluar 3 hari lalu berangkat ke lampung 40 hari. Saya jadi akrab dengan beliau sehingga sering kerumahnya. Di rumahnya ini saya terkejut dia mempunyai anak dua perempuan, terdidik dengan baik dan sarjana dari universitas agama. Saya terheran sehingga saya memberanikan diri untuk bertanya, “Pak maaf nih, anda inikan pemabuk dan peminum, tetapi kenapa anak anda bisa terdidik dengan baik, bahkan lulus dari universitas agama (UIN) ?” ketika saya tanya ini dia menangis, lalu menjawab, “Ustadz istri saya ini terlalu baik dengan saya. Kalau saya pulang mabuk malam hari, istri saya menunggu di depan pintu, dan tidak pernah mengeluarkan kata-kata kotor atau bersikap kasar pada saya. Setiap pulang saya selalu di sambut oleh istri saya, dibawa ke kursi atau ranjang untuk dibaringkan, lalu dibersihkannya saya. Kaki saya dia bersihkan, mulut saya dia bersihkan. Lalu Anehnya lagi di pagi hari ketika saya masih teler, mabuk, namun sebelum anak-anak saya ini pergi sekolah, dia selalu mengatakan kepada anak-anak saya, “tidak ada yang boleh keluar rumah sebelum mencium tangan ayahnya.”
Ini seorang istri yang tegar, dia tahu suaminya seorang peminum dan pemabuk, dia terima ikhlas kenyataan itu terlebih dahulu. Bahkan dia memberikan contoh dihadapan anak walaupun suaminya demi kian tapi tetap dia hormati. Maka walaupun suaminya demikian seorang peminum dan pemabuk, tetapi isterinya tegar dalam agama, maka Allah didik anak-anak dia ini menjadi anak yang baik.
Jadi tidak bisa dinafikan kepentingan dari keikutsertaan istri kita ini dalam perjuangan agama, dalam kerja dakwah ini. Hari ini tersebarnya kerja dakwah wa tabligh ini keseluruh dunia inipun asbab bantuan dan fikirnya seorang wanita. Suatu majelis di India, seorang wanita tua mengumpulkan wanita-wanita lain membagi fikir. Ketika itu masih jaman penjajahan ingris, katanya, “wahai saudari-saudariku hari ini anak-anak kita sudah menyukai sekolah-sekolah orang kafir, sekolah-sekolah orang ingris (sekolah umum maksudnya). Anak-anak kita Sudah tidak mau lagi pergi ke pesantren hari ini untuk belajar. Jika ini terjadi dan dibiarkan maka nanti akan habis ulama-ulama di India ini. Jika ulama habis maka agama akan hilang dari india ini. Bagaimana menurut pendapat kalian ?”. Maka wanita-wanita di majelis itu memberikan usul-usul. Salah satu usul yang diberikan adalah mereka siap menikahkan anak mereka dengan ulama agar lahir keturunan-keturunan yang mencintai agama. Sehingga anak-anak mereka yang lahir dapat di didik untuk kepentingan agama. Seorang wanita mengajukan, “saya punya anak gadis yang siap saya nikahkan dengan orang Alim.” Maka hasil musyawarah wanita ini disampaikan ke majelis laki-laki disebelahnya. Maka para ulama di majelis sebelah terhean-heran masih ada di jaman seperti ini, masih ada seorang yang wanita yang memiliki kerisauan dan fikiran seperti demikian. Akhirnya sama majelis laki-laki disebelah ditakazakanlah kepada mereka yang alim di majelis itu. Semua ulama yang hadir pada waktu mengaku sudah menikah semuanya, kecuali seorang ulama yang duda, yaitu syekh ismail. Maka seykh ismail sampaikan, “Saya ini duda, jika ibu tersebut bersedia mengawinkan anaknya kepada saya, maka saya akan nikahkan putrinya.” Maka disampaikanlah kesiapan syekh ismail tadi kepada ibu yang siap menikahkan anaknya kepada seorang ulama. Akhirnya menikahlah mereka syekh ismail dan putri dari ibu tadi.
Hasil dari pernikahan syekh ismail ini lahirlah 2 orang anak :
1. Syekh Muhammad Yahya Al Khandalawi Rah.A à Lahirlah Maulana Zakaria Rah.A
2. Syekh Muhammad Ilyas AL Khandalawi Rah.A à Lahirlah Maulana Jusuf Rah.A
Dari Maulana Ilyas ini lahirlah usaha dakwah, dari Maulana Jusuf lahirkah kitab Hayatus Sahabah dan tertib-tertib dakwah. Dari jalur Muhammad Yahya lahirlah seorang Muhaddits terbesar dijamannya yaitu Syekh Maulana Zakaria Rah.A, pembuat kitab Fadhoil Amal, best seller, kitab dakwah, yang terjual diseluruh dunia dan dibeli hingga kini. Asbab kitab Fadhilah amal ini lahirlah banyak sekali hafidz-hafidz Quran, asbab dibacanya bab dalam Fadhilah amal ini tentang fadhilah Quran. Jadi wujudnya usaha dakwah di seluruh dunia, tersebarnya kitab-kitab fadhilah amal, dan dikirimnya anak-anak kita menjadi hafidz-hafidz di temboro, di pakistan, di india, di sragen, di magelang, dan dimana-mana ini asbab fikirnya seorang wanita tadi. Jadi semua pahala ini, pahala maulana ilyas rah.a, pahala syekh jusuf rah.a, pahala maulana zakaria rah.a, semua pahala hafdz-hafidz yang timbul dari membaca fadhilah amal, semua pahala-pahala orang dalam dakwah ini, mengalir kepada siapa ? kepada wanita di majelis tadi yang punya fikir agama tersebut.
Kisah isteri Maulana Jusuf Al Khandalawi Rah.A :
Maulana Jusuf ini rumahnya terpisahkan hanya oleh selembar karung goni dengan mesjid tempat beliau mengatur kerja dakwah. Rumahnya bukan terpisahkan oleh kain yang mahal, tirai yang mahal, tidak tapi hanya terpisahkan oleh karung goni, begitu sederhananya kehidupan beliau ini. Sangking sibuknya maulana Jusuf ini disibukkan oleh kerja dakwah, menuntaskan buku hayatus sahabah, menegakkan ushul-ushul dakwah, mengatur jemaah, kadang-kadang baru bisa mengunjungi istrinya dua minggu sekali saja.
Suatu ketika istri Maulana Jusuf ini sakit keras, datanglah utusan dari rumah beliau untuk menyampaikan bahwa isterinya sakit keras. Namun asbab kesibukan beliau dalam dakwah, ummat banyak yang membutuhkan arahan beliau, sehingga syekh jusuf mengatakan kepada utusan isterinya, “Sampaikan salam kepada isteriku, katakan padanya sebentar lagi saya akan menjumpainya.” Syekh Jusuf diberi kabar agar bisa segera datang untuk mendoakan isterinya yang sakit keras dan mendampingi isterinya menjelang wafat. Syekh Jusuf asbab kesibukannya mengurus umat beliau menyampaikan kepada utusan bahwa syekh Jusuf akan datang 30 menit lagi untuk menemani istrinya. Namun istri syekh Jusuf ini wanita yang luar biasa, mendengar pesan dari syekh jusuf dari utusannya ini, istrinya berkata :
“Sampaikan salamku kepada syekh Jusuf, dan katakan bahwa saya sedekahkan waktu 30 menit yang diberikan kepada saya ini, untuk ummat Rasullullah Saw. Tidak usah datang jangan alihkan kesibukkan beliau ini dari dakwah.”
Dan betul dakwah terus dijalankan oleh Maulana Jusuf Rah.A, belum sempat didatangi, istrinya sudah meninggal dunia. Waktu 30 menit yang disedekahkan oleh istri syekh jusuf Rah.A ini berapa hidayah untuk ummat Rasullullah Saw. Istri yang seperti inilah yang kita ingin, kita bentuk agar fikir dakwah ini juga terbentuk dalam diri mereka. Inilah kepentingan menjadikan istri kita ini sebagai partner dalam dakwah. Suatu kedzoliman jadikan istri kita ini hanya sebagai hamba sahaya yang kerjanya hanya mencuci pakaian kita, membersihkan rumah, ataupun memasak makanan untuk kita. Allah tidak cipatakan seorang istri ini hanya untuk menjadi hamba sahaya saja. Ketahuilah bahwa orang tua dari istri kita ini tidak pernah terpikirkan semenjak anaknya lahir itu sampai dia menikah hanya untuk menjadi hamba-hamba sahaya kita. Coba tanya mertua kita apakah ingin anak mereka menjadi hamba sahaya ? saya rasa tidak. Dan dalam Al Quran pun tidak ada ayat yang menjadikan istri ini sebagai hamba sahaya, tetapi yang ada adalah untuk dijadikan partner dalam dakwah dan juga dalam pendidikan anak. Inilah kepentingan menjadikan istri kita partner dalam kerja dakwah, insya allah kita niatkan.
Jadi dalam dakwah tanggung jawab suami dan istri sama, laki-laki dan perempuan mempunyai tanggung jawab yang sama dalam dakwah. Maka fikirnya bagi para istri ini adalah :
1. Bagaimana saya membantu menyiapkan suami saya untuk kerja dakwah ?
2. Bagaimana saya mewujudkan pendidikan anak ?
Al Quran menceritakan walaupun tanggung jawab dakwah ini sama untuk laki-laki dan perempuan, “ana wamanit taba’ani”, hanya saja medan kerjanya laki-laki dan perempuan yang dibedakan oleh Allah Swt. Disinilah ciri-ciri kelaki-lakian dapat kita lihat yaitu dari medan kerjanya. Ciri-ciri kesempurnaan laki-laki ini dapat dilihat dari 4 perkara ini :
1. Memakmurkan mesjid :
“Fi buyutina adlun kuffa wayukafihatun yusabbihulahu fi adlun asori rijalun…”
Dirumah-rumah yang didirikan dan disebut nama Allah didalamnya ini maksudnya mesjid atau rumah Allah. Mesjid ini milik Allah, jangan kalian besarkan selain Allah di mesjid. Jika ada bupati atau gubernur minta dipilih dalam mesjid, maka jangan pilih mereka. Mesjid bukan untuk kampanye atau menceritakan kebesaran gubernur atau bupati, tapi murni hanya untuk membersarkan Allah saja. Bertasbih setiap pagi dan petang dan sholat 5 kali sehari, siapa ? laki-laki, rijalun. Jadi sholat berjamaah ini adalah kerja daripada laki-laki. Namun kalau perempuan mau sholat di masjid jangan dilarang, hanya saja sholatnya wanita ini dirumah sendirian nyalebih baik 25 derajat dibanding sholatnya bersama laki-laki di mesjid. Maka nanti jika ada anak laki-laki datang mau melamar anak kita, yang pertama kali kita seleksi adalah kita tanyakan, “Dimana kamu tadi shubuh sholat ?” kalau di jawab, “di rumah.” Maka katakan. “Maaf saya tidak bisa menikahkan anak saya dengan orang yang tidak sempurna kelaki-lakiannya.”
2. Buat kerja Dakwah :
Allah berfirman :
“ kami tidak mengutus sebelum kamu, wahai muhammad, seorang Nabi kecuali laki-laki”
Tidak ada Nabi yang wanita, semua kerja Nabi ini dilakukan oleh laki-laki. Apa kerja Nabi ini adalah berdakwah. Kerja mendakwahkan agama Allah ini adalah kerja laki-laki, yang pergi mendakwahkan agama Allah kemana-mana ini adalah laki-laki. Walaupun secara tanggung jawab laki-laki dan perempuan ini mempunyai tanggung jawab yang sama dalam dakwah namun medannya beda. Kalau perempuan menghidupkan dakwah dari rumahnya, kalau laki-laki ini dengan melakukan 2.5 jam mengajak orang taat kepada Allah. Dimulai dengan berjaulah mengajak para laki-laki dikampungnya untuk mau menghidupkan sholat berjamaah di mesjid. Jadi ciri-ciri kelakian ini selain sholat berjamaah di mesjid, tapi juga mengajak orang dikampungnya untuk memakmurkan mesjid minimal 2.5 jam. Karkun yang tidak menyediakan waktu 2.5 jam ini adalah karkun yang telah kehilangan kelaki-lakiannya.
3. Siap mengangkat pedang untuk perang di jalan Allah
“Sebagaian orang beriman adalah laki-laki, laki-laki yang menepati janji siap mati di jalan Allah, sebagaimana mereka menghembuskan nafasnya mati sebagai syahid, sebagian lagi dari mereka ada yang menunggu kapan saya mati syahid, dan yang sebagian lagi tetap setia tidak merubah janji mereka untuk mati dijalan Allah.”
Jadi ciri kelaki-lakian yang ketiga adalah kesiapan dia untuk mengangkat pedang yang sudah diasah istrinya di rumah untuk membela agama Allah sampai gugur mati syahid. Jadi ciri kelaki-lakian yang ketiga dari laki-laki ini adalah memiliki pedang dirumahnya yang disiapkan sewaktu-waktu untuk dia mengangkat pedang memenuhi janjinya mati di jalan Allah. Jadi laki-laki yang tidak punya pedang adalah laki-laki yang sempurna ciri kelaki-lakiannya tersebut. Insya Allah siap punya pedang di rumah.
Laki-laki ini harus siap berperang jika ada panggilan, sedangkan perang ini dilakukan di luar rumah. Laki-laki yang berani berperang di dalam rumah ini laki-laki yang banci, yaitu laki-laki yang telah kehilangan kelaki-lakiannya. Nabi Saw bersabda :
“Apakah kamu akan menjadi seseorang yang memukuli istrinya di siang hari, seperti hamba sahaya, dan lalu melampiaskan nafsunya dimalam hari.”
Nabi Saw marah dengan perlakuan suami yang seperti ini kepada istrinya. Nabi Saw marah dengan laki-laki yang beraninya berkelahi dalam rumah. Rumah bukan tempat tempur bagi seorang laki-laki. Bukannya medan untuk suami berkelahi dengan istri, tidak. Nabi SAW marah kepada suami yang berkelahi dengan istrinya di rumah.
4. Pemimpin bagi kaum wanita di rumahnya :
“Ar Rijalun kawammuna alannisa”
Artinya : Laki-laki ini adalah pemimpin bagi kaum wanita.
Jadi ciri yang lain dari sempurnanya seorang laki-laki ini adalah sebagai pemimpin bagi kaum wanita dirumahnya. Laki-laki ini harus jadi pelindung, penyantun, dan pemimpin bagi wanita. Laki-laki yang sempurna adalah laki-laki yang bisa memimpin wanita, sedangkan laki-laki yang tidak sempurna adalah laki-laki yang dipimpin oleh wanita atau menyerahkan urusannya kepada wanita. Untuk berangkat berjuang di jalan Allah 4 bulan, saya liat dulu istri saya, kalau dia setuju saya berangkat, kalau dia tidak setuju maka saya tidak bisa berangkat, ini laki-laki yang telah hilang kelaki-lakiannya yaitu laki-laki yang Banci. Tanggung jawab laki-laki sebagai pemimpin ada 2 faktor :
1. Karena Nafkah yang dia berikan
2. Karena Tarbiyah, pendidikan, taklim yang diberikan oleh suaminya.
Note Penulis :
Tanggung Jawab Suami kepada isteri :
1. Mengajari istri tentang Iman
2. Mengajari Isteri Ilmu Agama (Taklim Rumah)
3. Memberi Nafkah Semampunya
4. Menggauli istri dengan Akhlaq yang baik
5. Memimpin istri di rumah
6. Menyiapkan isteri sebagai partner dalam dakwah
Maka laki-laki yang bisa menjadi pemimpin adalah laki-laki yang memberikan nafkah dan mendidik istrinya atau menghidupkan taklim :
1. Jika suami hanya memberikan nafkah saja, tapi tidak memberikan taklim rumah, dan si isteri mencari taklim dari luar rumahnya, ikut pengajian-pengajian diluar, maka ini akan menyebabkan isteri jadi penentang suaminya. Si istri setiap di beri tahu, dia akan bilang, “Ustadzah ini bilang seperti ini, ustadz itu bilang seperti itu…..” Maka dia akan jadi penentang kita saja, karena asbab tidak hidupnya taklim di rumah, dan istri hanya datang ke taklim ibu-ibu saja. Laki-laki yang hanya memberikan nafkah saja tapi tidak menghidupkan taklim rumah, maka laki-laki seperti ini akan kehilangan kelaki-lakiannya dimata istri, kehilangan kepemimpinannya.
2. Begitu juga laki-laki yang hanya memberi taklim saja, kerjanya taklim terus tiap hari, tetapi masih meminta-minta uang atau nafkah dari isterinya, maka laki-laki seperti ini akan kehilangan kelaki-lakiannya. Laki-laki seperti ini setiap ada takaza agama dia akan bilang, “Saya akan tanyakan dulu istri saya ?”, “Saya izin dulu sama istri saya”, “Terserah istri saya saja”.
Note penulis :
Asbab dia tidak menafkahi istrinya, akhirnya suami seperti ini mandul di mata istri. Suami yang impotent secara kepemimpinan adalah laki-laki yang tidak mampu menafkahi isterinya ataupun menyuruh isterinya bekerja menanggung beban suami. Laki-laki yang malam hari dia gauli istrinya dan siang hari dia minta uang ke istrinya, ini laki-laki macam apa ? ini namanya laki-laki murahan yaitu laki-laki pelacur. Akhirnya kehidupan suami ini diatur dibawah ketiak istri. Sementara dalam suatu hadits dikatakan bahwa :
“laki-laki yang paling Allah benci adalah yang takut sama isterinya.”
Maka Allah jelaskan dalam Al Quran ini peran daripada laki-laki ini yaitu : sholat berjamaah, berdakwah, berperang, mencari nafkah, dan memberi taklim dirumah. Kerja laki-laki ini 4 diluar rumah dan hanya 1 di dalam rumah yaitu memberikan taklim, sedangkan sholat berjamaah, berperang, berdakwah, dan mencari nafkah semuanya dikerjakan di luar rumah. Jadi Allah sudah fitrahkan laki-laki ini lebih banyak di luar rumah dibanding di dalam rumah. Laki-laki yang banyak di luar rumah itulah laki-laki, tetapi laki-laki yang lebih banyak dirumah, itulah banci atau laki-laki yang kewanita-wanitaan, atau laki-laki yang telah kehilangan kelaki-lakiannya.
Bagaimana Nabi SAW memperlakukan istrinya di rumah ?
Nabi SAW ini karakter wibawanya nampak jika diatas mimbar. Kalau sedang memberi bayan ini berapi-api, matanya merah seperti sedang seorang panglima yang sedang memimpin perang. Namun kalau sudah sampai ke rumah menjadi sangat lembut kepada istrinya.
Kisah :
Nabi SAW pulang ke rumah dan bertanya kepada Aisyah R.ha, “Wahai Aisyah adakah yang bisa dimakan hari ini ?” Aisyah R.ha menjawab, “Tidak ada ya Rasullullah.” Ini jawaban memang makanan betul-betul tidak ada di rumah Nabi SAW, bukannya aisyah tidak mau masak, tidak. Beginilah mujahaddahnya kehidupan orang yang paling dimuliakan oleh penduduk langit dan bumi. Namun bagaimana sikap Nabi SAW ketika mengetahui aisyah R.ha tidak masak karena tidak ada makanan, “Kalau begitu hari ini saya puasa.” Selesai masalah, tidak perlu perang dirumah. Nabi tidak perang sama istrinya hanya karena tidak ada makanan di rumah.
Suatu ketika Nabi SAW pulang kerumah dalam keadaan sedang puasa sunnah, lalu Aisyah R.ha hari itu sedang kebagian hadiah makanan berupa roti dan madu. Maka oleh Aisyah R.ha di suguhkan makanan tersebut kepada Rasullullah SAW untuk dinikmati. Aisyah berkata, “Ya Rasullullah SAW hari ini kita ada makanan roti dan madu mari kita nikmati sama-sama.” Inilah kerinduan istri bermesraan dengan suami yang sibuk sekali untuk ummat. Apa kata Nabi SAW, “Wahai Aisyah sebenarnya hari ini saya berpuasa” Namun untuk menyenangkan istrinya hari itu Nabi SAW batalkan puasanya untuk makan dengan istrinya. Begitulah sikap yang dicontohkan Nabi SAW kepada istrinya agar bisa membawa istrinya kedalam kerja ini.
Tapi hari ini ada saja karkun yang bicara sama istrinya : “Kamu ini fikirnya makan saja, takaza belum selesai.” Disampaikan dengan suara lantang. Naudzubillah, laki-laki yang macam apa kelakuannya seperti ini. Nabi SAW memberikan contoh bagaimana membawa istri kepada kerja dakwah harus dibawa dengan kelembutan. Nabi SAW sampaikan :
“Wanita ini seperti kaca, mudah pecah. Jadi harus diberlakukan dengan hati-hati.”
Imam Bukhori Rah.A meriwayatkan :
Suatu ketika Nabi SAW pergi haji dengan ke sembilan istrinya. Dalam perjalanan Onta ini dibawa oleh seorang sahabat, Ambasa RA. Onta yang memimpin ini biasanya kecepatannya bergantung dari yang membawanya. Maka ketika ontanya ini melaju cepat, Nabi SAW menegur Ambasa RA, “Wahai Ambasa yang kamu bawa ini adalah kaca-kaca yang mudah pecah.” Maksudnya istri-istri Nabi SAW. Nabi menegur agar mereka diberlakukan dengan hati-hati, tidak sama dengan laki-laki.
Jadi kerja atas wanita ini sangat penting namun harus dibawa penuh kehati-hatian kata syekh ilyas rah.a. Maka Allah Swt inginkan laki-laki ada kelembutan di dalam rumah, dan menghabiskan banyak waktunya di luar rumah. Untuk apa menghabiskan waktu di luar rumah ? untuk memakmurkan mesjid, berdakwah, berperang, dan mencari nafkah. Laki-laki ini sudah menjadi fitrahnya medan kerjanya di luar rumah, dan didalam rumah hanya untuk memberikan taklim. Sedangkan perempuan ini medan kerjanya dijelaskan dalam surat al ahzab ini sebagai panduan :
“Wa qola fi buyuti bihunna” artinya : “Wahai wanita tinggallah kamu di rumah-rumah kalian”
Medan kerja wanita yang pertama ini adalah di rumah-rumah mereka. Jadi azas kerja wanita ini di rumah dia. Allah Swt sudah perintahkan kaum wanita untuk tetap berada di dalam rumah-rumah mereka.
“Wahai istri-istri Nabi SAW dan wanita-wanita yang mengikuti istri-istri Nabi tinggalah di dalam rumah-rumah kalian.”
“Wala tabarujna tabauhu fi jahilina ula” artinya : “Andaikata kalian keluar rumah untuk memenuhi keperluan, janganlah kalian seperti orang-orang jahil yang memperlihatkan perhiasannya”
Allah perintahkan agar kaum wanita ini keluar rumah untuk memenuhi keperluan mereka, janganlah keluar dengan bertabarruj, yaitu menampakkan aurat mereka, alias seperti telanjang, seperti suku fak-fak di Irian sana, atau suku-suku lainnya yang menampakkan aurat mereka. Jangan membuka aurat, atau pakaian, seperti wanita primitif. Maka wanita modern dalam pandangan islam adalah wanita yang senantiasa berada dalam rumah-rumah mereka, dan ketika keluar mereka menutup aurat mereka. Sedangkan wanita primitif adalah wanita yang suka berkeliaran di luar rumah, dan menampakkan aurat mereka, membuka pakaian mereka sehingga terlihat aurat mereka. Jangan jadikan istri kita wanita primitif tetapi jadikan istri kita wanita yang modern. Suami mana yang mau menjadikan istrinya orang primitif. Kerja wanita :
1. Dirikan sholat di rumah à Wa akimish sholah
2. Membayar Zakat à Wa’tunazakah
3. Menghidupkan perintah Allah dan Sunnah Rasul di dalam rumah àWa’atiu nallah warosulahu
Kenapa wanita ini Allah tetapkan medan kerjanya di rumah ? Tujuannya adalah :
“Liyuzhiba ankumuhisaya zaituni qulikum tathiro”
Artinya :
“Allah hendak membersihkan kotoran-kotoran yang ada di hati-hati kalian wahai ahlul bait keluarga Nabi dan setiap keluarga yang hendak berjumpa di hari kiamat.”
Allah hendak menghilangkan kotoran-kotoran dari hati wanita ini sebersih-bersihnya, dengan menempatkan mereka di dalam rumah. Jadi nanti jumpa di hari kiamat dalam keadaan bersih. Dirumahkannya wanita ini untuk membersihkan kotoran-kotoran yang ada di hati, menyelamatkan mereka dari segala bentuk kemaksiatan. Dirumahkannya wanita ini untuk dimuliakan agar terjaga kesucian hatinya, tapi kalau wanita ini sudah keluar rumah maka dia kan menjadi sumber segala kerusakan dan sumber segala kemasiatan. Manfaat terbesar bagi seorang wanita ini jika dia bisa bertahan di dalam rumahnya.
Satu orang wanita tidak punya cadar atau punya satu saja untuk keluar masturot tapi dia tinggal di rumah, ini lebih baik dari satu orang wanita punya sejuta cadar atau pabrik cadar tapi kerja di pom bensin.
Kerisauan Mubayyin :
Bahkan kalau ada nanti suatu saat restauran karkun tapi pelayannya semuanya wanita-wanita pakai cadar, bakar saja restauran seperti itu, penghinaan kepada islam, penghinaan kepada tabligh. Kalau nanti ada yang minta ganti, ganti saja, minta ganti sama saya.
Lalu apa kerja wanita yang kedua di dalam rumah tersebut, selain dari pada mengerjakan sholat dan dan amaliat ibadat lainnya :
“Wazkurna ma yutla fi buyutikum ayautul bil hikmah innaloha kana fi kumuhadiroh”
Artinya:
“Bacakan, ajarkan kepada kaum wanita yang berada di rumah tadi, apa-apa yang Allah wahyukan dirumah kalian daripada Al Quran dan hikmah kisah hidup Rasullullah Saw”
Jadi wanita, Sebelum ada SK menteri agama, menteri pendidikan, Allah sudah keluarkan SK melalui surat Ahzab, Allah sudah angkat para kaum wanita ini menjadi guru-guru di rumah dia. Jadi Allah menginginkan wanita ini sebagai guru di rumah dia sendiri, inilah target dari kerja wanita.
Jadi target dari kerja masturot ini apa :
1. Tinggal di dalam rumah membersihkan diri dari kotoran-kotoran melalui :
sholat dan ibadat agar à hati tetap suci.
Menghidupkan dari pada sunnah-sunnah Nabi SAW à Suasana Malaikat bukan Kuburan
berkhidmat kepada suami à Ridho Allah
2. Menjadi guru bagi anak-anak mereka sebagai pendidik dan pembina generasi pejuang agama
Keberhasilan dalam kerja masturot ini bukannya dilihat dari banyaknya jumlah jemaah masturoh dikeluarkan, tetapi dilihat dari banyaknya taklim dihidupkan rumah masing-masing dan semakin banyak laki-laki atau suami yang didorong istrinya untuk keluar di jalan Allah.
Masalah Maqomi :
Kenapa taklim (masturoh) mahalah berkurang dari laporan subgozari ? ini tidak masalah, ini karena banyak taklim mahalah yang tidak sesuai dengan tertib. Belum keluar 15 hari, sudah buat taklim mahalah. Sehingga taklimnya dihentikan, jadi jumlahnya berkurang, ini bagus. Jadi yang paling baik adalah bagaimana taklim dirumah diutamakan.
Bagaimana kita bisa memfungsikan 2 tujuan medan kerja wanita ini ? Wanita ini merupakan salah satu pilar atau tiang negara menurut Islam. Jadi negara ini bisa berjalan dengan baik tergantung daripada wanitanya. Kekuatan islam bergantung daripada wanita. Namun kekuatan wanita ini terdiri dari 2 hal tadi diam dirumah membersihkan diri dan sebagai pendidik generasi pejuang agama, penerus ummat rasullullah Saw. Inilah isi daripada bayan ulama kita di bangladesh. Jika ini bisa terjadi, wanita kembali kepada 2 hal ini
1. Wanita tinggal dirumah mereka mensucikan diri dari kotoran-kotoran
2. Sebagai pendidik bagi generasi penerus
maka nanti islam akan tersebar dan akan lahir dari rumah mereka generasi-generasi pejuang agama. Dari rumah-rumah orang islam akan lahir banyak Hafidz, Ulama, ataupun Da’i, asbab wanita kembali kepada 2 tujuan tadi. Sebagaimana :
1. Mariam R.ha tinggal di rumahnya maka Allah mudahkan Rizkinya dan Allah anugerahkan Isa AS.
2. Siti Hajar R.ha bersabar didalam rumahnya keluar kecuali karena perintah Allah maka Allah mudahkan rizkinya dari arah yang tidak disangka-sangka dan Allah anugerahkan Ismail AS
Jadi ada 2 hal yang akan Allah anugerahkan jika wanita ini jika mau tinggal dirumah menghidupkan daripada amal-amal dan mendidik anak dengan baik :
1. Allah akan mudahkan rizkinya, diberkahi.
2. Allah akan anugerahkan anak yang sholeh.
Kalau wanita keluar rumah maka dia akan menghadapi 2 hal :
1. Keberkahan rizki akan Allah cabut
2. Anak-anaknya tidak akan menjadi orang sholeh
Musuh-musuh islam mereka tahu ini kekuatan daripada wanita ini, maka mereka berusaha merusaknya 2 perkara ini :
1. Bagaimana wanita ini keluar dari rumah.
Mereka membuat propaganda : “Wanita dalam islam sudah di dzolimin oleh kaum lelaki, dengan hanya menyuruh mereka untuk tetap dalam rumah saja. Padahal wanita ini dilahirkan equal, setara dengan laki-laki, maka harus ada kesetaraan gender. Ini namanya emansipasi wanita.”
Sehingga hari ini banyak wanita yang keluar rumah dan di IAIN sendiri suara mereka diwujudkan atas nama emansipasi dan kesetaraan gender. Akhirnya banyak anak-anak orang islam berpenampilan seperti orang kafir. Bahkan lebih parah lagi, sampe ada istri kyai tanpa malu-malu menjadi promotor dan sponsor ide itu agar wanita bisa keluar rumah. Ini adalah cara-cara yahudi dan musuh-musuh islam menghancurkan kekuatan islam, yaitu dengan mengeluarkan wanita islam dari rumah.
2. Bagaimana wanita ini dirumah tidak bisa jadi pendidik atau guru bagi anak-anaknya.
Mereka membuat strategi jitu yaitu dengan mebuat maraknya TV di rumah-rumah orang islam. Sehingga apa yang terjadi anak-anak bukan lebih dekat ke ibunya atau belajar dari ibunya, tapi kini anak-anak lebih dekat ke TV dan lebih banyak belajar dari TV. Guru dari anak-anak ini bukan lagi ibunya tapi TV, dan tokoh-tokoh seperti superman, batman, dan sebagainya.
Jadi kerja Dakwah ini arahnya kesana yaitu mengembalikan peran wanita ini sebagai ahli rumah dan pendidik bagi anak-anak.
Tertib dari alim ulama adalah untuk kerja Masturoh ini :
1. Utamakan taklim rumah bukan dibawa keluar 3 hari.
Ini ada karkun baru keluar 3 jangan pulang pulang langsung bawa istri keluar 3 hari bukan speerti itu. Baru 3 hari pulang-pulang kerumah sudah bilang, “Kamu kalau mau masih sama saya pergi 3 hari atau hubungan kita sampai disini saja”. Kerja ini bukan seperti itu caranya, hidupkan taklim dirumah dengan tertib dan istiqomah, ini yang betul.
Kargozari :
Waktu kami di Jordania tahun 1985, ada karkun baru pulang keluar dijalan Allah. Setelah pulang ujug-ujub bilang sama istrinya bahwa ini TV haram harus dikeluarkan dari rumah. Si istri protest, “Kamu ini aneh, ini TV kan kamu yang beli, kenapa tiba-tiba baru pulang dari khuruj mengeluarkan fatwa bahwa ini haram.” Akhirnya ribut sama istri, sang suami bersikeras, “Keluarkan ini TV karena TV ini tidak baik bagi pendidikan anak.” Apa kata istrinya, “Keluarkan saja TV ini, maka saya akan ikut keluar bersama TV ini.”
Wanita ini kalau sudah marah pengaruhnya bisa lebih hebat dari setan, Allah bilang dalam AL Quran :
1. “Inkana syaiton kana dhoifa” : Tipu Daya Setan itu lemah
2. “Inkana kunna Adzim” : Tipu Daya Wanita ini besar
Tipu Daya wanita ini lebih hebat dari tipu daya iblis laknatullah alaih.
Contoh :
70 orang wali bawa taskilan kumpul di mesjid, si wali ditaskil langsung siap ambil takaza. Tetapi pada waktu pulang kerumah istrinya melotot, kata istrinya “Mau Apa Kamu.” Maka si wali ini akan langsung celeng, lemah, kendor, ciut, akhirnya 70 taskilannya akan kabur semua.
70 orang wali bawa taskilan yang siap keluar, tapi si walinya gak siap. Kalau istri sudah menjadi partner dalam dakwah, maka dia akan bilang, “Ini tas dan ini uang, silahkan abang keluar ambil takaza bawa taskilan.” Maka mau gak mau si wali ini pergi juga kalau dibegitukan.
Balik ke cerita, setelah mendapat respond seperti itu dari istrinya, bingung nih karkun, akhirnya balik ke markaz. Di markaz dia ceritakan semuanya. Maka masyeikh bilang, siapa yang menyuruh kamu buang TV ? apakah ada di bayan-bayan tangguh kita untuk menyuruh buang TV ? tidak ada, yang ada hidupkan taklim itu saja. Akhirnya si karkun ini pulang tidak jadi buang TV, tapi apa yang dia lakukan ? hidupkan taklim. Setelah berhari dia hidupkan taklim, akhirnya istrinya duduk juga dalam taklim. Hari ke 27 diajaklah istrinya keluar 3 hari masturoh, tapi taklim tetap terus di jaga istiqomah. Setelah pulang 3 hari, besoknya pulang kerja si karkun tidak melihat TV nya yang biasa ada di ruang tamu kini tidak ada. Maka si karkun bertanya kepada istrinya, “Kemana TV kita ?” si istrinya bilang, “ah sudah gak usah diungkit lagi masalah TV”. Si karkun ini penasaran, selesai taklim, dia pergi ke gudang dia dapati TV nya sudah pecah. Si karkun tanya pada istrinya, “Ini TV kenapa kamu pecahkan, kan masih bisa di jual.” Maka si istri bilang, “Kan abang bilang TV itu haram, maka kalau kita jual berarti kita akan makan hasil dari barang haram.”
Jadi suami yang hebat adalah bukan suami yang bisa memecah TV, tetapi suami yang bisa mentarghib dan mendidik istrinya dengan taklim sehingga si istri mau memecahkan TV. Ada karkun datang ke saya, “Alhamdullillah ustadz saya sudah hancurkan TV di rumah saya, apakah itu hebat ?” tidak itu bukan suatu kehebatan, yang hebat itu jika anda bisa buat istri pecahkan TV. Maka dengan taklim ini adalah pintu masuknya agama dalam rumah.
“Taklim adalah pintu masuknya agama dalam rumah”
Dalam Musyawarah Harian hal yang perlu kita musyawarah termasuk mentarghib karkun-karkun ini agar menghidupkan taklim rumah mereka. Salah satu problem yang harus di up date setiap munyawarah harian adalah memfungsikan taklim rumah terlebih dahulu. Fikirnya dalam musyawarah antara lain bagaimana rumah-rumah karkun di mahalah kita dapat hidup taklim rumah. Problem taklim rumah dalam musyawarah harian ini jangan ditinggalkan harus terus disisipkan untuk dimusyawarahkan. Kita fikirkan bagaimana di mahalah kita setiap rumah hidup taklim rumah. Kita tanya setiap karkun, “Bagaimana sudah hidup belum taklim di rumah kamu ?” saling bertanya dan saling memberikan masukan. Kalau belum kita fikirkan bagaimana hidup taklim di rumah dia dan kita targhib dia agar mau menghidupkan taklim di rumahnya. Dalam kargozari di Banglore, ada beberapa desa yang setiap rumah hidup taklim semuanya. Karkun ini banyak yang aneh, diluar rumah dia jos, kerja seperti malaikat, tapi ketika di rumah taklim tidak dibuatnya. Inilah kelemahan kita para karkun dalam kerja dakwah, ngejos di luar rumah, tapi dalam rumah sendiri tidak hidup taklim. Padahal segala kemaksiatan di dalam rumah kita ini akan hilang dengan menghidupkan taklim didalam rumah, tidak perlu kita pecahkan TV, hidupkan taklim saja, maka semua masalah rumah akan terselesaikan.
Karkun setiap tahun berangkat 4 bulan dan setiap hari 8 jam untuk dakwah, tapi aneh kok anaknya tidak ada yang jadi hafidz atau ulama ? ini kenapa ? karena tidak hidup daripada taklim rumah tadi. Istri tidak mendukung daripada taklim rumah. Untuk bisa mentarget taklim ada 3 acara :
1. Ketika 2.5 jam khususi di selipkan pembicaraan tentang pentingnya taklim rumah setelah taskyl 40 hari atau 4 bulan.
2.Waktu Jaulah I dan II, akhir dari pembicaraan mubayin targhib tentang taklim rumah
3. Waktu keluar 3 hari dengan Mahalah, di hari ke 3 dijelaskan tentang tanggung jawab suami terhadap keluarga dan pentingnya menghidupkan taklim rumah.
Jika di satu mahalah hanya ada 2 karkun ditargetkan agar 1 orang karkun bisa dapat 3 orang baru, lalu menghidupkan taklim rumah maka jumlah karkun bulan berikutnya akan menjadi 8 orang dan 8 rumah hidup taklim rumah. Maka dengan begini jumlah taklim rumah akan terus bertambah dalam bulan berikutnya. Taklim ini adalah pintu masuknya agama ke rumah-rumah kita, yang akan membuat sunnah-sunnah Nabi Saw hidup di rumah-rumah kita.
Taklim rumah ini dibagi 2 :
1. Taklim Fadhilah Amal
2. Mudzakaroh 6 sifat
Untuk 2 bagian ini kita lakukan dalam 30 menit saja sebagai tahap awal, jangan kelamaan nanti pada kabur. Namun dilakukan secara terus menerus dan bertahap sampai 2.5 jam. 30 menit ini dibagi lagi yaitu 20 menit taklim kitabi dan 10 menit mudzakaroh. Tertib membaca Fadhilah amal ini berurut sehingga terbaca 7 bab fadhilah tadi. Jadi 1 bab dapat dibaca 3 menit kurang lebih, sisanya 10 menit buat mudzakaroh.
Jika ini diamalkan taklim rumah seperti ini, maka agama akan masuk melalui taklim ini kedalam rumah kita. Sehingga nanti istri dan anak-anak kita akan tergairahkan untuk menghidupkan sunnah-sunnah Nabi SAW dirumah kita. Salah satu sunnah Nabi SAW ini adalah kesederhanaan hidup. Istri dan anak-anak kita akan tersuasanai untuk hidup sederhana. Dengan taklim rumah yang hidup, kesederhaan ini akan wujud dalam kehidupan rumah tangga kita : makan jadi sederhana, pakaian yang sederhana, rumah juga sederhana saja, isi rumah sederhana saja. Inilah yang dimaksudkan dengan mensederhanakan keperluan hidup, sehingga uang yang biasa kita hambur-hamburkan untuk keperluan, bisa kita gunakan untuk menyambut takaza agama.
Adab Terhadap Tamu
Untuk keperluan kita sendiri dan keperluan rumah kita boleh kita sederhanakan, namun kalau kedatangan tamu maka kita harus lebihkan jangan disederhanakan. Contoh : kalau yang makan anggota keluarga saja, boleh kita makan sayur dan telor ceplok saja, tapi kalau kita kedatangan tamu maka kita potong ayam atau potong kambing untuk tamu kita. Jangan sampae sehari-hari kalau kita makan keluarga pake kambing atau ayam, giliran tamu datang hanya kasih telor saja.
Maka dengan taklim rumah dan dibantu dengan didikan dari ibunya, maka nanti anak-anak kita akan terbentuk dengan agama. Sehingga nanti akan banyak anak-anak yang dikirm ke pondok-pondok pesantren, lahirlah hafidz-hafidz dan ulama-ulama, penerus generasi berikutnya. Saya suka perhatikan banyak santri-santri di pondok saya atau di pondok-pondok lain, ini santri-santri tidak kerasan di pondok. Ini disebabkan ibu dari ini anak, suka kangen, jadi sering disuruh pulang akhirnya pendidikannya di pesantren terganggu dan merusak suasana yang seharusnya bisa menjadi kebiasaan santri tersebut.
2. Hidupkan Musyawarah Harian dengan Istri
Apa yang kita musyawarahkan ? pertama kita sederhanakan musyawarah kita dengan menggilir orang yang membaca taklim kitab dan pemberi mudzakaroh dan materi mudzakaroh. Jangan kita terus yang baca taklim dan mudzakaroh, nanti pas kita tidak ada, maka tidak hidup taklim di rumah. Lalu kalau sudah terbiasa baru di libatkan dalam dalam fikir atas takaza-takaza yang dibicarakan dalam musyawarah mahalah ataupun halaqoh. Apa yang dibentangkan dalam musyawarah mahalah atau halaqoh kita sampaikan dalam musyawarah di rumah, baik itu dalam bentuk kargozari ataupun takaza.
Contoh :
“Tadi di mahalah dibentangkan ada jemaah butuh satu orang lagi untuk berangkat ke China” lalu istri yang sudah menjadi partner dalam dakwah ini akan bilang, “Kalau gitu abang saja yang berangkat.”
“Minggu pertama atau kedua atau ketiga atau keempat, kita musyawarahkan anak kita yang keberapa yang berangkat 3 hari diminggu pertama, atau menantu kita berangkat di minggu berikutnya, mertua kita di minggu ketiga, dan kita minggu ke empat. Mari kita musyawarahkan.”
Dengan hidupnya musyawarah harian maka suasana dakwah akan hidup di rumah kita. Lalu dalam musyawarah juga kita bicarakan target keluar masturoh istri kita yang 3 hari setiap 3 atau 4 bulan, dan takaza-takaza masturoh seperti keluar 15 hari ataupun 2 bulan.
3. Pelajari Masa’il dan di tanyakan kepada Ulama
Bagaimana dalam masa’il ini istri kita bertanya kepada kita, dan pertanyaannya dapat kita tanyakan kepada Ulama, lalu kita sampaikan kembali kepad istri kita. Jangan sampai jadi istri sudah 10 tahun, tetapi rukun mandi junub tidak tahu. Jika ditanya apa rukun mandi junub, lalu istri jawab, “rukun mandi junub ini ada dua yaitu air dan sabun.” Jawaban apa itu, 10 tahun jadi istri tapi tidak tahu rukun Junub. Apa itu Istri karkun menjawab rukun mandi junub itu air dan sabun ? Ini adalah kewajiban kita sebagai suami mengajarkan istri ilmu masail walaupun melalui pertanyaan-pertanyaan kepada ulama.
Taklim berikutnya adalah Taklim Mahalah bukan di Halaqoh. Persyaratan adalah :
1. Ada karkun-karkun lama yang sudah paham menghandle kerja masturoh.
2. Ada beberapa istri karkun yang sudah pernah keluar 15 hari atau 40 hari atau 3 hari berkali-kali yang bisa menghandle kerja masturoh
3. Rumah harus munasib yaitu tertutup, dan musyawarah dilakukan oleh rijal oleh laki-laki. Pembaca kitab harus yang bisa baca, lancar bacanya dan yang sudah pernah keluar masturoh.
Contoh : Jadi dalam musyawarah harus dipilih istri yang lancar membacanya dan sudah pernah keluar 3 hari. Jika ada istri yang tidak lancar baca kitabnya, atau gagap, jangan dipaksakan. Jika dipaksakan padahal istri yang membaca ini sudah pernah keluar 3 hari, tapi dia gagap, lalu ditegor sama ibu-ibu yang belum pernah keluar 3 hari, nanti akan menyebabkan yang membaca ini minder, lalu kitabnya akan dilanjutkan kepada yang belum pernah keluar tapi lancar membacanya.
Disini telah terjadi 2 kesalahan :
1. Kesalahan memilih yang gagap dalam membaca
2. Menyerahkan kitab kepada yang lancar membacanya tanpa musyawarah
Jika hal ini berulang terus dalam taklim mahalah, maka nanti perempuan yang sama yang lancar membacanya, fasih, tapi belum pernah keluar 3 hari, lama-kelamaan dia akan memakai buku-buku lain yang tidak ditertibkan (selain fadhilah amal atau riyadhus shalihin), tanpa musyawarah. Sekali waktu boleh ada bayan, dua bulan sekali atau lebih, namun yang memberi bayan harus orang yang sudah mengerti kerja masturoh atau dari jemaah masturoh yang bergerak. Ada ustadz tapi belum pernah keluar masturoh, lalu dia bayan, yang dibahas masalah tertib yang dia belum tau, kacau jadinya. Kalau semua persyaratan ini sudah terpenuhi, maka dimusyawarahkan di Halaqoh, lalu diberitahukan di Markaz.
4. Bawa istri kita keluar 3 hari setiap 3 – 4 bulan sekali, lalu 15 hari, dan 40 hari atau 2 bulan IPB
Jika istri kita ini sudah 3 kali keluar 3 hari maka kita bawa istri kita ini keluar 15 hari. Lalu setelah pulang 15 hari, bawa lagi istri kita keluar 3 hari, 3 atau 4 bulan berikutnya sampai 3 kali. Baru setelah itu bawa istri kita keluar 40 hari ataupun 2 bulan masturoh India Pakistan Bangladesh. Dalam satu tahun dia sudah keluar 3 kali 3 hari + 15 hari. Jangan sampai setelah keluar 3 hari ataupun 15 hari sesudahnya jadi sepi, pensiun tidak keluar lagi, maka jazbah yang terbentuk oleh istri kita nanti akan hilang. Jadi harus diprogramkan secara rutin berdasarkan tertib yang sudah diatur.
Untuk jemaah 3 hari harus ada 2 atau 3 pasang orang lama dan selebihnya boleh 3 atau 4 pasang orang baru. Bagi yang sudah pernah keluar 15 hari atau 40 hari masturoh, sudah harus menyiapkan jemaah 3 harinya dengan tertib yang benar, diatur untuk program berikutnya, jangan pensiun. Jadi agar jazbahnya tidak hilang, bagi yang sudah keluar 15 hari atau 40 hari atau 2 bulan IPB, sudah harus bisa mengatur jadwalnya untuk keluar 3 hari 3 – 4 bulan berikutnya.
Kalau diperhatikan masalah ini, maka manfaatnya ada 2 hal :
1. Kalau tertib 3 hari untuk keluar setiap 3 – 4 bulan dijaga, maka jazbah istri kita yang didapat ketika keluar ini akan terjaga dan dan suami istri ini sudah berhak untuk dikirim dakwah ke negara-negara lain.
2. Orang-orang yang baru akan mendapatkan manfaat dari pasangan-pasangan yang sudah keluar 40 hari + 3 hari secara istiqomah.
Lalu pasangan yang sudah 15 hari harus kita pikirkan bagaimana dia bisa berangkat 40 hari. Kalau dia belum dapat 40 hari maka perlu di ingatkan tentang tertib yang perlu dijaga untuk menjaga jazbah istri kita, yaitu keluar 3 hari setiap 3 – 4 bulan secara istiqomah. Jadi untuk menjaga syarat-syarat keluar masturoh adalah tanggung jawab dari pada penanggung jawab daerah dan syuro. Targhib keluar ini penting, tapi juga harus diperhatikan syarat- syarat keluar jangan sampai dilanggar.
Syarat untuk keluar 3 hari masturoh, maka suami sudah harus keluar 3 hari sebelumnya. Orang baru jangan ditaskyl untuk masturoh. Maka dalam bayan masturoh ini, mubayin tidak boleh mentaskyl. Contoh : “Coba ibu-ibu siapa yang belum 4 bulan IPB catat nama, atau siapa yang siap berangkat 40 hari.” Ini tidak ada tertib yang seperti ini jadi jangan dilakukan. Taskilan setelah bayan masturoh ini hanya 2 saja :
1. Taskyl mempersiapkan suaminya untuk berangkat keluar 40 hari ataupun 4 bulan dari mahalah.
2. Taskyl menghidupkan taklim rumah
Syarat untuk keluar bagi masturoh :
1. Syarat keluar 3 hari masturoh suami harus sudah pernah keluar 3 hari. Suami yang belum pernah keluar 3 hari tidak boleh keluar 3 hari masturoh.
2. Syarat keluar 15 hari masturoh, maka suaminya sudah harus pernah keluar 40 hari minimal dan dalam rombongan diusahakan harus ada 2 pasangan yang sudah berangkat 40 hari masturot untuk mengangkat kerja yang 15 hari.
3. Syarat keluar 40 hari masturoh, ini untuk suami yang sudah pernah keluar 4 bulan.
4. Untuk keluar 2 bulan IPB ini ada sedikit kemudahan, yaitu cukup dengan keluar 3 hari secara istiqomah selama 5 kali. Ini karena ke IPB ini untuk belajar, namun suami sudah harus pernah ke IPB sebelumnya.
5. Syarat untuk membawa istri takaza ke negeri jauh maka pasangan ini harus sudah pernah ke IPB. Jika belum pernah tidak dibenarkan untuk ambil takaza negeri jauh. Kalau hanya bisa 40 hari pergi ke india saja, tidak usah ke pakistan ataupun bangladesh.
6. Syarat ke Negeri jiran / tetangga boleh dalam jemaah ini pasangan yang baru 15 hari namun harus didampingi minimal oleh 2 pasang yang sudah ke IPB.
Syarat untuk menerima jemaah 3 hari masturoh :
1. Minimal sudah pernah keluar 3 hari suami-istri
2. Rumah di usahakan tertutup bukan terbuka untuk umum atau terlihat tempat jemuran oleh umum.
3. Rumah yang didatangi jemaah, maka tuan rumahnya tidak boleh ada yang daftari atau pergi baik suami ataupun istri. Contoh misalnya : lagi ada jemaah suaminya pergi kerja ini tidak boleh, ataupun istri ada acara keluarga ini tidak boleh.
Syarat Nusroh jemaah 3 hari masturoh :
1. Tidak boleh bawa anak untuk menghindari gangguan, anak boleh diatur untuk dititipkan sama orang yang dipercaya maupu sama keluarga karkun mahalah.
2. Di usahakan jangan ikut makan dengan tamu yaitu sama jemaah gerak masturoh, justru dianjurkan membawa makanan untuk jemaah. Jangan bawa makanan tapi makanan habis sama kita juga di tempat jemaah, bahkan ngabisin makanan nusroh yang lainnya juga. Jangan seperti itu. Usahakan setelah selesai dzuhur langsung pulang agar tidak menggangu tamu untuk makan, nanti waktu program berikutnya balik lagi.
Tambahan penulis :
Jangan memberatkan tuan rumah, jatah teh cuman untuk 10 orang, tapi yang datang karkun 30 orang, kasihan tuan rumah, bawa saja air masing-masing. Minimal kalau tidak bisa bantu makanan, jangan menyusahkan tuan rumah. Kalau tidak bisa bantu makanan, bantu yang lain seperti nyuci, ngebersihin, atau ngerapihin dengan ijin tuan rumah.
Jadi penting kita bawa istri kita ini menjadi partner dalam dakwah, maka ini akan memacu kerja kita lebih cepat. Nabi SAW sabdakan : 2 rakaat sembahyang orang yang sudah nikah ini 70 derajat lebih afdhol dibanding yang belum nikah. Maksudnya apa ? ini seperti kecepatan yang kekuatannya ini 1 : 35 (satu berbanding tiga lima). Ibarat kecepatan mobil 100 km/jam ini yang tanpa istri, kalau dengan istri bisa 35 x 100 km/jam jadi 3500 km/jam, sangat cepat, seperti kecepatannya jet tempur. Insya Allah kita semua niat.
Mufti Muhammad Luthfi Al Banjari, Syuro Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar