Jumat, 25 Februari 2011

10. Bayan Syuro (Alm) KH Abdul Halim


BAYAN MAGHRIB
PENGORBANAN DALAM DAKWAH

Pada saat ini Allah telah memberi kita suatu karunia yang besar yaitu Agama. Agama adalah segala ketentuan Allah untuk manusia yang tidak boleh dibantah. Jika dilanggar maka akan membawa dampak kerusakan dan penderitaan dalam kehidupan kita. Dengan Agama ini pula Allah cucurkan Sakinah dan Rahmat kepada hambanya kepada hamba-hamba yang disayanginya. Walaupun majelis ini yang dibicarakan hanya perkara Iman dan Amal saja dan tidak bisa menghadirkan jutaan umat untuk mendengarkannya. Namun asbab majelis ini Allah telah kirimkan malaikat-malaikat berdesak-desakan untuk datang kemari dan mereka bersusun-susun sampai ke Arasy Allah SWT. Dan siapa saja yang menghadiri majelis ini maka nama-nama mereka akan dibangga-banggakan oleh Allah di hadapan mahluk-mahluk yang maksum dan mulia yaitu para Malaikat yang do’anya pasti didengar oleh Allah Ta’ala. Allah senantiasa memandang mereka yang menghadiri majelis ini dengan pandangan Rahmat. Sangking Berkahnya majelis ini orang yang hanya lewat mampir, juga Allah ampunkan dosanya. Asbab majelis ini dalam suatu percakapan Allah dengan Malaikat yang datang dari Majelis seperti ini, Allah akan jauhkan kita dari apa yang kita takutkan dan memberikan apa yang kita idamkan. Dikatakan dalam suatu riwayat, jika Allah turunkan Hujan Api dari langit maka yang akan selamat adalah para Ahlul Mesjid yang sedang berada di dalam mesjid sedang menghidupkan amalan.
Kalau ditanya siapa yang dicintai Allah jawabnya mudah dan singkat yaitu para Ahlul Masjid. Jika Allah sudah cinta kepada Ahlul Mesjid ini, siapa saja yang membenci mereka, memerangi mereka, maka Allah akan menyatakan perang kepadanya. Jika Allah sudah menyatakan perang, siapa yang dapat menang melawan Allah. Ketika Allah sudah mencintai seseorang, maka Allah akan menjadi matanya yang dengannya ia melihat, Allah akan menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar, Allah akan menjadi mulutnya yang dengannya ia berbicara, Allah akan menjadi tangannya yang dengannya ia memukul, dan Allah akan menjadi kakinya yang dengannya ia melangkah. Inilah kemuliaan dan keuntungan yang diberikan kepada mereka Ahlul Masjid, yaitu orang-orang yang senantiasa memakmurkan mesjid Allah dan hatinya senantiasa terpaut kepada mesjid. Untuk perkara ini perlu kita siapkan diri kita dan ambil keputusan agar kita siap menjadi Ahlul Mesjid dan siap memakmurkan Mejid-mesjid Allah dimana saja berada. Namun kenapa pada hari ini ketika dihamparkan Takaza kita masih pikir-pikir dulu ini karena kita belum ambil keputusan.
Di dunia ini ada 2 tempat yang bertentangan tetapi bersaing untuk diramaikan oleh manusia. Satu tempat disenangi Allah dan Satu tempat lagi dibenci Allah:
1.      Mesjid à Dicintai Allah
2.       Pasar à Dibenci Allah
Yang namanya Ahlul Mesjid ini hatinya tidak akan tergoda oleh pasar. Pasar itu adalah tempat dimana segala kemaksiatan wujud dari penipuan, sumpah palsu, pengurangan timbangan, maling, zina mata, dan lain-lain. Ketika dia melewati pasar Hatinya selalu terpaut kepada Allah, lidahnya senantiasa basah dengan dzikir, dan yang dia fikirkan adalah apa perintah Allah saat ini dan bagaimana Nabi SAW mencontohkan. Maka hanya dengan sekali dzikir saja ia sudah dapat membawa sejuta pahala atau satu juta keuntungan ketika ia melewati pasar tersebut. Jika dibanding dengan perdagangan yang ada di pasar, perdagangan mana yang bisa mengalahkan keuntungan ahlul mesjid yang melewati pasar dengan berdzikir.
Sedangkan Ahlul Pasar pergi ke mesjid maka jangankan berdagang berbicara perdagangan saja dalam mesjid sudah mendatangkan murka Allah dan dapat menjadi asbab tidak diterima seluruh amalnya selama 40 hari. Jika ia berdagang maka diperintahkan agar kita mendo’akan perdagangannya untuk tidak berkah dan gagal.
Betul hari ini para pedagang sholat dengan benar, pejabat sholat dengan benar, buruh, sholat dengan benar, petani sholat dengan benar. Tetapi kenapa sholat ini tidak dapat mendatangkan pertolongan Allah atau tidak dapat mencegah perbuatan yang mungkar. Hari ini orang sholat tetapi maksiat jalan terus. Ini karena ketika sholat para pedagang memikirkan perdagangannya, para petani yang memikirkan pertaniannya, para pejabat memikirkan pemerintahannya, dan para buruh memikirkan kerjaannya. Begitu juga ketika melakukan haji, zakat, puasa, dan amal ibadat lainnya fikirnya mereka tetap dalam profesinya masing-masing. Sehingga ketika dikumpulkan di Ka’bah, Thawaf, Do’anya beda-beda. Pedagang minta perdagangannya sukses, Petani minta pertaniannya maju, pejabat minta naik pangkat, buruh minta gajinya naik dan lain-lain. Sehingga Agama telah terobek robek, teracuhkan, dan tidak ada yang mempedulikan.
Beda dengan pedagang, petani, pejabat, dan buruh yang membawa fikir agama, walaupun mereka berdagang, bertani, bekerja sebagai pejabat dan buruh tetapi dia tetap membawa fikir agama. Maka orang-orang seperti inilah yang dikatakan Nabi sebagai orang-orang yang tidak di lalaikan dari profesinya dan pekerjaannya atau perdagangannya. Doa mereka semua sama dimana saja dan ketika melakukan amalan apa saja yaitu Minta Hidayah. Ini asbab fikir agama sehingga menimbulkan keseragaman dalam permintaan yaitu bagaimana Agama atau Hidayah ada dalam diri mereka dan diri umat diseluruh alam. Maka mereka inilah yang tidak dilalaikan oleh pekerjaan dan perdagangan mereka, nanti di akherat mereka akan di panggil dengan rombongan yang akan masuk surga tanpa Hisab.
Orang yang senantiasa membawa fikir agama dalam setiap pekerjaannya maka dia akan dapat merasakan nikmatnya beramal ibadah. Hatinya selalu senantiasa terpaut kepada Allah dan perintahNya. Maka Allahpun seperti gayung bersambut akan mendengarkan doa-doanya dan menerima amal ibadahnya.
Seperti dalam sholat ketika dia membaca Fatihah Allah akan membalas bacaannya:
1.      “Alhamdulillah” : Segala Puji Allah Tuhan seluruh alam
 “HambaKu telah memuji-muji Aku”
2.      “Ar Rahman ni Rahiim”: Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
 “HambaKu Memuja Aku rupanya”
3.      “Malikiyaw Middiin” : “Penguasa Hari Pembalasan”
 “HambaKu telah mengagungkan Aku”
* Lalu ketika sampai ayat yang berhubungan dengan Tauhid dan Penghambaan, Allah akan membalas dengan mengatakan
4.    “Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nashta’in”: Tempat Aku meminta dan menyembah
 “Ini antara Aku dan HambaKu saja”
 Lalu do’a apa yang Allah ajarkan kepada kita untuk dibaca :
4.      “Ihdinash Shiratal Mustaqim”: Do’a Hidayah : “Tunjukilah Aku Jalan yang lurus”
 “Apa yang hambaKu minta”
Apa itu jalan yang lurus yaitu jalanya para Nabiyin, Syahiddin, Shiddiqin, Sholihin, Muttaqin, dan
orang2x yang Muqorrobbin
5.      “Shirothol Ladzi Na’an Amta Alaihim Ghoiril Magdu Bi Alaihim walad Dhoollin” : Ke jalan orang2x yang kau Ridhoi bukan ke jalan orang2x yang kau Murkai.
       Sebaik-baiknya pemberian Allah adalah bimbingan ke Jalan Lurus
Inilah yang namanya “Mi’rajul Muslimin” atau Mi’rajnya orang Muslim, jadi bukan hanya Nabi saja yang Mi’raj kepada Allah, tetapi Allah berikan kepada kita untuk dapat Mi’raj kepada Allah.
Kini seleruh segi keduniaan semakin maju, toko, pabrik, ekonomi, kebendaan semakin maju dibanding dengan jaman Sahabat. Namun mengapa pada hari ini dengan kemajuan yang didapat di segala bidang Agama justru mundur. Bukankah hari ini orang bilang jika ekonomi maju, teknologi maju, mesjid lebih bagus, Ilmu tersebar dimana-mana, maka agama akan berkembang dan juga lebih maju. Tetapi kenapa pada kenyataanya justru Agama malah mundur. Jadi Majunya agama ini bukannya karena teknologi yang canggih, ekonomi yang maju, Ilmu yang tersebar, tetapi karena adanya orang-orang yang mengamalkan agama secara sempurna.
Hari ini jika seorang salesman mobil atau salesman proyek yang menawarkan kebendaan maka ketika mereka mengetuk pintu mereka akan disambut dengan baik. Tetapi jika seseorang mengetuk pintu untuk menawarkan agama maka tidak sedikit orang yang tidak suka dan menganggap pekerjaan ini suatu yang aneh bahkan gila. Hari jika Agama ditawarkan kepada petani maka mereka akan mengatakan tidak ada waktu karena sibuk dengan pertanian mereka. Jika Agama ditawarkan ke pejabat maka para pejabat akan mengatakan tidak ada waktu karena sibuk dengan pemerintahannya. Begitu juga ketika di tawarkan kepada Karyawan, Dokter, Polisi, dan lain-lain. Semuanya tidak ada yang punya waktu, sibuk dengan profesinya masing-masing. Agama hari ini sudah seperti anak yatim, terkatung-katung, tidak ada yang mau menerima atau mengambilnya. Padahal dahulu Nabi dan Sahabat mereka korbankan seluruh waktunya dan hidupnya untuk Agama dan agar kita dapat mempunyai agama. Agama yang dulu dikejar-kejar perintahnya oleh Sahabat untuk dikerjakan karena hausnya mereka terhadap perintah agama, kini malah kita tinggalkan, kita jauhkan, bahkan kita langgar. Padahal hanya dengan Agama saja manusia ini dapat sukses, bahagia, dan jaya. Mengapa orang-orang banyak yang menolak Agama dan kita masih belum siap bekerja sungguh-sungguh agar agama ini bisa wujud di seluruh alam ini karena kita belum ambil keputusan. InsyaAllah kita siapkan diri kita untuk mengambil keputusan.
Hari ini kita dengan niat saja untuk menjadi ahlul masjid, Allah telah berikan kita keuntungan atau pahala. Begitu juga dengan niat-niat yang lain seperti menjadi Hafidz, Alim, Syuhada. Beda dengan Ahlul Pasar hanya sekedar niat maka tidak akan membawa keuntungan apa-apa, harus ada kerja dulu yang sungguh-sungguh dan susah-susah. Jadi lebih beruntung jadi ahlul masjid dibandingkan dengan ahlul pasar.
Natijah atau hasil yang diperoleh ahlul mesjid dan ahlul pasar adalah berbeda. Ahlul Mesjid ini dengan amalannya akan menghasilkan sifat. Sedangkan ahlul pasar yang dihasilkannya dari amalannya atau pekerjaannya adalah uang atau kebendaan. Natijah dari Sifat baik ini adalah disukai semua orang dan tidak ada musuh. Sedangkan Natijah yang dihasilkan dari uang dan kebendaan adalah persaingan, permusuhan, dan sifat-sifat buruk yang akan wujud. Kalau yang namanya ahlul pasar, jika kebendaan atau hartanya meningkat, maka ini akan menghasilkan sifat-sifat seperti Qorun dan Firaun. Ini adalah hasil usaha saya sendiri, tidak ada yang bantu, ini hasil kepintaran saya dalam berdagang. Bahkan parahnya akan berkata siapa yang lebih pintar, lebih kaya, lebih berkuasa dari saya. Tidak ada beda dengan Firaun ketika mengatakan saya ini adalah Tuhan, bisa segalanya. Jadi Ahlul Pasar ini semakin kaya semakin berkuasa semakin seperti Qorun dan Firaun. Inilah tendensi ahlul pasar yang jika kebendaan atau kekuasaannya meningkat dan tidak ada usaha atas Iman, maka mereka akan menjadi seperti Firaun dan Qorun.

Beda dengan Ahlul Masjid, dalam Do’anya saja sudah menunjukkan ke Tawadhu’annya, kerendah hatiannya : “Ya Allah sesungguhnya diriku ini tidak pantas di dalam Surga FirdausMu tetapi diriku ini tidak mampu menerima siksaan di NerakaMu.” Jadi Sifat Baik ini akan muncul jika kita mau tambah korban lagi semakin jauh semakin baik. Dan yang namanya sifat ini dapat dibawa kemana-mana tanpa ada rasa susah, cemas, kesulitan. Sedangkan kebendaan atau uang yang dibawa oleh ahlul pasar ini belum tentu bisa dibawa kemana-mana. Kalaupun bisa maka akan mendatangkan rasa cemas, ketakutan kalau uang banyak atau benda mahal, berat dibawa-bawa.
Didalam Kubur nanti amalan ahlul masjid ini akan wujud sebagai pemuda yang membela kita. Seperti Sholat akan wujud sebagai pemuda tampan dan Al Qur’an yang dibaca akan wujud sebagai pemuda yang membantu kita ketika menjawab pertanyaan mungkar dan nakir. Amalan-amalan ini akan menjaga kita dari atas kepala kita, dari kanan kita, dari kiri kita dan amalan-amalan yang lainnya. Sedangkan ahlul pasar yang hartawan dan tidak mau taat pada perintah Allah maka ketika dikubur yang diteriakkan adalah hartaku…hartaku….hartaku.
Dunia ini adalah tempat yang hina dan kita ini juga mahluk yang hina jika tidak ada agama. Terbuat dari cairan yang kotor, masuk ke dalam lobang yang kotor, keluar dari lobang yang sama. Segala sesuatu yang bersih dan suci walaupun itu air zamzam dan daging yang ketika memotongnya mengucapkan bismillah, tetap saja kalau sudah masuk ke perut keluar jadi kotoran. Perut ini gudangnya kotoran, jadi kemana-mana kita pergi bawa kotoran. Jika bukan karena agama kita sudah menjadi mahluk yang kotor dan hina beda tipis dengan binatang. Bahkan banyak yang seperti binatang kerjanya makan, kerja, tidur begitu aja terus-terusan. Bahkan lebih parah dari binatang karena kita masih punya akal untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi masih melakukan hal yang buruk.
Namun yang meninggikan derajat manusia ini adalah amal-amalnya. Inilah yang kekal disisi Allah selain dari itu hanya akan habis dan terhenti untuk dunia ini saja. Coba kita bermuhasabbah mana rezki yang Allah berikan yang terpakai buat menyenangkan Allah dan yang terpakai untuk memuaskan nafsu. Lihat kebendaan kita yang ada di rumah dan lihat apa yang telah kita korbankan untuk agama. Ini semua akan di hisab dan akan di mintakan pertanggung jawabannya. Berapa banyak Rezki yang Allah telah kasih tetapi kita selewengkan hanya untuk memuaskan nafsu kita bahkan untuk bermaksiat kepada Allah. Allah Maha Tahu dan Allah punya team khusus yang bisa membuktikannya. Sesungguhnya perhitungan Allah ini cepat, tepat dan akurat. Namun mengapa hari ini ketika kita diminta untuk korbankan harta dan diri untuk agama kita masih ragu-ragu, ini karena kita belum buat keputusan.
Allah telah menyembunyikan QudratNya dibalik asbab. Orang yang mengusahakan asbab dan yakinnya terletak pada asbab maka orang seperti ini akan celaka. Karena orang seperti ini Yakinnya hanya pada asbab, ketika asbab itu sudah tidak ada lagi dia akan menderita dan merasa susah. Inilah yang namanya ujian ketika Takaza dibentangkan kepada kita, yakin pada Allah atau yakin pada asbab. Padahal sebenarnya manfaat dan mudharat suatu asbab itu adalah Allah yang menentukan dan berubah-ubah sesuai dengan keinginan Allah semata. Dan ini tersembunyi dibalik asbab sebagaimana tongkatnya Musa AS yang berubah-ubah atas kehendak Allah saja.
Hari ini mengapa banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk perdagangan mereka, jabatan, dan pekerjaan mereka, namun tidak mendapatkan keberkahan dari apa yang mereka kerjakan. Ini karena mereka tidak melihat Amr atau perintah Allah dalam pekerjaan mereka. Jalankan perintah Allah dalam setiap pekerjaan kita baru nanti Allah akan datangkan keberkahan dan manfaat. Ada dalam suatu riwayat tentang Saidina Ali RA. Suatu ketika Ali RA ketika hendak ke mesjid dia melihat seorang pemuda yang sepertinya dalam kesusahan, bajunya kumal, dan seperti sedang kelaparan. Setelah Ali RA mengikat Untanya maka ketika dia masuk kedalam mesjid dia berniat akan menolong pemuda itu selepas dia sholat dua rakaat. Setelah Ali RA selesai menyelesaikan sholatnya lalu dia keluar dia dapatkan pemuda itu sudah tidak ada dan unta yang diikatnyapun juga tidak ada. Maka ketika itu Ali RA tidak langsung berprasangka buruk terhadap pemuda tersebut. Dia berpikir untanya lepas karena ikatannya mungkin kurang kuat. Ketika Ali RA melewati pasar ditemukannya Unta tersebut yang ternyata sudah ada di tangan orang lain. Ali RA berkata, “Ini adalah unta saya.” Orang tersebut berkata, “Tidak mungkin saya baru saja beli dari orang lain.” Ali RA bertanya, “kamu beli dari siapa.” Orang itu menjawab, “Saya beli dari seorang anak muda seharga 25 dinar.” Mendengar hal itu Ali RA menjerit, ketika ditanya mengapa, Ali RA menjawab, “Saya sebenarnya hendak memberi pemuda itu 25 dinar.” Disini dapat kita ambil pelajaran bahwa sebenarnya pemuda tadi akan mendapatkan rizkinya dengan jalan Halal dari Ali RA. Namun karena pemuda tersebut tidak sabar dan lebih mengikuti Nafsunya dibanding melihat perintah Allah maka pemuda tadi mendapatkan Rizkinya dengan cara yang haram. Ini semua sebenarnya ujian dari Allah. Kenapa kini banyak orang yang menipu, mencuri, dan korupsi, ini karena mereka tidak yakin pada Allah dan Rizki yang telah Allah tentukan.
Sebenarnya yang namanya Rezki itu telah Allah tentukan, dan itu tidak akan berkurang atau bertambah menurut usaha kita. Rizki mengejar kita sebagaimana mati mengejar kita, kita tidak bisa lari dari mati dan begitu juga sebelum rizki. Kita tidak akan mati sebelum Rizki kita habis walaupun itu hanya satu hirupan udara. Ini harus kita yakini, jika tidak maka kita tidak akan lolos dari ujian dan keadaan yang Allah kasih. Kini orang mengira dengan mencuri, merampok, korupsi, atau dengan meningkatkan bisnisnya, rizkinya akan bertambah. Seseorang yang berusaha mati-matian untuk mendapatkan rezki yang lebih dari apa yang Allah telah tetapkan ini adalah kemustahilan. Tetapi bukannya kita berhenti kerja, karena kerja ini perintah Allah dan sunnah nabi. Lihat perintah Allah dulu apakah dengan duduk saja nanti Allah yang datangkan, atau kita disuruh menyebar mencari rizki. Lihat Perintahnya dulu dalam masalah pekerjaan ini, Allah tidak pernah memerintahkan kita untuk duduk-duduk saja tanpa bekerja. Namun jangan pernah tinggalkan perintah Allah untuk mendapatkan rizki. Lakukan apa yang kamu mampu nanti Allah akan melakukan apa yang kamu tidak mampu yaitu memberi keberkahan, kecukupan, ketenangan dan jalan keluar dalam setiap masalah.
Mengapa hari ini, banyak orang yang meresa susah rizkinya, jodohnya, asbab2xnya, dan lain-lain. Ini karena mereka tidak mau menjaga perintah Allah dalam pekerjaan atau keadaan mereka. Jaga perintah Allah dalam perdagangan, pertanian, perkantoran, dan profesi kita yang lain, maka Allah yang akan berikan kita berkah dan manfaat. Ketika Musa AS hijrah, saat itu dia adalah seorang pengangguran, tidak punya apa-apa. Namun asbab Musa AS jaga perintah Allah dalam setiap keadaan maka Allah SWT memberinya jalan keluar dalam setiap masalahnya.
Suatu ketika, Musa AS melihat seorang wanita yang cantik berdiri diantara pohon. Melihat hal itu darah muda Musa AS naik, lalu Musa AS menegur wanita tersebut mengapa dia tidak dirumah saja karena dapat mengganngu pria-pria yang lain. Inilah perintah Alah SWT yang pertama yang dijaga Musa AS. Namun wanita itu memberi alasan bahwa ayahnya sudah tua dan dia kemari untuk mengambil air. Namun karena ketika itu banyak laki-laki yang berebutan ambil air di sumur sehingga dia harus menunggu di balik pohon agar tidak terlihat. Melihat hal itu Musa AS Iqrom mengambilkan air buat wanita itu untuk dibawa kerumah wanita tersebut. Dan ini perintah Allah yang kedua yang dijaga Musa AS yaitu menolong orang yang sedang berada dalam kesulitan. Dalam perjalanan kerumahnya Musa AS yang berjalan dibelakang wanita itu tidak menyukai posisinya karena Musa AS masih dapat melihat punggung dan kaki dari wanita tersebut. Melihat punggungnya saja Musa AS sudah tidak mau, sehingga Musa AS memerintahkan wanita itu untuk berjalan dibelakangnya, dan Musa AS meminta wanita itu melempar kerikil sebagai arah jalan. Inilah perintah Allah yang ketiga yang dijaga oleh Musa AS. Setelah sampai dirumah wanita tersebut ternyata dia adalah anak seorang nabi yaitu Nabi Syuaib AS. Melihat kebaikan-kebaikan dan akhlaq dalam diri Musa AS, Nabi Syuaib AS, memberinya pekerjaan, lalu diangkat sebagai muridnya, diberi rumah, dan dinikahkan dengan anaknya. Padahal sebelumnya ia hanya seorang pengangguran, miskin, gak ada tempat tinggal, dan gak punya jodoh. Asbab menjaga perintah Allah, Allah berikan Musa AS jalan keluar dari segala masalah yaitu pekerjaan yang halal dan berkah, rumah tempat tinggal, dan dinikah dengan anaknya syuro’ yang jamilah dan alimah. Hari ini kenapa kita masih susah saja padahal dari segi kehidupan kebendaan kita lebih baik dari yang dipunya Musa AS, baju kita lebih baik, rumah kita lebih baik, dan makanan kita lebih baik dari yang dimakan Musa AS. Ini karena kita belum buat kepustusan untuk menjaga perintah Allah.
Namun Allah tidak menguji kita ketika susah saja, Allahpun menguji kita ketika kita senang. Apakah kita masih mau menjaga perintah Allah ketika senang. Ketika Musa AS sudah mendapatkan kebaikan yang banyak maka turun perintah Allah Ta’ala kepada Musa AS untuk Khuruj Fissabillillah Dakwah kepada Firaun. Jadi Allah uji kita bukan hanya dengan keadaan susah tetapi juga dengan keadaan senang.
Suatu ketika istri Musa AS sedang sakit dan kedinginan, Musa AS yang biasa menyalakan api dengan kayu agar dapat memberikan kehangatan buat istrinya, kali ini apinya tidak menyala. Lalu Allah nampakkan kepada Musa AS api yang menyala dari bukit Thursina. Demi istri Musa AS, sama seperti kita rela bersusah-susah pergi jauh-jauh untuk mencarikan api buat istrinya yang sedang kedinginan. Bedanya dengan kita, hari ini kita susah-susah pergi jauh-jauh agar istri bisa terpuaskan keinginannya, ke hero, ke toko emas, ke toko baju. Rela korbankan harta untuk keluarga, sehingga akhirnya duitnya habis tidak jadi dipakai keluar di jalan Allah.
Ketika sampai di bukit Thur, Api yang dilihatnya ternyata tidak ada. Disini Musa AS hendak ditarbiyah oleh Allah Ta’ala, bahwa tidak perlu api untuk menghangatkan, atau makanan untuk mengenyangkan, air untuk menghilangkan haus, karena semua itu manfaat dan mudharatnya atas izin dari Allah. Itulah yang Allah Ta’ala ajarkan kepada Musa AS ketika tongkatnya menjadi ular lalu menjadi tongkat kembali atas perintah dari Allah Ta’ala. Memang secara logika perintah Allah tidak masuk diakal, ini karena Allah sembunyikan QudratNya dibalik perintahNya. Namun untuk menyempurnakan Iman dan Yakin ini perlu pengorbanan dengan jiwa dan harta.
Maka walaupun Musa AS masih dalam keadaan belum sempurna keyakinannya, Allah tetap perintahkan Musa AS untuk pergi Dakwah kepada Firaun. Siapa itu Firaun yaitu Ahli Dunia yang mengaku sebagai Tuhan karena merasa mampu melakukan segala-galanya. Disitu Musa AS harus membuat keputusan, istri yang sedang sakit dan kedinginan, atau menunaikan perintah Allah. Istri jelas-jelas sedang sakit tetapi Allah malah menyuruh Musa AS untuk meninggalkan istrinya pergi di jalan Allah. Ini perintah Allah yang sangat bertentangan dengan Nafsu Musa AS ketika itu. Ada masalah tetapi malah disuruh pergi di jalan Allah. Musa AS bertanya kepada Allah bagaimana dengan istrinya lalu Allah perintahkan Musa AS untuk memukul batu dengan kayunya. Setalah tiga kali memukul hingga batu itu pecah menjadi batu yang lebih kecil didapati oleh Musa AS, seekor ulat yang sedang memuji Allah karena Allah tidak melupakan Rizkinya. Ulat dalam batupun masih dalam pemeliharaan Allah. Lalu Musa berkata bahwa Firaun mempunyai Bala Pasukan yang banyak, dan ia meminta Harun diangkat sebagai Nabi sebagai teman yang membantunya. Allah berkata mahfum kepada Musa AS untuk tidak takut karena “Aku bersama Engkau”. Namun karena Musa AS memberikan alasan agar Harun AS dapat membantunya dalam menyampaikan Dakwah kepada Firaun, akhirnya do’a Musa AS ini diterima.
Musa AS berdo’a kepada Allah :
Robbishrohli sodri : Ya Allah aku berlindung kepadamu dari sesaknya dadaku
à Harus buat keputusan karena banyaknya pertimbangan.
Wayah sirli Amri : Ya Allah bantulah urusanku
à meninggalkan istri yang sedang sakit dan sedang menunggunya untuk dirawat.
Wahlul uhdatam mi lisani yafqohu qouli : Ya Allah mudahkan lidahku dalam menyampaikan
à Musa AS mulutnya cadel tidak bisa bayan dengan benar tetapi tidak menghalanginya untuk dakwah kepada Firaun, Bayan hanya keperluan saja bukan kepentingan Dakwah. Yang penting adalah pengorbanannya dalam menjalankan perintah Allah. Sampaikan walaupun satu ayat
Jangan jadikan alasan tidak bisa bayan tidak mau dakwah atau keluar di jalan Allah. Lihat Musa AS tidak bisa bayan apakah ia berhenti dari dakwah, dakwahnya jalan terus walaupun tidak bisa bayan. Walaupun dalam kondisi yang sangat sulit, Musa AS nafikan Nafsunya dan buat keputusan untuk ikuti maunya Allah, keluar ke negeri jauh. Tidak ada Musyawarah dengan istri bahkan ia meninggalkan istri dalam keadaan sakit. Jadi apa yang di korbankan Musa ketika itu, ada 3 perkara :
1.      Mal atau Harta
à Berupa domba2xnya dan tempat tinggalnya
2.      Hal atau Keadaan
à Keadaan yang sulit yaitu istri yang sedang sakit
3.      Ali atau Keluarga
à Istri yang dicintai
Inilah Pengorbanan Musa AS demi perintah Allah, dia nafikan keadaannya dan hanya membenarkan perintah Allah. Hari ini kita logikan perintah Allah, sehingga kita bisa mudah mengikuti Nafsu kita. Istri dan Anak belum diberi uang belum bisa berangkat. Dikira kita ini yang menghidupkan dan memberi makan mereka sehingga perintah Allah kita logikan. Jaga anak dan istri kan perintah juga, nanti kalau udah siap baru saya berangkat. Siapnya kita adalah menurut Nafsu beda dengan siapnya Musa AS. Ini karena kita belum mengambil keputusan, sehingga perintah Allah ini belum bisa kita kerjakan secara sempurna.
Maka ketika Musa AS akan pergi, dia diberi Bayan Hidayah dulu oleh Allah mahfum : “Sampaikanlah dengan hikmah mudah-mudah dia sadar”. Maka ketika Musa AS sampai dihadapan Firaun Musa AS, Firaun mengumpulkan para ahli sihirnya untuk mengalahkan Nabi Musa AS. Hanya saja dibelakang Dai ada Allah Ta’ala. Jika Allah sudah menyatakan perang, siapa yang bisa menang melawan Allah. Akhirnya penyihir Musa AS mengetahui hal ini, lalu mereka bertobat dan menyatakan keislamannya. Sudah berbagai macam kebesaran yang Allah nampakkan kepada Firaun, namun Firaun hatinya masih menolak karena gengsi bahwa Musa ini dari kalangan hamba.
Ketika Musa AS membawa Bani Israil dari cengkraman Firaun, Musa AS terjebak diantara lautan dan pasukannya Firaun yang siap membantai Bani Israil. Inilah yang membedakan imannya seorang abid dan seorang dai, Bani Israil berkata bahwa mereka celaka sebab laut didepannya dan firaun dibelakang mereka. Tetapi apa kata Musa AS, “Allah bersama Saya”. Apa yang dilakukan Musa AS ketika itu, dia menunggu perintah Allah, tidak buat ide-ide dengan Nafsunya, seperti gunakan tongkat untuk memukul Firaun. Tetapi perintah Allah memukulkan tongkatnya ke laut. Sehingga karena perintah Allah laut terbelah menjadi dua belas jalan. Allah berikan Musa dan Bani Israil jalan keluar dari masalah. Siapa yang menyelesaikan masalah ? Allah yang selesaikan masalah.
Ketika Firaun berusaha mengikuti jalan Bani Israil, Musa AS langsung pukulkan tongkatnya ke laut. Tetapi tidak membawa perubahan apa-apa, ini karena tongkat Musa AS ini hanya mahluk, dan laut terbelah atas perintah Allah. Jadi tongkatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain dari apa yang Allah telah perintahkan. Lalu Allah perintahkan kepada laut untuk menenggelamkan Firaun dan Bala tentaranya. Ketika terombang ambing dalam laut, Firaun mengakui Allah Tuhannya Musa AS dan Bani Israil. Namun apa kata Allah, saat ini baru kamu mau bertobat setelah sejauh ini engkau menentangku, maka tidak diterima oleh Allah.
Hari ini orang yang tidak taat kepada Allah kelihatan seperti jaya dan bahagia, namun ujung-ujungnya hanya orang yang beriman dan yang mau menjaga perintah Allah yang akan dimenangkan oleh Allah dan yang akan bahagia. Sama seperti Firaun yang awalnya kelihatan bahagia dan Musa kelihatan susah dan menderita tetapi ternyata akhirnya Musa AS lah yang di menangkan oleh Allah dan di muliakan sampai akhir jaman. Jika kita jaga perintah Allah maka Allah akan jaga kita. Untuk ini kita perlu buat keputusan dan buat pengorbanan.
KH. Abdul Halim, Syuro Indonesia – Sragen, Markaz Indonesia, Mesjid Jami Kebon Jeruk Jakarta Bayan Maghrib, 6 April 2002

Rabu, 23 Februari 2011

9. Bayan Syuro KH. Udzairon


BAYAN MAGHRIB
YAKIN DAN AKHLAQ DALAM DAKWAH
Setiap kerja ada Modalnya, dan Modal dari usaha agama ini adalah keyakinan yang shahih, yaitu :
1.     Keyakinan yang shahih kepada Allah Swt
2.     Keyakinan yang shahih kepada Rasullullah Saw
3.     Keyakinan yang shahih kepada Kitabullah
4.     Keyakinan yang shahih kepada adanya para Malaikat
5.     Keyakinan yang shahih kepada Negeri Akherat yang abadi
6.     Keyakinan yang shahih kepada Keputusan Allah ( Qadha dan Qadhar )
Rasullullah Saw memegang janggutnya, lalu berkata :
“Aku beriman dengan Taqdir Allah atau ketentuan Allah, baik ketentuan yang baik dan yang buruk, baik ketentuan yang manis maupun yang pahit. Semuanya adalah dari Allah Swt.”
Seluruh para Nabi dan Rasul, yang ditugaskan untuk usahakan agama, maka semuanya dibekali dengan keyakinan. Nabi Musa AS diutus untuk dakwah ke Mesir oleh Allah Swt, mendapati medan yang begitu berat yaitu menghadapi penguasa lalim Fir’aun Laknatullah Alaih. Firaun saat itu adalah seseorang yang mempunyai kekuasaan, mempunyai kerajaan, mempunyai tahta, mempunyai tentara, mempunyai harta, dan segala macam asbab. Sementara Nabi Musa AS diutus Allah Swt untuk buat usaha atas agama di mesir tidak dimodali asbab apapun. Nabi Musa AS dalam menghadapi Firaun hanya membawa baju yang terpakai dan tongkat saja. Bajunya juga baju yang lama, yang dia pakai sehari-hari, dan tongkatnya juga yang lama, yang dipakai untuk mengembala kambing dan untuk bersandar. Jadi tidak ada hal-hal baru secara meteri atau dzohir dari diri Nabi Musa AS, yang baru hanya keyakinan dalam hati saja. Allah Swt telah tanamkan keyakinan dalam diri Musa AS, keyakinan akan Qudratullah :
“Innani annalloha la illaha illa ana, fa’budni, wa akimisholata lidzikri”
Artinya : “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan yang patut disembah selain Aku…”
Maksudnya apa :
1.     Tidak ada yang perlu ditakuti dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
2.     Tidak ada yang patut dicintai dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
3.     Tidak ada yang perlu diagungkan dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
4.     Tidak ada yang perlu di tunduki dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt.
5.     Tidak ada yang perlu diharapkan dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt.
Inilah pembakalan yang diberikan kepada Musa AS oleh Allah Swt yaitu mengenal Allah Swt. Setelah mengenal Allah Swt, maka berikutnya Musa AS diberikan jalan untuk berhubungan dengan Allah Swt yaitu dengan sholat.
Begitu juga dengan Nabi Saw yang di utus keseluruh alam oleh Allah Swt, juga tidak dibekali dengan kebendaan ataupun asbab-asbab dzohir apapun. Ketika beliau masih kecil, Allah Swt telah kirim Jibril AS untuk membedah dada Nabi SAW, mengambil daripada Hati Nabi SAW untuk dicuci dengan air zamzam. Kemudian Jibril AS membawa suatu wadah yang berisikan Iman dan Hikmah untuk dimasukkan kedalam hati Nabi Saw. Begitu juga ketika Nabi Saw hendak menjadi Nabi, maka kejadian yang sama terulang kembali, dada nabi Saw dibedah kembali untuk di ambil hatinya dibersihkan kembali dan di isi dengan Iman dan Hikmah. Kejadian ini menurut ulama berulang sampai 3 kali :
1.     Ketika masih kecil / anak-anak
2.     Ketika remaja menjelang menjadi Nabi
3.     Ketika hendak Isra’ Mi’raj
Nabi Saw tidak diberikan benda-benda atau materi-materi keduniaan, tetapi diberikan Iman dan Hikmah. Kitapun juga seperti itu, bahwa keyakinan yang betul terhadap Allah Swt merupakan modal terpenting dalam usaha agama ini :
1.     “Allahu kholiku kulli syai”                      :               Allah pencipta segala sesuatu
2.     “Allahu al qodir ala kulli syai”               :               Allah berkuasa atas segala sesuatu
3.     “Allahu al alim bikulli syai”                    :               Allah yang mengetahui segala sesuatu
Apa yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi :
“Innama amruhu Idza arroda syai’an an yakullu kun fa yakun” : “Jika Allah menghendaki menciptakan sesuatu maka Allah hany berfirman : “Kun” maka akan terjadi”
Allah Swt menciptakan yang besar dan yang kecil dengan cara yang sama, begitu juga dengan surga dan neraka, dunia dan akherat, hanya dengan kata-kata : “Kun” – “Jadilah”, maka langsung terjadi. Perkara besar dan perkara kecil disisi Allah sama saja, diciptakan dengan “Kun” maka langsung jadi. Di hadapan Allah Swt ini seorang Raja dengan seekor nyamuk ini sama saja. Kalau Allah menghendaki bisa saja Raja membunuh nyamuk, jika Allah menghendaki bisa saja nyamuk membunuh raja. Semuanya menurut Kehendak Allah Swt saja.
“Allahu lima yurid” : “Allah bertindak menurut apa yang dia mau, berbuat apa saja yang Allah mau, tanpa ada bantuan apapun dan siapapun.”
Allah Swt :
1.     Dialah yang meninggikan langit tanpa tiang
2.     Dialah yang menjalankan Matahari tanpa alat
Semuanya hanya dengan “Kun” Fayakun. Allah Swt tidak perlu bantuan apa saja dan siapa saja. Apaq yang dikehendaki Allah akan terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak mungkin terjadi. Mahluk tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah Swt termasuk denyut-denyut jantung manusia ada dalam genggaman Allah Swt.
“Wama tasya una illa ayasha Allah” : Kamu semua tidak bisa berkehendak kecuali dengan kehendak Allah.
Dialah Allah Swt :
1.     Al Muhyi yang menghidupkan, Dia lah Allah Swt adalah Al Mumit yang mematikan.
2.     Ar Rofiq yang meninggikan, Al Khofiq yang merendahkan
3.     Dialah Allah yang membikin orang tertawa, Dialah Allah yang membikin orang menangis
4.     Dialah Allah yang membikin orang benci, dan Dialah Allah yang membikin orang cinta
Bagaimana bencinya Firaun kepada Musa AS, Nabi Musa AS belum lahir tapi Firaun sudah benci. Saking bencinya kepada Nabi Musa AS, Firaun menggerakkan pasukan-pasukan untuk mencari Musa AS yang masih bayi sampai membunuh 70.000 bayi setiap tahunnya. Anehnya setelah bayi Musa AS ada di depan mata, bukannya dibunuh, tapi mindset Firaun berubah, malah memeliharanya. Mendadak pemikiran Firaun ini berubah, programnya berubah yang dari ingin membunuhnya, malah Nabi Musa AS diangkat menjadi anaknya, dipelihara oleh Firaun. Jadi pada Hakekatnya yang punya program hanya Allah Swt.
Allah Swt yang Maha Kuat, mahluk tidak mempunyai kekuatan apa-apa :
1.     Indonesia tidak kuat, yang kuat itu adalah yang menciptakan Indonesia
2.     Amerika tidak kuat, yang kuat itu adalah yang menciptakan Amerika
3.     China itu tidak kaya, yang kaya itu yang menciptakan negeri China
4.     Jepang itu tidak pandai, yang pandai itu adalah yang menciptakan orang-orang jepang
“La illaha illallah”
Maka yang diharap hanya Allah, kalau kita punya harapan kepada selain Allah ini namanya tidak adab kepada Allah Swt. Bukankah Allah itu Maha Kaya dan Maha Kuasa, padahal Allah Swt sudah menyuruh kita minta kepada Nya,kok mintanya atau berharapnya kepada selain Allah, ini namanya tidak punya adab. Bagaiamana seorang anak punya orang tua yang sayang pada dia dan kaya raya, tetapi si anak ini malah minta-minta, mengemis, kepada tetangganya yang miskin lagi. Maka marahlah si orang tua : “Anak kurang ajar (dijewer si anak), kamu ini bukannya minta padaku malah minta pada orang lain, bukankah ayahmu ini banyak uang dan sayang padamu, kenapa malah minta ke tetangga yang miskin. Bikin malu orang tua saja !” Maka orang tua yang mendapatkan anaknya berlaku demikian akan marah kepada si anak karena mengemis-ngemis kepada orang lain dibanding meminta kepada orang tuanya. Jadi seorang hamba yang meminta kepada selain Allah Swt ini merupakan kesalahan yang besar. Tetapi kebanyakan manusia tidak menganggap ini suatu kesalahan.
Begitu juga dengan rasa takut kepada selain Allah Swt, ini juga merupakan kesalahan yang besar, padahal selain Allah ini tidak bisa berbuat apa-apa, tanpa kehendak Allah Swt. Seseorang tahu bahwa dia dilihat oleh Allah Swt, di dengar oleh Allah Swt, tapi takutnya malah kepada selain Allah, ini namanya tidak punya akhlaq kepada Allah Swt. Jadi jangan menggantungkan harapan kepada selain Allah, jangan kita takuti selain Allah, berharap dan takut hanya kepada Allah saja, inilah sikapnya orang beriman. Malu jika berharap kepada selain Allah, malu kalau sampai takut kepada selian Allah. Syaidina Abdullah Ibnu Umar RA ketika memegang kepala singa berkata : “Saya malu kalau saya takut kepada selain Allah.” Maka kita luruskan keyakinan kita kepada Allah, sehingga kita senantiasa dalam setiap keadaan dapat tawajjuh kepada Allah Swt. Kerja Dakwah ini sangat berhajat kepada ketawajuhan kita terhadap Allah Swt. Semua kerja perlu tawajjuh kepada Allah Swt karena kita ini tidak dapat melakukan apa-apa tanpa pertolongan Allah Swt. Da’i ini hakekatnya kata masyeikh kita wajahnya menghadap mahluk, tapi hatinya hanya menghadap kepada Allah Swt. Da’i ini dzohirnya mengetuk pintu-pintu rumah, tapi hakekatnya sedang mengetuk-ngetuk pintu hidayah Allah Swt.
Ketika Rasullullah Saw memegang baju umar lalu mengatakan : “Wahai umar apakah kamu tidak akan jera-jera untuk berada dalam kekufuran sampai datang murka Allah kepada kamu ? Ya Allah berikanlah hidayah kepada Umar.” Lalu Umar RA langsung mengucapkan, “Ashadu alla illaha illallah wa ash hadu anna Muhammadar rosullullah.”
Setiap orang bertanya ini kiatnya bagaimana agar bisa mengeluarkan rombongan-rombongan untuk keluar dijalan Allah. Mudah saja, andaikata kita selalu dalam keadaan Tawajjuh kepada Allah Swt, sehingga Allah berkenan menyelesaikan masalah kita, maka semua masalah akan selesai. Kesulitan apa saja, andaikan kita mau tawajjuh kepada Allah, Tawakkal kepada Allah Swt, nanti Allah akan selesaikan masalah kita.
Nabi Musa AS menghadapi masalah di depannya ada lautan, sedangkan di belakang ada pasukan Firaun yang siap membantai Nabi Musa AS dan Bani Israil. Semua orang ketika itu dalam ketakutan dan berputus asa. Nabi Musa AS mengajarkan kepada kita kiat menyelesaikan masalah. Apa itu ? yaitu Tawajjuh kepada Allah Swt :
“Innama iyya Robbi sayahdeen” : “Tuhanku bersamaku” dia akan memberi petunjuk kepadaku.
Akhirnya selesai masalah. Begitu pula apa yang di contohkan oleh Nabi Ibrahim AS dalam menyelesaikan masalah yaitu ketika menghadapi Namruts Laknatullah Alaih dengan pasukan-pasukannya. Bagaimana Nabi Ibrahim menyelesaikan masalah yaitu dengan Tawajjuh kepada Allah :
“Hasbunallah” : “Cukup Allah saja sebagai penolongku”
Akhirnya datang penolongan Allah Swt. Begitu juga junjungan kita Nabi Saw, ketika menghadapi masalah, dikejar-kejar orang kafir Quraish hendak dibunuh, yaitu tawajjuh kepada Allah Swt :
“Innalloha Ma ana” : “Allah bersama kita”
Akhirnya datang pertolongan Allah Swt. Begitu juga para sahabat RA dalam menghadapi masalah yaitu dengan Tawajjuh kepada Allah Swt, maka semua masalah mereka Allah selesaikan. Jadi untuk menyelesaikan masalah yang ada tidak ada jalan selain Tawajjuh kepada Allah, tambah tawakkal, tambah takut kepada Allah, dan tambah harap hanya kepada Allah. Inilah satu-satunya dalam menyelesaikan masalah.
Kisah :
Seorang ulama ber doa terus berdoa, maka setiap berdoa keluar kata-kata, “Doa kamu tidak diterima.” Dia terus berdoa lagi, maka tetap keluar kata-kata seperti itu, “Doa kamu tidak diterima.” Walaupun keluar kata-kata seperti itu dia tetap terus berdoa. Sangking seringnya keluar kata-kata seperti itu, sampai-sampai muridnya bisa mendengarkan suara tersebut. Maka suatu ketika pergilah ulama untuk melaksanakan Haji, lalu berdoalah dia di depan kabah bersama murid-muridnya. Namun tetap saja setiap kali berdoa didepan ka’bah, maka suara itu tetap mengatakan, “Do’a kamu tidak diterima.”
Akhirnya si murid nya berkata : “Wahai syekh, setiap kali anda berdoa, selalu keluar suara seperti itu, “doa kamu tidak diterima”, tapi kenapa syekh tetap terus berdoanya.”
Si ulama tadi berkata : “Kamu tahu sudah berapa lama aku mendengarkan suara seperti itu ?”
si murid bilang : “Tidak tahu.”
Si ulama tadi mengatakan : “Aku sudah mendengarkan suara itu selama 40 tahun. Setiap saya doa musti keluar suara seperti ini, “Doa kamu tidak diterima” ?”
Lalu si murid menanyakan : “Kenapa tetap berdoa kalau keadaannya seperti itu ?”
Si ulama itu mengatakan : “Kalaupun Allah Swt menolak doa saya sejuta kali, maka saya akan balik lagi untuk berdoa lagi sejuta kali, habis siapa yang bisa mengabulkan doa saya selain Allah Swt. siapa yang bisa menolong saya selain Allah ? kalau doa saya ditolak, maka saya akan balik lagi berdoa. Ditolak lagi, saya balik lagi berdoa, saya akan berbuat terus seperti itu. Ini karena saya mau cari siapa, tidak ada lagi tuhan selain Allah. Siapa lagi yang bisa memperkenankan doa saya selain Allah ? Ada tuhan mana lagi selain Allah ?”
Setelah targhib yang ulama berikan ini kepada muridnya, tiba-tiba keluar suara tersebut, “Sekarang doa kamu sudah diterima.”
Maka kita tawajjuh terus kepada Allah, doa terus kepada Allah, jangan putus asa. Cerita ini didukung oleh suatu hadits :
“Tidak henti-hentinya seorang hamba itu mengucapkan, “Ya Allah….. Ya Allah….” Akhirnya diterima juga.” ( Mahfum Hadits )
Jadi tidak cukup sekali berdoa itu. Doa lagi, “Maza’ala”, terus do’a lagi, “La ya zallu”, tidak henti henti. Sampai akhirnya diterima juga doanya oleh Allah Swt. Inilah hakekat usaha kita. Usaha kita ini bukan untuk banyak-banyakan orang, tapi bagaimana mempunyai hubungan benar dengan Allah.
“Barangsiapa yang mendapatkan Allah maka dia telah mendapatkan segala-galanya. Barangsiapa yang telah kehilangan Allah, dia telah kehilangan segala-galanya.”
Allahlah penguasa segalanya, pembuat keputusan atas segala sesuatu, maka barangsiapa yang mendapatkan Allah, maka dia telah mendapatkan segalanya. Inilah pentingnya kenapa kita harus punya hubungan baik dengan Allah Swt, karena barangsiapa yang telah kehilangan Allah, hakekatnya dia telah kehilangan segala-galanya. Inilah Targhib yang diberikan oleh Syeikh Abdul Wahab ketika datang di jakarta 2008 kemarin, dari waktu isya sampai makan jam 11 malam, hanya ini intinya diulang-ulang oleh beliau. Inilah bekal kerja agama, tawajjuh kepada Allah, doa siang dan malam kepada Allah.
Setelah kita Tawajjuh kepada Allah, maka langkah yang kedua adalah bagaimana kita menyibukkan diri kita dalam perintah-perintah Allah. Nabi Saw katakan dalam hadits qudsi :
“Ma taqoroba ilaiya abdi fi mislih ma tarobtuhu alaih”
“Tidak ada cara untuk mendekatkan diri kepada Allah melebihi amalan-amalan fardhu.” :
1.     Jaga Sholat Wajib
2.     Jaga Puasa
3.     Jaga Zakat
4.     Jaga Haji bagi yang mampu
Beli rumah 100 juta mampu kok haji tidak mampu ? beli mobil 50 juta mampu tapi haji kok tidak mampu ? ini bukan tidak mampu namanya, tapi tidak mau. Jadi amalan-amalan fardhu harus dijaga. Bahkan menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddeen jilid satu yang termasuk harus di jaga adalah Dakwah, karena fardhu ‘Ain.
Pemikiran Imam Ghazali di Kitab Ihya Ulumuddin terhadap Dakwah :
Imam Ghazali katakan zaman ini adalah zaman kebanyakan manusia sudah lalai kepada Allah. Ini beliau katakan 500 tahun hijriah, dimana wali-wali masih dimana-mana. Maka di zaman ini kalau kita tidak datang ke rumah-rumah menemui setiap orang, bagaimana mereka mau ingat kepada Allah. Maka hari ini adalah fardhu ‘Ain untuk setiap orang bergerak menemui setiap orang mengingatkan mereka kepada Allah.
Jadi pemikiran tentang Dakwah itu adalah penting ini bukan hanya dari satu ulama saja, seperti Syeikh Ilyas Rah.A saja, tetapi juga imam Ghazali, bahkan sampai ke Rasullullah SAW sekalipun. Namun alangkah sedikitnya manusia yang memperhatikan perkara ini. Padahal tidak ada cara untuk mendekatkan diri kepada Allah melebihi daripada mengerjakan amal-amal fardhu.
Dan tidak henti-hentinya seorang hamba mengerjakan amal-amal sunnah ( bukan sekali saja tapi secara terus menerus, dari : Sholat Sunnah, Puasa Sunnah, Dzikir harian, bacaan Quran, sodaqoh, secara terus menerus ), akhirnya dicintai oleh Allah Swt. Jaman dulu waktu baru pertama kali keluar 3 hari maka semangat bahkan diulang-ulang adab tidur, adab makan, dan adab masuk mesjid, tetapi sesudah jadi orang lama tidak dipraktekkan lagi, tidak di mudzakarohkan lagi, bosan katanya, tidak perlu adab tidur lagi dan tidak perlu adab makan lagi. Ini namanya pensiun dari mengamalkan sunnah Nabi Saw.
Apabila seseorang sudah dicintai oleh Allah Swt, maka Allah akan memberkati matanya, memberkati mulutnya, memberkati tangannya, memberkati seluruh kehidupan orang tersebut, seperti para sahabat RA. Umar RA ini seorang khalifah seperti kita tangannya hanya dua saja, namun dari tangan yang Allah berkati ini mampu mengatur seluruh manusia dari ujung ke ujung dunia. Ini namanya Barokah dalam pengaturan dari Allah Swt. Bagi umar cukup berteriak dari madinah sambil mengayunkan tangannya, pasukannya yang sedang berperang ribuan killometer dari madinah mampu mendengar perintah Umar RA. Namun lihat kita hari bagaimana keadaan kita begitu jauh dari umar RA, mengatur satu mahalah saja tidak becus. Masya Allah, Allahu Akbar.
Inilah keadaan kita hari ini kurang Barokah dari Allah Swt. Kenapa ? ini karena kita tidak menjaga daripada amal-amal sunnah kita dengan sungguh-sungguh. Kita harus menjaga dengan sungguh-sungguh dari amal sunnah yang dzohir dan yang bathin. Amal-amal dzohir seperti sunnah makan, sunnah tidur. Sedangkan amal bathin ini seperti sunah-sunnah dari akhlaq rasullullah SAW seperti memaafkan orang. Nabi SAW sifatnya itu senantiasa memaafkan orang. Orang semakin berbuat jahil kepada Nabi SAW, maka Nabi SAW semakin berbuat baik, semakin lembut kepada orang itu. Keburukan dibalas dengan kebaikan, ini merupakan sifat Nabi SAW yang disebutkan dalam kitab Taurat sebagai Nabi Akhir jaman. Inilah yang namanya Akhlaq sunnah memaafkan, sementara kalo kita ini temen berbuat salah kita inget-inget terus, sementara kita tidak pernah inget kebaikan-kebaikannya. Ini namanya bukan Akhlaq sunnah. Akhlaq sunnah itu kita senantiasa melihat kebaikan orang, dan jangan melihat keburukannya. Inilah akhir zaman, jangan kita ini menuntut teman kita ini berlebih-lebihan, lihatlah kebaikan-kebaikannya. Dengan cara ini maka akan timbul kasih sayang satu sama lain dan kesatuan hati, inilah asbab terbaik turunnya pertolongan Allah. Umat ini jika sudah tidak satu hati, walaupun dipimpin oleh cucu Nabi SAW, namun karena umat dalam keadaan tidak rukun, dipimpin oleh oleh sealim-alimnya manusia, ummat tidak bisa jalan alias tidak berfungsi alias kacau balau. Seperti mobil yang sudah bobrok, walaupun didatangkan supir ahli, seorang pembalap kaliber dunia, ini sama aja tidak akan bisa jalan. Jadi kalau mobil bobrok, supir jepang yang ahli dengan supir dari jawa, ya sama aja. Namun kalau mobil bagus dan baik kondisinya, tidak perlu supir dari jepang, supir dari temboro aja bisa jalan mobil tersebut dengan baik. Intinya  kita ini jangan suka menyalah-nyalahkan orang, contoh : gara-gara si anu kerja ini jadi gak bisa jalan, gara-gara dialah kerja ini buntu. Di fikiran orang seperti ini yang ada hanyalah “Saya risau dengan dia ini”, kenapa dia tidak risau pada dirinya sendiri dulu (sibuk merisaukan orang lain tapi tidak risau sama diri sendiri).
Nabi SAW bersabda :
“Man qaala khalaqannas fa huwa ahlaquhum au ahlaqahum” artinya :  “Barangsiapa yang mengatakan bahwa manusia sudah rusak, maka dia inilah yang paling rusak”.
Menurut Ulama makna dari hadits ini ada 2 :
1.     Dianya yang rusak
2.     Dia jadi asbab rusaknya orang lain ( dianya yang merusak orang lain )
Jadi sebagai Da’i itu harus lihat kebaikan-kebaikan orang, akhirnya melihat orang itu seneng. Walaupun hanya 1 temen dia akan merasa senang, dia syukurin pertemanannya dengan satu orang ini. Akhirnya asbab syukurnya ini Allah Swt tambah temannya. Tambah satu teman, disyukurin lagi, pandang kebaikannya lagi, disayang lagi, akhirnya Allah Swt tambah temannya lagi terus hingga temannya menjadi banyak. Beda dengan jika banyak teman tidak disyukurin, dimarahin terus temannya, prasangka buruk terus, dilihat keburukannya aja, lama-kelamaan temannya meninggalkannya, hingga dia tidak punya teman. Teman ini walaupun dia tidak mau ditaskil atau berbeda pandangan dengan kita, minimal dia seorang islam ini sudah mencukupi fadhilahnya. Jika kita bertemu mengucapkan salam, itupun kita dapat pahala. Kita bersalaman, dosa-dosa kita berguguran. Apalagi kalau dia mau diajak keluar di jalan Allah  maka akan bertambah-tambah lagi fadhilahnya. Inilah Akhlaq Nabi SAW, sunnah didalam Akhlaq, yaitu suka memaafkan dan memandang kebaikan orang lain. Maka akhirnya dimana-mana bicara kebaikan, sehingga kebaikan dimana-mana tersebar.
Syech Abdul Wahab katakan :
“Da’i ini jika sudah mudzakaroh mengenai kelemahan atau aib temannya maka ini akan menyebabkan kerja ini menjadi lemah.”
Maulana Umar Rah.A cerita :
Ada suatu rombongan dari suatu negeri datang ke masyeikh untuk membeberkan kekurangan dan kelemahan syuro di negerinya. Setiap orang di rincikan masalah dan kekurangan mereka. Sehingga Maulana Umar bertanya, “Kenapa nama kamu tidak ditulis disini ? apakah kamu tidak punya kelemahan, tidak punya ya ?” jangan kamu lihat kelemahan orang-orang itu sehingga kamu tidak akan bisa kerja sama. Akibatnya kerja dakwah ini akan terhenti. Lihatlah kebaikan-kebaikan mereka.”
Cerita ulama jaman dulu :
“Dulu ada kisah seorang bernama si fulan. Si fulan ini setiap ketemu orang langsung mencium bau busuk dan mencibirnya. Di rumahnya dia ketemu istrinya marah dia bilang istrinya ini bau busuk sekali. Ketemu ayahnya marah, dia bilang kok bau busuk sekali. Lalu ke mesjid begitu juga, ketemu ulama dia bilang ini ulama kok bau busuk sekali. Kemana-mana pergi dia marah-marah bilang semua orang busuk. Sehingga akhirnya datanglah seorang temannya menasehatinya untuk tidak seperti itu. Lalu si fulan katakan, “Ya memang keadaannya seperti itu semua orang bau busuk.” Teman nya bilang jangan seperti itu, bau busuk itu dikarenakan di hidung kamu itu ada kotoran tai ayam nempel di dalam hidung kamu. Terkejut dia mendengarnya dia langsung pulang membersihkan hidungnya. Setelah dibersihkan hidungnya, diberi pembersih dan pewangi, sehingga kini dia ketemu istrinya kok jadi wangi, begitu juga ketemu ayahnya, ketemu ulama di mesjid juga begitu, semua orang jadi wangi. Akhirnya dia sadar rupanya selama ini yang bermasalah itu hidungnya.”
Inilah gambaran bagaimana orang jaman dulu memberi nasehat yah seperti ini penuh dengan hikmah. Jadi ketika menuduh orang lain buruk atau melihat keburukan orang lain, sesungguhnya itu sebenarnya datang dari keburukan diri sendiri. Orang baik itu ya ngeliat apa aja ya baik saja. Ada laki perempuan sedang berjalan, maka orang baik ini akan memandang “Wah ini suami isteri mesra sekali.” Tetapi kalau orang buruk dia akan memandang, “Wah ini pasti mau zina mereka”. Jadi kalau orang baik itu melihat suatu perkara ya baik aja, sehingga yang datang yang baik-baik sama dia. Kita tidak akan bisa buat usaha dakwah kecuali dengan melihat kebaikan orang. Kalau ini bisa dilakukan, maka orang seperti ini hanya akan melihat kebaikan pada orang atau ummat, sehingga dia jatuh cinta pada ummat, sayang kepada ummat, dan mau usaha atas ummat. Inilah akhlaq Rasullullah SAW. Walaupun sudah diperlakukan sedemikian rupa oleh abu jahal, tapi beliau masih berharap keislamannya. Sebagaimana umar ketika masih membenci islam habis-habisan, tapi Nabi SAW masih berharap keislamannya Umar RA, “Ya Allah kuatkan islam dengan islamnya Umar ibn Khottob”.
Jadi tidak hentinya seseorang itu secara terus menerus mencintai dan mengamalkan sunnah Nabi SAW, sehingga dia dicintai Allah Swt. Jika Allah Swt sudah mencintai hambanya maka kehidupannya akan diberkati. Pembicaraannya, tangannya, matanya, kakinya, perdagangannya, semua diberkati oleh Allah Swt. Seorang kalau sudah diberkati oelh Allah walaupun usahanya yang kelihatan hanya sedikit tetapi hasilnya bisa besar. Seperti Ali RA ketika dia sedang mengumpulkan kabilah Hamadan di yaman, beliau hanya bicara 5 menit saja, “Saya di utus oleh Rasullullah SAW untuk mengajak kalian semua masuk islam.” Mendengar pembicaraan Ali yang sedikit ini langsung satu suku semuanya masuk islam padahal belum dijelaskan tentang islam dan aturannya bagaimana. Ini asbab kata-kata Sayidina Ali RA ini betul-betul diberkati oleh Allah Swt. Sehingga sangking gembiranya sayidina Ali membuat syair, “Seumpama saya ini sebagai juru kunci surga, maka nanti orang yaman ini saya masukan surga duluan, karena orang yaman ini di taskil sangat gampang.” Jadi amal-amal infirodhi kita ini sangat penting sehingga amal ijtimai kita diberkati oleh Allah Swt. Sehingga Allah katakan :
1.     Jika dia berdoa kepadaKu pasti akan Aku berikan
2.     Jika dia mohon perlindungan kepada Ku pasti akan saya lindungi
Ini jika orang sudah mengerjakan sunnah dijaga secara terus menerus, sunnah dalam akhlaq, sunnah dalam ibadat. Para Masyeikh kita amalan-amalan sunnah ini dijaga luar biasa. Saya membaca sejarah kehidupan Hadratji Innamul Hasan yang ditulis oleh Maulana Syahid di pesantren Deoband India. Beliau katakan bahwa syekh Innamul Hasan ini sehari membaca Quran ini 15 Juz, maka dalam 2 hari pasti khattam. Dzikirnya tiap hari 70.000 lafadz, duduknya 4 jam khusus untuk dzikir setiap harinya. Padahal kesibukan beliau dalam dakwah, mengajar, khidmat, ini luar biasa sekali tetapi masih sempat untuk istiqomah dalam amalan infirodhi. Walaupun dengan kesibukan beliau yang luar biasa, namun tetap amal-amal infirodhinya, amalan pribadi, terjaga secara istiqomah sehingga kerja-kerja beliau yang secara ijtimai ini diberkati. Ini sebetulnya bukan perkara yang aneh, karena Nabi SAW juga seperti itu bahkan diberitakan di dalam Al Quran, bagaimana Tahajjudnya Nabi SAW separuh malam. Jika Malam itu adalah 12 jam maka tahajjudnya Nabi SAW ini minimum 4 jam dan kebanyakan 6 jam. Maka orang-orang yang menjaga amalan-amalan seperti inilah yang digunakan Allah untuk kerja-kerja besar.
Dalam Suatu Hadits dikatakan :
“Apabila Allah sudah mencintai seseorang, maka Allah akan panggil Jibril untuk mengumumkan, “Hai Jibril Aku sudah mencintai si fulan maka cintailah dia”. Lalu Jibril akan mengumumkan kepada penduduk langit (seluruh malaikat) , “Hai para penduduk langit Allah mengatakan bahwa Allah sudah mencintai si fulan maka cintailah dia. Jika penduduk langit sudah mencintai dia, maka penduduk bumipun akan mencintai dia.”
Sekarang kita balikkan kenapa orang-orang mahalah ini susah kita temuin, jika kita datangin malah terusik dan terganggu. Ini mungkin karena penduduk langit belum mencintai kita, kenapa ? mungkin karena kita kebanyakan tidur, tidak menjaga dari pada amalan sunnah dan amalan infirodhi (pribadi/sendirian) kita. Ini karena penduduk langit tidak ada yang tidur, sehingga mereka melihat kita ini bosen, tidur melulu : Taklim tidur, Bayan tidur, penanggung jawab lagi, bagaimana ini ?
Jadi manusia ini jika sudah dicintai oleh ahli langit maka dia akan dicintai oleh ahli bumi. Kalau orang itu sudah dicintai oleh ahli langit, maka mengajak orang kepada kebaikan itu mudah, ditaskil itu mudah. Maka bagaimana kita ini senantiasa dalam kerja agama ini arahnya itu mempercantik amalan kita di hadapan Allah Swt.
Syekh Maulana Ilyas Rah.A. katakan :
“Yang saya khawatirkan nanti akan terjadi dimana orang itu seperti usaha agama, namun disisi Allah tidak sedang usaha agama. Mengapa bisa begitu ? ini karena maksud usaha agama ini bagaimana diri kita ini sifatnya tambah baik, yakinnya tambah kuat, ketaatannya pada Allah Swt meningkat, kecintaannya kepada sunnah semakin bertambah, sholatnya makin khusyu, ilmunya semakin bertambah, inilah maksud usaha agama. Tapi hari ini orang usaha agama hanya untuk orang lain saja bukan untuk diri sendiri. Inilah yang dimaksud kita disisi manusia terlihat seperti usaha agama tetapi disisi Allah bukan sedang usaha agama.”
Kargozari Nizamuddin :
Suatu Jemaah pulang ke markaz Nizammuddin lalu buat kargozari dihadapan masyeikh. Mereka bilang alhamdullillah kita sudah keluar 4 bulan, mesjid yang kami datangin ada sekian, mesjid yang meningkat amalan maqominya sekian, jemaah yang keluar banyak sekali. Lalu hadratji Inamul hasan katakan ini yang kalian kargozari baru sifat yang ke enam, yaitu dakwah wa tabligh, tapi bagaimana kargozari lima sifat yang lain ? bagaimana peningkatan keyakinan kalian kepada Allah, bagaimana amalan sunnah kalian, bagaimana peningkatan qualitas sholat kalian, bagaimana peningkatan ilmu dan dzikir kalian, bagaimana khidmat kalian kepada sesama saudara kalian, bagaimana taklim kalian, bagaimana akhlaq kalian ? kok kargozarinya hanya yang ke enam saja.
Maka hari ini kita usaha agama Hakikatnya hanya satu saja yaitu untuk mendekatkan diri kita kepada Allah, untuk mendapatkan Ridho Allah, bukan untuk mencari yang lain. Caranya sejauh mana kita bisa menjaga daripada sunnah-sunnah Nabi SAW, sejauhmana kita mempunyai sifat-sifat yang dicintai Allah Swt, sejauhmana kita bisa taat kepada Allah Swt. Ulama katakan jika kita ini sudah memiliki sifat taat ini, setiap kerjanya jadi barokah. Seperti Nabi Musa AS kerjanya sederhana saja menggiring kambing dengan tongkat, mengambil buah-buahan dengan tongkatnya, namun asbab ketaatan jadi barokah, sekali memungkulkan tongkat kelautan menyelesaikan seluruh masalah. lautan bisa taat pada tongkat Musa, namun hakekatnya adalah tongkat musa ini dipukulkan atas dasar perintah Allah Swt. Ini karena Nabi Musa ini kerja berdasarkan ketaatan kepada Allah Swt hingga semua kerjanya jadi Baroqah.
Seorang sahabat diperintah Nabi Saw dalam suatu perjalanan, ketika itu Nabi SAW sedang mau buang hajat. Nabi SAW perintahkan sahabat ini untuk datang kepada pohon, mentaskil pohon, untuk datang kepada Nabi SAW sebagai penghalang agar tidak terlihat. Ini ajaib perintahnya, yaitu mentaskil pohon, kita mentaskil orang saja susahnya setengah mati, ini pohon disuruh taskil. Sahabat ini langsung datang ke pohon tadi, “Hai pohon kamu dipanggil oleh Rasullullah Saw.” Namun asbab ketaatan, pohon ini langsung datang kepada Nabi SAW, berjalan seakan-akan mempunyai kaki. Sampai di Rasullullah SAW, lalu dperintahkan, “Berbarislah kalian seperti satir, sebagai penutup.” Maka pohon-pohon tersebut langsung berbaris seperti penutup. Setelah buang air, Rasullullah SAW perintahkan sahabat untuk memerintahkan pohon tadi kembali ke tempat semula, maka pohon-pohon tersebutpun kembali ketempat semula. Kisah ini ditulis oleh Iman Suyuthi dalam Kitab Khottho. Inilah kalau seseorang punya sifat taat ini jangankan manusia, pohonpun bisa ditaskil. Beda sama orang yang suka ngengkel (keras/suka bantah), belum apa-apa sudah merasa sok pinter, malah menentang. Di taskil malah, melihat keburukan orang lain dan membanggakan diri sendiri. Kalau tidak paham ini jangan serta merta menentang, dengar dulu, pelajari dulu, lihat dulu, keluar dulu. Jadi kalau paham jangan langsung menentang, nanti seumur hidup tidak paham terus. Seperti pohon tadi apa bisa mendengar dia, tapi sahabat tadi taat saja, sehingga Allah tampakkan kekuatan dari mengamalkan perintah Rasullullah Saw. Ini karena perinath Rasullullah ini adalah perintah Allah Swt, Rasullullah ini dibawah bimbingan dan arahan Allah Swt, setiap geriknya atas dasar perintah Allah Swt.
Allah yang berkuasa menciptakan apa saja dan Allah berkuasa memerintahkan apa saja dan siapa saja. Allah kuasa memerintahkan pohon yang tidak bisa mendengar jadi mendengar, Allah kuasa menjadikan manusia yang mendengar jadi tuli. Allah berkuasa berbuat apa saja yang Allah mau. Inilah fadhilah sifat taat dan sifat sabar. Dikatakan dalam Al Quran, orang yang akan dipilih oleh Allah sebagai Imam hidayah adalah orang yang memiliki sifat sabar dan sifat yaqin. Yakin tanpa sabar tidak akan diterima, begitu juga sabar tapi tidak yakin, tidak akan diterima.
Sabar :
1.     Sabar dalam ketaatan
2.     Sabar dalam menghindari yang di larang Allah
3.     Sabar dalam menghadapi ujian-ujian
Ujian untuk dai ini macam-macam :
1.     Ujian dari orang Kafir ( paling ringan )
2.     Ujian dari orang islam
3.     Ujian dari teman sendiri
4.     Ujian dari pimpinan (paling berat)
Inilah kata Nabi SAW :
“Nanti akan datang pimpinan-pimpinan yang tidak akan menyenangkan hati  kalian, sabarlah, nanti aku akan tunggu kamu di telaga Kautsar.”
Orang yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang tidak menyenangkan tapi sabar, ini nantinya akan ditunggu Nabi Saw di telaga Kautsar. Kalau dipimpin oleh orang yang menyenangkan ini mudah, tapi kalau dipimpin sama orang yang tidak menyenangkan ini mujahaddahnya. Maunya dipimpin sama orang seperti ini dan begini, akhirnya kecewa tidak dapat pemimpin yang seperti itu. “Ya sudah tidak usah ikut dakwah saja.” Begini jadinya kalau kecewa. Makanya kita ini harus sabar.
Makanya Syekh Abdul Wahab Assyakroni dalam kitabnya mengatakan :
“Barangsiapa dalam usaha agama dicaci maki orang dia sabar, ikhlas, ridho, tidak marah, maka sebentar lagi dia akan diangkat Allah sebagai Imam Hidayah.”
Jadi untuk diangkat sebagai Imam Hidayah ini banyak, salah satunya jika dicaci maki orang kita harus sabar dan ikhlas. Fikir kita harus, memang salah saya ini banyak, lebih banyak dari yang orang katakan itu.
Sayidina Abu Bakar RA pernah dicaci maki lama sekali oleh seseorang tapi diam saja. Setelah sekian lama dicaci maki akhirnya orang itu terdiam, lalu Abu Bakar RA berkata, “Wahai saudara ku sesungguhnya apa yang kamu ketahui itu dari kesalahan saya, itu baru sebagian kecil saja kesalahanku, itu saja kamu sudah marah seperti itu, bagaimana jika kamu tahu semua kesalahan saya.” Akhirnya yang mencaci maki ini malu, diam, berhenti sendiri tidak melanjutkan.
Sayyidina Hasan RA ibnu Ali RA dicaci maki seseorang habis-habisan, padahal yang dicaci maki ini adalah cucu Nabi SAW, yang menurut riwayat adalah pimpinan ahli sorga, dia diam saja, dan di dengarkan saja cacian itu. Setelah letih bicara yang mencaci tadi, lalu ganti Imam Hasan yang bicara, “Wahai saudaraku andaikata apa yang kamu bicarakan tadi benar, semoga Allah memaafkan saya, dan jika apa yang kamu bicarakan tadi tidak benar, semoga Allah memaafkan kamu.” Beginilah cara menyelesaikan masalah, mudah saja. Sayyidina Hasan RA ini adalah orang yang tidak pernah emosi. Sikapnya Dai harus seperti ini. Bahkan Nabi SAW memuji sayyidina hasan ini sebagai pimpinan, Allah akan mempersatukan dengan cucu saya golongan-golongan dari orang islam. Inilah Akhlaq, kesabaran. Jika dai ini bisa bersikap seperti ini maka :
“Innallaaha Ma’ash Shaabiriin” : Allah bersama orang-orang yang sabar.
Beres sudah seluruh masalah jika Allah bersama kita. Sabar yang tertinggi kata Maulana Saad adalah menutup mulut jangan ngomong kejelekan teman. Kelihatannya seperti Mudzakaroh ternyata menggunjing teman, astaghfirullah. Kalau orang maksiat ditempat maksiat ini sangat buruk, tapi kalau orang maksiat bukan ditempat maksiat ditempat ketaatan yaitu di mesjid, dalam forum dakwah, bahkan dilakukan setiap hari lagi, ini lebih buruk lagi, apa itu ? menggunjing orang di mesjid. Kata Imam Ghozali itu menggunjing orang caranya macam-macam, ada yang sudah berpengalaman menggunjing orang dengan cara yang halus sekali.
Contoh : “Bagaimana keadaan si fulan” jawabnya, “Doakan saja yah pak dia.”
Ini walaupun kata-katanya baik, tapi orang sudah paham kejelekan atau kekurangan orang yang dimaksud. Dia tidak menjelek-jelekkan tapi dengan kata-kata orang sudah paham. Kata Imam Ghazali gunjingan yang seperti ini lebih berbahaya. Ulama katakan orang yang suka menggunjing doa-doanya tidak makbul, karena mulutnya bau disisi allah asbab suka menggunjing. Jangan kita suka menggunjing orang, lihatlah kebaikan orang, karena kerja kita ini mengurus orang, sehingga setannya banyak yang mau menghancurkan amal kita. Setan usaha bagaimana amal-amal yang sudah kita kerjakan ini jadi hangus, tidak diterima oleh Allah asbab kita menggunjingkan kawan kita. Perasaan kita sudah keluar 4 bulan, satu tahun, tapi ini hanya data tim taskyl, ternyata disisi Allah sudah hangus semua. Kenapa ? karena suka menggunjing orang. Keluar sudah tahun tapi di buku malaikat yang tertulis hanya 3 hari, sisanya hangus, makin menggunjing lagi, dibuku malaikat berubah lagi statusnya menjadi belum keluar, degradasi lagi, karena apa menggunjing tadi. Seperti orang yang menyimpan uang tiap hari, setelah sekian lama, perasaannya sudah seperti orang kaya, tapi ternyata setelah tabungannya di buka, uangnya hilang semua sudah dimakan rayap, bagaimana perasaannya ? dia akan terkejuk. Nah bagaimana dengan kita yang sudah buat usaha agama sekian lama, pengorbanan sudah habis-habisan, tapi karena kita doyannya menggunjing orang, mengadu domba orang, begitu kita menghadap Allah ternyata amal-amal tersebut sudah hangus semua, karena kedzaliman kita sendiri.
Hadits Nabi SAW :
“Tidak akan masuk sorga orang mengadu domba”
Jadi satu perkataan yang dapat membuat orang bercerai berai atau berpecah belah dapat membuat seseorang tidak dapat masuk surga. Jadi yang harus kita lakukan itu sebaliknya, Nabi Saw katakan walaupun kamu bohong tapi untuk mendamaikan atau menyatukan orang ini tidak dosa. Jangan sampai kita melakukan perbuatan atau berkata-kata yang dapat mengadu domba orang atau memecah belah orang.
Ulama katakan :
1.     Orang yang memecah orang, dia sendiri akan pecah
2.     Orang yang merukunkan orang, dia sendiri akan rukun
3.     Orang yang menghormati orang, dia sendiri nanti Allah gerakkan orang menghormati dia
4.     Orang yang menghinakan orang dia sendiri nanti Allah gerakkan orang menghina dia
Dalam satu hadits yang diriwayat Hafidz bin yathi mahfum :
“Barangsiapa yang mendengar temannya dijelek-jelekkan lalu dia tidak membela, maka nanti Allah akan menggerakkan orang menjelek-jelekkan dia dan tidak akan ada yang membela. Lalu Barangsiapa yang mendengar temannya dijelek-jelekkan, sedangkan dia membela temannya, maka nanti Allah akan datangkan orang yang membela dia ketika dia di jelek-jelekkan.”
Nabi SAW mempunyai berjuta-juta kebaikan, ilmunya yang paling tinggi, wajahnya yang paling ganteng, suaranya yang paling merdu, phisiknya yang paling kuat, tetapi yang dipuji-puji oleh Allah Swt dalam Al Quran adalah Akhlaqnya Nabi Saw :
“Fainnaka la’alaa khuluqin adziim” : kamu punya budi pekerti yang agung
Seseorang yang mempunyai akhlaq yang baik ini kata Nabi SAW, doa-doanya akan makbul. Seorang sahabat dikasih tau oleh Nabi SAW, “Maukah kamu aku kasih tau amalan yang jika kamu kerjakan akan menyebabkan doa-doamu akan makbul.” Sahabat jawab, “Tentu ya Rasullullah”. Nabi Saw jawab, “Perbaikilah Akhlaqmu”. Saad bin abi waqash RA datang kepada Rasullullah untuk meminta di doakan oleh Nabi Saw agar doa-doanya diterima oleh Allah Swt. Nabi Saw katakan,”Wahai Saad makanlah yang baik (maksudnya yang betul-betul halal) maka doa kamu nanti akan diterima oleh Allah Swt.” Oleh sebab itu doanya Saad bin Abi Waqash RA ini sangat ijabah, langsung cash. Ada seorang buta datang kepada saat untuk minta di doakan, sekali tiup mata orang buat itu langsung sembuh dan bisa melihat, cash ijabah. Namun aneh Saad bin Abi Waqqash ini lama-lama juga buta. Sahabat datang wahai saad kamu ini nyembuhin orang-orang buat sehingga bisa melihat, sedangkan kamu sendiri jadi buta, kok tidak mau doa kepada Allah agar bisa melihat. Buta ini yang bikin Allah, apa yang Allah Swt bikin untuk saya, saya senang semua dan saya terima, maka saya tidak akan meminta kepada Allah untuk melihat. Beginilah cintanya sahabat kepada Allah Swt, apa yang allah sudah tetapkan diterima, ridho atas semua keputusn Allah bukan yang baik saja tapi yang buruk juga. Inilah sifat-sifat yang harus kita miliki dalam kerja dakwah ini. Nabi Saw diminta dakwah dalam suasana islah diri :
“Ya ayyuhal muddatstsir kum fa andzir wa rabbaka fakabbir wasyiyaabaka fathohhir”
artinya : “Wahai orang yang berselimut, bangkitlah dan berikanlah peringatan, hanya tuhan engkau yang kamu besarkan,….”
Maksudnya apa ?
1.     Wahai orang berselimut, bangkitlah, beri peringatan. à ini tertib dakwah, bangkitlah untuk kerja dakwah dimulai dari diri sendiri, jangan menunggu orang.
2.     hanya tuhanmu lah yang kamu besarkan. à Apa yang kita dakwahkan yaitu keagungan Allah. Jadi kita bicarakan kebesaran Allah dan keagungan Allah. Cerita nusrohtullah , pertolongan Allah. Jangan cerita yang menyebabkan orang putus harap kepada Allah Swt.
Contoh : Bagaimana ya tempat kami ini karkunnya miskin-miskin, tidak ada tokoh-tokoh masyarakat. Bagaimana kita mau bentuk jemaah ? sudah loyo tambah loyo lagi. Ini harus kita targhib. Kita memang gak punya apa-apa, tidak punya uang, tidak punya mobil, tapi kita punya Allah Swt, kita punya Rasullullah Saw, kita punya sholat. Sehingga timbul harapan kepada Allah Swt
1.     Wasyiyaabaka fathohhir à menurut sebagian ulama ini maksudnya senantiasa memperbaiki diri. Jadi dakwah dalam suasana memperbaiki diri.
Fadhilah Amal ini dibuat oleh seorang ulama besar pada zamannya, seorang ahli hadits yaitu Maulana Zakaria Al Khandalawi. Namun hari ini lucu banyak sekali orang mengkritik beliau. Padahal beliau ini adalah ulama besar yang terlah membuat beratus-ratus kitab dari berbagai macam bidang ilmu pada zamannya dan tersebar ke seluruh dunia. Beliau menulis kitab nabanya Audhtul Masalik ini ada 20 jilid kitab hadist syarahnya muwattho imam malik. Jadi beliau ini seorang pakar hadits, ini ada anak TK mau mengkoreksi professor. Jadi pada zaman itu orang bangkitkan ulama-ulama khusus ahli hadits ini kebanyakan dari India seperti Maulana Jusuf Al Khandalawi Rah. A, Hadratji Innamul Hasan Rah.A. Jadi kitab Fadhilah Amal ini secara ilmiah sudah bisa dipertanggung jawabkan, inilah rangkuman kitab-kitab hadits para ulama.
Maulana Zuber bercerita dinasehati oleh Maulana Zakaria Rah.A :
“Wahai zuber syarat orang agar bisa berhasil dalam usaha dakwah ini adalah Tawadhu, merasa dirinya ini tidak punya apa-apa. Hanya karena pertolongan Allah saja semua ini bisa terjadi. Tetapi ini zuber tidak boleh hanya di mulut saja, saya ini lemah, saya ini fakir, tapi hatinya saya ini hebat, saya ini karkun kuat, ahli mujahaddah, jangan yang seperti itu, ini tidak akan diterima oleh Allah Swt. Tapi memang ditanamkan dalam hati kita memang kita tidak punya apa-apa, hanya Allahlah yang punya segalanya.”
Tawadhu sekaligus berharap kepada Allah Swt. Inilah doanya Nabi Yunus AS, Tawajjuh kepada Allah Swt, dan menyalahkan diri sendiri :
“Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadz dzoolimiin”
Kalau seorang Nabi dan seorang Rasul mengatakan saya ini termasuk orang-orang dzolim, ini pengakuan doanya nabi yunus AS. Seorang Nabi saja bisa merasa termasuk orang-orang yang dzolim, apalagi kita. Kok bisa kita tidak bisa tidak merasa salah, “salah saya ini apa ?” begitu katanya. Ya salah kamu ini ya karena tidak merasa salah. Nabi saja yang tidak punya dosa aja merasa bersalah apalagi kita gudangnya dosa. Maka Nabi Yunus AS tawajjuh kepada Allah Swt dan menyalahkan diri sendiri, baru pertolongan Allah Swt turun. Semua masalah infirodhi Allah selesaikan yaitu keluar dari perut ikan, dan masalah ijtimainya juga Allah bantu, yaitu 100 ribu orang lebih masuk islam. Inilah berkat dai tawajjuh kepada Allah Swt dan menyalahkan diri sendiri, ini tanda-tanda pertolongan Allah sudah dekat, orang-orang akan berbinding-bondong masuk islam. Tawajjuh kepada Allah dan salahkan diri sendiri, jangan menyalahkan orang lain salahkan saja diri sendiri. Ini salah saya, ini yang bener.
Ketika jaman huru-hara di India banyak orang dibunuhin, syekh Inamul hasan bertanya tentang keadaan saat itu kepada Syekh Ahmad Lath. Mendengar cerita keadaan yang ada dari syekh ahmad lath, beliau, hadratji inamul hasan menangis mendengarnya. Apa yang terlontar dari mulut hadratji ketika itu, “ini semua salah saya sehingga keadaan menjadi seperti ini.” Inilah sikap seorang dai, kemerosotan ummat ini terjadi semua karena salah saya. Andaikata amalan rohaniat saya sudah benar, punya mujahadah yang benar, punya pengorbanan yang benar, punya akhlaq yang benar, semestinya kerja dakwah ini akan naik dan ummat tidak akan seperti sekarang. Inilah dai yang benar, kemerosotan yang terjadi ini adalah kesalahan saya.
Nabi Isa AS katakan :
“Selagi orang itu masih menyalahkan orang lain, dia tidak akan sampai kepada Allah Swt”
Maksudnya rohaniatnya tidak akan meningkat. Tapi kalau oang sudah  menyalahkan diri sendiri maka dengan sendirinya rohaniatnya akan terus meningkat.
Di akhir zaman ini Rahmat Allah makin banyak karena makin hari akhir jaman ini makin berat, tambah hari tambah berat. Namun nilai amal juga tambah tinggi, tambah berat, makin tambah tinggi nilai amalnya. Maka kerusakan-kerusakan di akhir jaman ini jangan sampai melemahkan kita, tapi justru kita gunakan kesempatan ini untuk meningkatkan mujahaddah kita dan pengorbanan kita. Insya Allah.
Sekarang Mari kita gunakan Taskil Cashnya Ahli Badr, walaupun hatinya berat tapi tetap berangkat, ada masalah doa, inilah sifatnya Ahli Badr. Sehingga pertolongan Allah bercurah-curah, Allah kirimkan malaikat untuk menjaga mereka dan memenangkan mereka. Insya Allah.
Syekh Inamul Hasan berkata :
“Orang bekerja dengan orang saja dapat gaji, masa kerja untuk Allah tidak”
Syekh Abdul Wahab katakan :
“Terus kerja agama dengan sungguh-sungguh maka nanti kamu akan alami pertama kali kelaparan, terus lagi kerja maka nanti Allah akan datangkan dunia untuk kamu.”
Allah katakan kepada Nabi SAW:
“Wawajada illam fa aghna” : “Kamu dahulu miskin, kemudian kami yang mengkayakan kamu” maksudnya jadi nabi dulu juga miskin tapi Allahlah yang memberi kekayaan.
Di dalam Al Quran itu ceritanya amal-amal itu mendatangkan rizki, bukan bikin melarat. “Yarzukhu min haisu layah tasib”, barangsiapa bertaqwa nanti Allah kasih rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Jadi kemiskinan di dalam dakwah ini hanya ujian saja bagi orang beriman, nanti kalo istiqomah Allah akan ubah hidupnya, allah akan beri kekayaan kepadanya. Namun ulama katakan ini ada 2 tafsirnya :
1.     Kaya Hati
2.     Kaya Dzohir
Seorang sahabat masih kecil datang kepada Nabi dari yaman untuk minta di doakan. Temen-temennya semua minta di doakan keduniaan, tapi sahabat ini minta di doakan kaya hati oleh Nabi SAW. Setelah di doakan rombongan ini balik pulang ke yaman. Lalu suatu ketika satu tahun kemudian, rombongan dakwah pulang dari yaman ditanya sama Nabi SAW, “Itu anak yang dulu datang kemari dari yaman gimana kabarnya.” Sahabat berkata, “Masya Allah ya Rasullullah, umpama dunia ini dibagi-bagi gratis maka tidak akan di lirik oleh anak itu.” Inilah kaya hatinya sahabat RA. Orang itu kalo sudah kaya hati, ya sudah merasa cukup atas segalanya, gak susah hatinya. Begitulah keadaan kita kalo amal agama : kadang-kadang di kasih kay hati, kadang-kadang dikasih kaya dzohir, kadang-kadang dikasih keduanya. Namun kalau kita amal agama maka nanti yang allah kasih miskin hati, bisa juga dikasih miskin dzohir, bisa juga dikasih miskin dzohir dan miskin hati.
Ringkasnya semua masalah dunia ini akan Allah selesaikan kalau kita senantiasa berada dalam usaha agama. Taskil Cash ada di Badar sedangkan Taskil Niat ada di Tabuk. Semua kita niat insya Allah ambil bagian dalam perjuangan agama Allah.
KH. Udzairon – Temboro, Syuro Indonesia : Jawa Timur, Madiun.