BAYAN SUBUH
PENGORBANAN DALAM DAKWAH AKAN MENAMBAH KEPAHAMAN AGAMA
Amal ini adalah kata lain dari kerja atau action dalam bahasa arab. Penting kita buat hati kita untuk ikut atau tunduk pada amal sehingga kita bisa istiqomah dalam beramal. Kita harus kerja keras dan bertafakkur, berfikir, dengan keras sejauh mana kita sudah buat peningkatan atas kerja agama. Seperti pohon, jika ia semakin tinggi maka dia akan berbuah atau menghasilkan sesuatu. Tetapi ranting yang telah berhenti berkembang maka dia akan menciut atau mengkerut. Begitu juga kita saat ini, jika kita dorong kerja kita lebih keras lagi dan buat peningkatan terus menerus dalam kerja agama ini, maka pada akhirnya suatu saat nanti akan menghasilkan atau mendatangkan manfaat. Tetapi jika kita berhenti bekerja dan tidak buat peningkatan maka suatu saat nanti akan melemah, seperti mengkerutnya ranting pada pohon yang berhenti berkembang. Sehingga tanpa disadari kita mati tidak membawa Iman dan amal yang cukup. Itulah pentingnya kita harus bergerak maju dalam kerja kita, kalau perlu kita paksakan untuk istiqomah, jangan sekali-kali berhenti. Jika kita berhenti maka kita akan seperti ranting yang berhenti pertumbuhannya sehingga dia mengkerut lalu layu (mundur) dan mudah patah, lalu mati terpisah dari dahannya.
Allah telah beri kita kepercayaan atau amanah yang besar kepada manusia. Dan Amanah ini merupakan ghanimah atau kekayaan yang besar dari Allah Ta’ala yang telah diberikan kepada kita. Namun karena kita tidak menyadari kekayaan yang besar ini, semakin hari Allah cabut keberkahan amanah ini dari kehidupan kita. Kini kita tidak mengerti pentingnya dan nilainya Amanah Allah tersebut, sehingga tanpa kita sadari telah hilang dari tangan kita. Sangking tingginya tanggung jawab atas amanah tersebut, alampun takut untuk menerimanya. Amanah Allah apakah yang demikan besarnya sehingga alampun takut untuk menerimanya ? Amanah itu adalah agama. Alam ini tidak memerlukan kebahagiaan dan kesuksesan, tetapi jika alam memerlukannya, maka dengan agama, alampun akan sukses dan bahagia. Kerusakan alam terjadi asbab mundurnya agama. Jika agama ini mundur berarti kondisi manusia saat itu lagi jauh dari agama, dan ini membuat kondisi yang tidak menguntungkan buat alam. Manusia jadi brutal dan suka merusak karena jauhnya mereka dari agama. Hutan menjadi gundul, udara tercemar, binatang menjadi punah, tanah rusak, dan lain-lain, asbab manusia jauh dari agama. Namun jika agama dijalankan dengan sempurna oleh manusia maka manusiapun akan baik amalnya dan akhlaqnya. Sehingga alampun jauh dari kerusakan, bahkan alampun akan tunduk pada manusia seperti dijaman Sahabat RA. Ketika itu sahabat dapat mendatangkan hujan, mengalirkan air sungai yang kering, menghentikan gempa, dan lain-lain. Firaun setiap ada masalah berupa bencana alam dari air darah, katak, hama, kekurangan buah-buahan, selalu pergi ke Musa AS untuk minta do’a agar masalah selesai. Beda dengan Firaun yang yakinnya masih pada asbab, Musa AS yang yakin pada perintah Allah dan amal agama, dengan do’a saja dapat menyelesaikan segala masalah yang dihadapi Firaun. Walaupun masalah telah selesai asbab do’a Musa As, namun tetap saja Fir’aun Laknatullah Alaih tidak berfikir bahwa masalah akan selesai jika Iman dan Amal kita kepada Allah benar. Firaun masih tetap saja mengingkari Allah dan RasulNya Musa AS. Sehingga kahirnya masalah tetap berdatangan dan diselesaikan asbab do’a Musa AS, sampai pada akhirnya adzab Allah datangkan kepada Firaun asbab kesombongannya. Allah tenggelamkan Firaun di laut sebagai pelajaran buat manusia yang tidak mau berfikir atas kebenaran yang dibawa oleh Rasul Allah. Begitu juga kita hari ini jika kita tidak bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari cobaan yang Allah beri kepada kita dan tidak ada niat islah diri, maka Allah akan hancurkan kita sebagaimana Allah hancurkan Firaun.
Setiap kondisi yang tidak menguntungkan seperti tidak ada hujan, tidak ada udara yang sejuk, kemarau yang panjang, gerhana matahari, hujan petir dan badai, apa perintahnya ? yaitu laksanakan sholat. Inilah perintah Allah kepada kita setiap ada masalah yaitu selesaikan dengan sholat. Segala masalah atau keadaan kita harus kembalikan kepada kehendak Allah, “apa yang Allah mau atas diri saya saat ini ?”. Alam ini adalah ciptaan Allah, mahluk Allah, dan Allah telah berikan cara atau solusi kepada manusia untuk menghadapi perubahan alam yaitu dengan agama. Ini karena Allah telah berikan alatnya dalam agama yaitu dengan sholat. Inilah effek dari amal agama yaitu suatu tindakan yang dapat menghasilkan total kontrol dari alam semesta. Dengan agama segala sesuatu akan menjadi baik dan agama ini telah Allah percayakan kepada kita, maka kita harus yakin terhadap amal-amal agama ini. Tetapi jika yakin kita salah, maka manfaat dari agama tidak akan bisa kita rasakan. Hanya amal yang berkeyakinan yang dapat mendatangkan manfaat. Jika kita yakinnya masih terletak pada asbab maka keyakinan kita tidak jauh berbeda dengan keyakinan Qorun yang yakinnya terletak pada harta, Firaun pada kekuasaan, Hamman pada jabatan, dan kaum-kaum yang lain yang yakinnya terletak pada asbab-asbab keduniaan. Penting kita perbaiki keyakinan kita agar kita bisa mengambil manfaat dari agama ini. Kekayaan dan kekuasaan tidak bisa mendatangkan keadaan-keadaan yang baik, tetapi keadaan baik akan datang kepada mereka yang beramal dengan keyakinan yang benar. Amal yang baik akan mendatangkan keadaan yang baik seperti air yang memberikan effek yang baik pada pertumbuhan pohon.
Allah Ta’ala telah menceritakan kisah-kisah di dalam Al Qur’an agar kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah tersebut. Seperti kisah kaum Saba yang mempunyai perkebunan yang besar dan makmur. Allah telah kirim 30 Nabi kepada mereka agar mereka mau ingat kepada Allah dan bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka. Namun masalahnya setiap orang yang telah mendapatkan kekayaan dan kenyamanan hidup, maka kecenderungan mereka adalah menolak Agama dan dakwahnya para Nabi AS. Asbab keingkaran mereka terhadap nabi-nabi mereka, maka Allah hancurkan bendungan yang mereka bangun diantara 2 gunung. Sehingga tumpah menghancurkan perkebunan yang mereka bangga-banggakan. Akhirnya semua asbab kejayaan kaum Saba Allah telah hancurkan sehingga tidak ada lagi yang bisa dibangga-banggakan. Jadi jangan lupa jika kita nanti dalam keadaan senang, lalu datang seseorang mengingatkan kita tentang Allah dan kampung akherat jangan kita ingkari atau kita sudutkan dia dengan dalil-dalil logika kita. Jika kita ingkari dan kita sudutkan da’i Allah, maka ini bisa menjadi asbab datangnya Adzab Allah dan segala nikmat yang kita terima akan Allah cabut dari kita.
Allah yang menciptakan kehidupan ini, dan Allah pulalah yang memberikan asbab-asbab kehidupan. Allah yang menciptakan kematian, dan Allah pulalah yang mendatangkan asbab-asbab kematian. Semua kejadian dan peristiwa yang terjadi tidak ada hubungannya dengan asbab-asbab karena semuanya merupakan hasil kerja dari pada Allah Ta’ala semata. Asbab ini Allah letakkan hanya sebagai ujian atas keyakinan kita, yakin pada asbab atau Rabbul asbab. Apakah kita tidak perlu kerja atau tidak perlu uang ? bukan itu pertanyaannya, tetapi bagaimana asbab-asbab yang kita punya kita gunakan sesuai dengan sunnah-sunnah kehidupan Rasullullah SAW. Mengapa kita harus kerja ? karena kita harus membawa kehidupan Nabi SAW ke dalam kerja atau muamalah kita. Jadi jika kita tidak kerja maka kita rugi tidak mengamalkan sunnah nabi atau perintah Allah dalam bermuamalah. Jika kita bisa mengaplikasikan kehidupan Nabi SAW ini ke dalam muamalah atau pekerjaan kita, maka Allah akan senang dan ridho pada kita. Kita gunakan asbab yang kita punya untuk menghidupkan sunnah dan kehidupan Rasullullah SAW kedalam kehidupan kita sehari-hari. Nabi SAW bukan dari kalangan jin atau malaikat, tetapi Nabi SAW adalah dari kalangan manusia biasa seperti kita juga. Nabi SAW juga mempunyai hajat dan kebutuhan seperti makan, minum, tidur, berkeluarga, pakaian dan bersosialisasi dengan sesama manusia. Ini merupakan tanda bagi manusia agar mereka bisa mengambil manfaat dan pelajaran dari kehidupan Nabi SAW yang juga manusia biasa seperti kita. Kita harus bisa mengambil manfaat dari kehidupan Nabi SAW walaupun itu hanya dari dengkurannya Nabi SAW. Dari sihir yang menyakiti Nabi SAW, laparnya, tawanya, sampai ngantuknya Nabi SAW, ini semua merupakan effek kemanusiaan yang ada pada diri Nabi SAW. Tetapi bagaimana Nabi SAW menghadapinya itulah yang perlu kita ikuti. Bagaimana Nabi SAW menikah, berkeluarga, membesarkan anak, berhubungan dengan istri, bertetangga, bersahabat, berdagang, inilah yang harus kita ikuti. Jika kita bisa mengaplikasikan kehidupan Nabi SAW ini kedalam kehidupan kita, barulah yang namanya kebahagiaan, keberkahan, rahmat, dan ketenangan akan datang.
Untuk bisa mengamalkan agama secara sempurna dengan keyakinan yang benar, maka kita harus tanamkan dalam diri kita keyakinan bahwa hanya Allah sajalah pemelihara tunggal kita. Bukan toko, warung, sawah, uang, nasi, perdagangan, jabatan, keluarga yang memberi saya hidup tetapi hanya Allahlah satu-satunya yang memberi saya hidup dan kehidupan. Tetapi walaupun begitu saya harus bawa tarekat atau jalan kehidupan Nabi SAW kedalam toko saya, sawah saya, perdagangan saya, jabatan saya, dan keluarga saya. Ini karena sunnah atau tarekat Nabi SAW adalah perkara yang Allah sukai. Jika saya ingin Allah mencintai saya, maka saya harus ikut tarekat atau jalan Nabi SAW ini. Inilah yang namanya beriman kepada Allah dan RasulNya. Bagaimana tarekat Nabi SAW dalam berdagang ? inilah yang harus kita aplikasikan yaitu berkata jujur dan memberi timbangan yang lebih, bukannya malah menguranginya. Bawa sifat Ihsan dalam perdagangan kita yaitu perasaan selalu diperhatikan oleh Allah. Dengan sifat Ihsan ini, maka kita akan bisa menjalankan seluruh perintah Allah ketika berdagang. Jadi bukan karena asbab saya bekerja tetapi karena tarekat Nabi SAW saya bekerja. Yakin yang salah dalam berdagang adalah ketika dia meyakini bahwa untung akan datang dari menabung dan mengirit dalam memberi. Ini bisa menyebabkan seseorang untuk tidak adil dalam menimbang bahkan curang. Kita perlu lihat sejarah bagaimana akhir dari orang-orang yang tidak adil dalam perdagangannya dan kita lihat bagaimana kiat Nabi SAW menjadi pedagang yang sukses. Kaum Madyan diperingatkan oleh nabi mereka mengenai perkara Riba dalam berdagang, namun mereka malah mengingkarinya. Sehingga Allah hancurkan mereka dan asbab-asbab mereka yang ada. Lihat Nabi SAW bagaimana beliau SAW menjaga kejujuran dan prinsip keadilan dalam berdagang, dan ini adalah perintah Allah, sehingga semua orang datang kepadanya untuk berbisnis. Semua keadaan ini pada hakekatnya datang dari Allah SWT karena Allah Ta’alalah yang menciptakan asbab dan keadaan-keadaan tersebut. Jadi penting kita kembalikan segala keadaan pada Allah dan perintahnya dalam keadaan tersebut.
Ketika dakwah yang Haq ditegakkan maka Allah akan hancurkan keyakinan yang bathil. Dakwah ini adalah cara dari Allah untuk menghancurkan yang bathil dan menghadirkan yang Haq. Allah tidak perlu tentara untuk menghancurkan kebathilan, Allah punya banyak cara. Bagaimana Allah hancurkan pasukan Abrahah dengan burung-burung kecil yang membawa batu, lalu kaum Ad dengan angin, kaum Luth dengan gempa dan gunung, Saba dengan banjir, kaum Tsamud dengan teriakan malaikat, dan lain-lain. Ketika pasukan Abrahah hendak menyerang Mekkah, orang kafir Quraish saat itu percaya pada Allah tetapi mereka juga percaya ada tuhan-tuhan lain selain Allah. Inilah masalah agama yang terjadi saat itu. Jadi ketika pasukan Gajah Abrahah hendak menghancurkan Ka’bah, seorang kafir Quraish membisikkan pada Gajah, ”Wahai Gajah, ini adalah rumah Allah. Apa yang kamu pikirkan hendak menghancurkan rumah Allah ?” Padahal gajah sekali seruduk saja Ka’bah bisa hancur, tetapi Gajah tersebut lebih memilih duduk karena takut pada Allah, walaupun telah dipukuli dan dipaksa maju oleh tentara Abrahah. Inilah kekuasaan Allah dan Allah punya banyak cara. Si orang Quraish tadi berdakwah kepada si Gajah, sehingga si gajah tadi takut untuk melakukannya. Ketika ada Dakwah atas perkara yang Haq maka yang batil akan sirna dan musnah seperti musnahnya ular-ular firaun yang palsu dimakan oleh tongkat Musa AS yang berubah menjadi ular. Semua bentuk kebathilan ini hanya seperti tipuan saja bagi Allah Ta’ala. Sehingga semua penyihir Firaun menyadari hal itu, lalu bertobat dan masuk islam. Siapa yang mampu merubah seseorang dari kafir menjadi muslim dalam sekejap ? jawabnya adalah Allah semata, dan bukan Musa AS. Bahkan ketika itu Musa AS dalam keadaan takut namun Allah menenangkan Musa AS dengan perintah Allah. Apa perintahnya ? Allah perintahkan Musa AS untuk meletakkan tangannya di dadanya, sehingga hilanglah rasa takutnya. Lalu Allah perintahkan Musa AS untuk melemparkan tongkat menghadapi ular tipuan penyihir-penyihir Firaun. Walaupun secara logika perintah Allah tidak masuk diakal seperti melawan ular dengan tongkat tetapi jika dilakukan ada hasilnya. Inilah yang harus kita lakukan, setiap ada masalah jalankan saja perintah Allah, nanti Allah akan bantu kita menyelesaikan masalah kita. Bahkan nanti Allah akan paksakan keadaan-keadaan yang tidak mungkin menurut logika kita dari arah yang tidak diduga duga untuk selesaikan masalah kita. Hanya dengan perintah Allah sajalah hati ini akan menjadi tenang dan bukan dengan asbab-asbab keduniaan. Sebagaimana tenangnya hati Musa AS setelah ikuti perintah Allah ketika menghadapi Firaun.
Jika kita kakukan Dakwah sebagai hamba Allah bukan dengan kebanggaan atas kemampuan, nanti Allah berikan kita pertolongan. Seorang Da’i akan Allah berikan ketenangan dan kecukupan dalam hatinya jika dia yakin, “Allah bersama saya”. Dan ini adalah satu-satunya modal para Nabi AS seperti Musa AS, Ibrahim AS, Nuh AS, Isa AS, Muhammad SAW, dan yang lainnya dalam berdakwah, yaitu keyakinan, “Allah bersama saya”. Begitu juga modal para Masyaikh kita dari Maulana Ilyas Rah.A, Maulana Yusuf Rah.A, dan Hadratji Innamul Hasan Rah.A. Mereka semua Allah telah berikan kondisi-kondisi untuk menguji Iman mereka. Bahkan Musa AS pun punya rasa takut ketika menghadapi musuh Allah, tetapi Allah menenangkan Musa dengan pertolongannya. Musa AS hanya diperintahkan untuk menjalankan saja perintah Allah dan pergi saja dakwah ke Firaun. Nanti selebihnya Allah yang akan melakukan apa yang Musa AS tidak bisa lakukan seperti memberikan hidayah, mengalahkan penyihir Firaun, membelah lautan dan lain-lain.
Asbab adanya kerja dakwah maka keyakinan akan yang Haq diyakini secara merata di kalangan sahabat RA. Di jaman Sahabat RA, Seorang anak kecil dapat mengingatkan ibunya untuk tidak mencampur susu dengan air karena Allah ada bersama kita dan Allah dapat melihat apa yang kita kerjakan. Inilah keyakinan seorang anak kecil di jaman sahabat asbab adanya dakwah. Sehingga seorang anak kecilpun dapat mempunyai rasa taqwa dan ihsan dalam diri mereka. Jika sifat Taqwa dan Ihsan ada dalam diri kita, maka Allah akan masukkan rasa cukup atau qona’ah kedalam hati kita. Jadi sifat-sifat inilah yang perlu kita bawa kedalam muamalah dan muasyarah kita. Mereka inilah yang nantinya termasuk dalam orang-orang yang tidak dilalaikan perdagangannya dari mengingat Allah. Untung dan Rugi bukan tujuan, tetapi bagaimana kita bisa melakukan apa yang dilakukan oleh nabi ketika berdagang walaupun secara logika bisa merugikan. Segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi SAW akan menghasilkan keberkahan. Hanya dengan cara Nabi yang namanya keberkahan akan datang bukan dengan cara analisa ekonomi atau strategi business. Orang yang melakukan penipuan dalam perdagangan walaupun dia seorang muslim sekalipun maka ia akan Allah buat susah dan mendapatkan banyak kesulitan.
Salah satu tanda-tanda ketika seseorang bergerak dari yang haq kepada yang batil adalah rasa ketidak tenangan. Bagaimana cara menenangkan hati yaitu dengan ingat kepada Allah dalam setiap waktu dan keadaan. Allah berfirman didalam Al Qur’an “…ingatlah hanya dengan berdzikir hati akan menjadi tenang ”(13 : 28 ). Jika kita bisa mengingat Allah dalam setiap waktu dan keadaan, maka akan mudah kita menegakkan yang haq dan menghindari yang bathil. Penting kita ingat Allah dalam mengerjakan muamalah agar Allah beri kita manfaat dan keberkahan dalam muamalah kita. Hanya orang yang terlepas hubungannya dari Allah yang akan mengalami kesusahan. Seperti kisah seekor burung yang dipelihara oleh seorang Raja, tetapi suatu saat burung itu kabur. Pada saat burung tersebut kabur terbang menuju kerumah seorang nenek tua yang buta, burung tersebut masih dalam keadaan sempurna dan penuh keindahan. Namun karena nenek tua ini buta dan bodoh maka ketika dia menangkap burung tersebut diperlakukannya seperti manusia, hingga rusak keindahannya. Burung itu dipotong kukunya karena si nenek merasa kukunya kepanjangan, dipotong paruhnya hingga tidak bisa makan karena dia pikir mungkin si burung sulit makan dengan paruh yang panjang, dan sayapnya dicukur biar si burung tidak keberatan terbangnya. Sehingga burung tersebut menjadi rusak. Namun si nenek tidak menyadarinya bahwa dia telah merusaki burung tersebut. Suatu ketika si nenek mengetahui bahwa burung tersebut adalah milik raja maka dia memohon pengampunan dari raja karena ketidak tahuannya agar tidak dihukum. Ketika burung tersebut dikembalikan oleh si nenek dalam keadaan rusak kepada Raja, Sang Raja tidak marah. Apa kata Raja, “Biarkan saja, inilah akibatnya bagi dia karena telah durhaka kepadaku.” Begitu juga kita hari ini kalau kita tidak taat kepada Allah dan lepas hubungan dari Allah, maka Allah akan biarkan kita rusak dan celaka oleh perbuatan kita sendiri. Jadi seseorang jika dia lari dari agama maka dia akan rusak sebagaimana rusaknya burung tadi. Orang yang lari dari agama, maka cara makannya akan rusak, cara tidurnya akan rusak, sehingga kehidupannya akan menjadi rusak.
Kita harus punya keyakinan pada agama Allah sebelum Allah penuhi hati kita dengan ketenangan. Kapal Nuh AS ketika angin kencang dan ombak datang saat banjir bergejolak, semua yang berada di dalam kapal merasa tenang, tidak ada rasa ketakutan. Ini karena mereka telah di dakwah tentang kebesaran Allah oleh Nabi Nuh AS bertahun-tahun, sehingga yakin yang benar masuk kedalam hati mereka. Dengan Dakwah, hati akan tenang karena yang haq akan masuk dan yang bathil akan keluar atau hilang. Rasullullah SAW tidak diutus untuk menunjuki manusia kepada jalan keuangan, ekonomi, perdagangan, atau teknologi, tetapi menunjuki manusia kepada jalan Allah yaitu Darussalam, jalan keselamatan. Inilah sebabnya Nabi SAW adalah Rahmatan Lil Alamin, Rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya untuk kaum atau golongan tertentu tetapi untuk semua mahluk Allah. Dari golongan jin, binatang, manusia, bahkan tumbuh-tumbuhan dapat mengambil manfaat dengan kehadiran beliau SAW. Tetapi masalahnya hari ini kesibukan kita telah menghabiskan waktu kita untuk yang namanya uang. Mereka kira tanpa uang bagaimana bisa menyambung hidup, sehingga yang ada dalam hati hanya ketidak tenangan. Sehari-hari yang dipikirin bagaimana bisa dapat uang, tidak ada habis-habisnya selalu dikejar-kejar waktu dan rasa tidak aman. Ini karena kita sudah menjadikan uang sandaran kira untuk hidup. Jika orang menyandarkan dirinya pada Allah dan meyakini bahwa Allah satu-satunya pemelihara dia, bukan uang tanpa uang dia tetap bisa hidup, maka ketenangan hati akan datang. Bagi mereka yang mempunyai ketenangan hati yang paling penting adalah mempunyai sambungan dengan Allah dan menjalankan perintah-perintahnya. Hanya dengan agama hati seseorang akan menjadi tenang.
Senjata tanpa peluru maka tidak akan ada gunanya. Begitu juga seorang yang beriman tetapi tidak mengerjakan dakwah maka dia tidak ada gunanya, seperti senjata tetapi tidak ada peluru. Dia seorang yang beriman tetapi tidak berguna untuk orang lain dan agama, maka orang seperti ini tidak berguna disisi Allah. Seseorang yang bernilai dan berguna disisi Allah adalah orang beriman yang berguna bagi orang lain dan agama. Kita harus bisa menjadi orang-orang yang memberikan sesuatu pada Agama bukan mengambil sesuatu dari agama, berkorban bukannya beruntung atau berlaba dari agama. Siapa saja yang berkorban untuk agama maka Allah akan berkorban untuk dia. Siapa saja yang membantu atau memberikan kontribusi apapun pada agama, maka Allah akan membantu dia dan akan membalasnya dengan kebaikan-kebaikan. Allah ketika memberi tidak pernah perhitungan, Allah hanya memberi, dan ketika memberi tidak ada batasan, hanya Allah yang tahu batasannya, baik dengan asbab ataupun tanpa asbab. Atas perkara ini perlu kita tambah korban kita untuk agama Allah dengan begini nanti Allah akan bukakan kepada kita kefahaman seperti kefahaman para sahabat atas agama Allah.
Maulana Ibrahim, Bangla Wali Masjid, Hazrat Nizammuddin, New Delhi, India, 1 9 Maret 200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar