Wanita adalah merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Jumlah wanita saat ini lebih banyak dari jumlah laki-laki, dan jumlah anak-anak lebih banyak daripada jumlah wanita saat ini. Jika saat ini kita tidak buat usaha agama atas kaum wanita, maka kita akan kehilangan sebagian besar dari umat ini. Suasana agama di rumah akan terbentuk apabila fikir wanita sudah berubah menjadi fikir agama. Begitu juga anak-anak kecil akan terdidik dengan agama asbab wanita di rumah yaitu ibunya. Madrasah pertama bagi anak-anak ini ada di pangkuan ibunya. Jika wanita-wanita ini tidak di didik agama, maka suasana agama tidak akan ada dalam rumah tersebut. Bahkan anak-anak kecilpun nanti akan jauh dari kehidupan agama. Maka penting dari kaum wanita harus mempunyai kesadaran akan tanggung jawab agama, dan usaha atas agama. Karena itu para karkun lama hendaknya membentuk fikir istrinya untuk ikut ambil bagian dalam kerja ini. Sampai terbentuk dalam diri mereka bahwa suami saya ini adalah da’i Allah, pekerja agama, maka saya harus membantu dia dalam kerja ini.
Karkun dapat bekerja dengan baik dalam amalan ini apabila ditopang oleh istrinya. Oleh karena itu penting sekali membawa istri kita kepada fikir ke arah tersebut. Apabila fikir dan jihin wanita sudah terbentuk maka mereka akan mebuat pengorbanan yang besar dalam kerja dakwah. Apabila fikir agama istri tidak terbentuk maka mereka bisa menjadi penghalang terbesar suami dalam kerja dakwah. Sudah menjadi fakta dan kenyataan hari ini banyak orang lama, orang kuat, yang terlempar dari usaha ini asbab dari fikir istrinya yang belum terbentuk. Tetapi kalau fikir sudah terbentuk dalam diri kaum wanita maka mereka akan memberikan pengorbanan yang besar dan ikut mendorong suaminya dalam kerja dakwah. Oleh karena itulah dalam usaha dakwah ini bagaimana para wanita dapat di ikut sertakan dan dilibatkan dalam kerja dakwah. Baginda Rasullullah Saw telah membawa para kaum pria dan wanita untuk terlibat dalam kerja dakwah. Keyakinan yang terbentuk dalam diri para sahabat RA, telah tertanam pula sama dalam diri para Sahabiyah R.ha. Sahabat memberikan pengorbanan begitu juga para sahabiyah, mereka memberikan pengorbanan yang sama seperti para sahabat RA. Jazbah dan semangat yang ada dalam diri para sahabat RA juga wujud dalam diri Sahabiyah R.ha.
Pada waktu itu terbentuk dalam fikir diri wanita bahwa saya hidup dan dilahirkan oleh Allah Swt untuk ikut berjuang bersama Rasullullah Saw. Bagaimana pengorbanan wanita di jaman dahulu ketika suaminya bergerak dijalan Allah, para istri menyibukkan dengan amalan-amalan di rumah. Kefakiran yang datang kedalam kehidupan para sahabiyah asbab suaminya pergi berjuang di jalan Allah, namun mereka tidak menunjukkan kefakirannya tersebut kepada orang-orang pada waktu itu, dan tidak membicarakannya kepada orang lain. Para sahabat Nabi SAW memberikan pengorbanan dengan pergi ke tempat-tempat jauh, para istrinya, sahabiyah R.ha, memilih sabar dan tegar, inilah pengorbanan para wanita pada waktu itu. Tidak ada satupun sahabiyah yang ditinggal suaminya fissabillillah, yang mengadukan keadaannya kepada Rasullullah Saw. Mereka sadar bahwa salah satu wujud perjuangan agama ini adalah dengan mendorong para suami untuk pergi berjuang di jalan Allah. Mereka mempunyai keyakinan bahwa mereka dilahirkan untuk membantu kerja agama para suami, sehingga dengan kesadaran mereka gunakan harta mereka untuk mempersiapkan suaminya berjuang di jalan Allah.
Para sahabiyah R.ha, menyadari dengan pengorbanan mereka untuk agama, maka Allah nanti akan memberikan balasan yang baik kepada mereka. Inilah asbab fikir yang sudah terbentuk dalam diri sahabiyah ketika itu, sehingga mereka bisa membuat pengorbanan yang seperti itu. Inilah sebabnya kerja atas wanita itu sangat penting, namun harus dibawa dengan hati-hati dalam pelaksanaannya. Hadratji Innamul Hasan Rah.A katakan :
“Kerja atas wanita ini sangat penting, penting untuk di ikutkan dalam kerja ini, namun harus dibawa dengan sangat hati-hati dalam pelaksanaannya. Harus ada tertib-tertib khusus sebagai batasan dan ushul dalam membuat kerja atas wanita sebagaimana kerja para rijal (laki-laki) untuk menjaga daripada prinsip kehati-hatian tadi.”
Kita harus berjalan dalam kerja atas wanita ini dengan tertib yang benar agar bisa mendatangkan manfaat. Maka untuk perkara ini para karkun harus sering merujuk ke Nizamuddin, datang lagi bertemu dengan para masyeikh, untuk mendapatkan arahan yang betul atas kerja masturoh ini. Inlah nasehat masyeikh kita yang berkaitan dengan kerja masturoh.
Didalam perkembangan usaha dakwah ini saya sering mendengarkan kargozari di awal kita baru keluar :
1. Pertama keluar 3 hari à perubahan positif, istri masih suka
2. Keluar 40 hari à Tambah baik perubahannya, istri makin suka
3. Keluar 4 bulan à Tambah baik lagi masalahnya, istri lebih suka lagi
Namun permasalahan mulai muncul ketika suami keluar tiap tahun 4 bulan lalu mengambil takaza diluar nishob, sehingga waktu di rumah menjadi sangat sedikit sekali, disinilah awal masalah rumah tangga mulai terjadi. Istri mulai keletihan dan merasa terlalu berat harus menghandle urusan rumah sendiri dari menjaga anak, keperluan rumah, menanggung segala penderitaan dan kesusahan ketika suami di jalan Allah. Inilah sebagian dari sebab-sebab karkun-karkun tidak terus mengambil daripada takaza-takaza agama yang ada. Bahkan sampai ada karkun yang menghadapi masalah rumah tangga yang begitu rupa sehingga si karkun ini kelelahan menghadapinya dari masalah rumah tangga sampai masalah kehidupan lainnya. Makanya penting kita untuk terus bermudzakaroh agar kita bisa membawa kerja ini dengan baik, dan bagaimana pertolongan Allah ada bersama kita. Sehingga dapat membuka hati kita sendiri, hati istri kita, hati anak-anak kita, dan hati orang-orang yang lain. Sebagaimana sering kita dengarkan sahabat RA dan sahabiyah R.ha, juga menghadapi masalah sama dalam perjuangan, dari masalah ekonomi, masalah keamanan, dan masalah anak, maupun masalah-masalah lainnya. Mereka dihadapkan dengan tantangan yang sama berupa kesusahan-kesusahan kehidupan ketika ditinggal suami-suami mereka dalam perjuangan agama. Namun mereka begitu sabar dalam menghadapi penderitaan tersebut, dan mereka sanggup menanggung segala penderitaan. Mereka tidak mengeluh atas penderitaan mereka, dan mereka tidak mengadu kepada siapapun, selain hanya kepada Allah Swt.
Maksud daripada mudzakaroh kita adalah bagaimana kita membentuk fikir daripada istri kita. Ini karena sudah banyak terjadi asbab tidak terbentuk fikir agama oleh istri kita sehingga kerja agama suami-suami ini jadi terhambat dan terhalang. Jangankan kerja takaza yang jauh-jauh, bahkan untuk kerja maqomi saja juga bisa timbul masalah. Contoh : jika seseorang bekerja di siang hari sehingga waktu 2.5 jam hanya bisa dilakukan malam hari, ataupun disiang hari tidak ada orang, yang ada malam hari. Tentu agak malam kita bisa lakukan 2.5 jam ini. Maka kerja di malam hari 2.5 jam ini mungkin bisa dengan mendatangi orang-orang yang di waktu malam tidak tidur seperti yang suka nongkrong di pinggir-pinggir jalan di malam hari. Disitulah kita kerja, kadang-kadang harus pulang larut malam. Inilah yang dimaksud dengan kerja nabi siang dan malam. Nah kalau istri tidak terbentuk fikirnya maka kita akan dianggap hanya mengurusi orang saja, tidak mau ngurusin anak dan istrinya, jarang dirumah, dan lain-lain. Beda jika ketika istri sudah terbentuk fikirnya maka tidak akan ada masalah :
“Abang silahkan keluar di jalan Allah, saya akan di rumah menjaga rumah dan anak-anak. Tidak ada masalah. Saya bersama Allah Swt”
Menghadapi kesusahan-kesusahan dalam hal ekonomi dia, istri, akan sabar, karena ada ta’aluq, hubungan, dengan Allah Swt.
Kisah Sebagaimana Hajar R.ha :
Ketika hajar R.ha bertanya kepada IbrahimAS, “Wahai suamiku mau kemana kita ?” Nabi Ibrahim AS diam saja sampai tiga kali lalu hajar R.ha bertanya, “Apakah ini perintah Allah Swt ?”. Ibrahim AS hanya bisa mengangguk, maka hajar r.ha berkata, “Pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan saya.”
Inilah contoh-contoh istri yang sudah terbentuk fikir agama. Sehingga bukan mengharapkan pertolongan suami, tetapi berharap langsung kepada pertolongan Allah Swt, langsung cash kepada istri itu sendiri. Seperti air zam-zam yang keluar langsung dari telapak kaki ismail AS. Jika istri sudah merasakan pertolongan langsung seperti Hajar R.ha, maka mereka akan mengijinkan keluar kita bukan saja 4 bulan, 1 tahunpun akan di relakan. Inilah tantangannya bagaimana membentuk fikir yang seperti ini kepada istri kita. Kita harus panda-pandai membawa istri kita ini di dalam usaha dakwah yang bermacam-macam karakter tentunya. Apa ketentuan umumnya ?
1. Dimulai dari diri kita sendiri yaitu dengan Amalan kita.
Dimulai dari amalan kita sendiri di rumah. Kalau suami tidak yakin dan amalan tidak dijaga maka akan menyebabkan istri kita terpengaruh juga. Kalau hati kita goncang, maka hati istri kita akan goncang juga. Namun kalau hati kita mantap dengan keyakinan maka istri kitapun akan begitu, mantap juga keyakinannya. Dalam hadits dikatakan :
“Almar ‘atu ala deeni zaujiha” artinya : “Perempuan itu tergantung daripada agama suaminya”.
Jadi kalau ada perempuan itu yang menentang atau tidak patuh, maka jangan langsung disalahkan, lihat dulu amalan kita, suaminya, bagaimana ? Apakah kita punya Ta’aluq atau hubungan dengan Allah swt ? caranya :
1. Dengan Keyakinan
2. Dengan Amalan
3. Dengan Pengorbanan
Pengorbanan yang seperti apa ? yaitu yang ikut tertib dan musyawarah. Jadi amalan apa yang harus kita jaga yaitu 5 amal maqomi dan infirodhi kita. Jadi kalau ada masalah kita buat amalan, kita jaga amalan, atau kita check amalan kita bagaimana ? apa saja amal kita :
Maqomi :
1. Harian seperti musyawarah, 2.5 jam, dan taklim
2. Mingguan jaulah kita 1 dan 2, musyawarah halaqoh, musyawarah markaz, dan malam markaz.
3. Bulanan nisab 3 hari kita
4. Nisab Tahunan kita dari 40 hari ataupun 4 bulan setiap tahun.
Infirodhi :
1. Sholat berjamaah kita tepat waktu tidak tertinggal takbiratul ula
2. Sholat-sholat sunnah kita dari dhuha, tasbih, tahajjud, awwabin, isrok, dan lain-lain
3. Dzikir pagi petang : Tasbih, Tahmid, Takbir, istrighfar, sholawat, 100 kali
4. Bacaan Quran : 2 Juz setiap harinya
5. Adab-adab sunnah
Kalau kita menjaga Allah dalam amal kita, maka Allah akan menjaga kita, inilah fikirnya. Jadi setiap kita ada masalah, baik itu maqomi ataupun masalah kehidupan, maka kita check amalan kita terlebih dahulu. Contoh : kalau dalam maqomi kita ada masalah, misalnya orang kampung tidak suka pada kita, maka kita lihat dulu apakah tertib-tertib kita sudah dijalankan dengan betul ? atau mungkin akhlaq kita belum baik ? atau mungkin kita kurang Iqrom misalnya. Lihat dulu daripada amal-amal kita, ketika ada masalah di maqomi kita. Kita tanya temen-temen maqomi kita apa kesalahan atau kekurangan saya dalam maqomi ? mungkin ucapan saya yang salah, mungkin prilaku saya yang salah, dan lain-lain. Mungkin kita tidak menyadari sehingga tidak tahu, maka tanya sama orang lain apa kekurangan kita. Jangan tanya cuman hanya dengan satu orang tanya dua atau tiga orang, mungkin kalau satu saja dia tidak tahu. Begitulah Amirul Mukminin, Umar RA, ketika bertanya kepada para sahabat :
“Apa kekurangan saya ?”
Tidak usah kita merasa malu ataupun tersinggung ketika kita menanyakan kekurangan kita dan orang lain mengkritik kita. Mungkin juga masalah yang ada asbab muamalah kita yang tidak bener atau muasyaroh kita belum baik, maka kita perbaiki semuanya. Semua amalan kita check :
1. Iman atau Keyakinan kita melenceng tidak ?
2. Ibadat kita sudah kita sempurnakan tertib, adab, dan rukunnya ?
3. Muamalat kita apakah ada tersangkut sama riba atau perkara yang haram lainnya ?
4. Muasyarot kita apakah hubungan kita tidak baik dengan tetangga, orang tua, dan lainnya ?
5. Akhlaq kita kepada Allah dan mahluknya bagaimana ?
Ketika kita rasa bahwa tertib udah kita buat dengan baik, amalan sudah kita jaga, maka berikutnya mungkin masalah-masalah yang terjadi ini untuk menguji kita sebagai tantangan dalam dakwah. Jadi kalau orang masih saja menentang ataupun mengganggu kerja kita, ada yang marah, maka kita sabar saja kerja terus, jangan pindah mahalah. Inilah tantangan dalam dakwah namanya seperti yang dialami nabi-nabi ketika berdakwah, banyak sekali tantangannya. Jadi jangan kita pindah mahalah asbab masalah-masalah seperti ini, nanti kalau pindah akan mendatangkan masalah baru dalam rumah tangga kita. Semua masalah ini efeknya nanti akan kepada istri kita juga, gak kuat dan gak tahan katanya. Maka jangan kita pindah mahalah hanya karena masalah ini, kita bersabar. Jangan kita cari-cari mahalah yang ada suasana, yang enak, yang ramai karkunnya, yang mendukung kerja dakwah, ramah-ramah orangnya, jangan ini bukan sifat dai yang betul. Sifat yang dai yang betul itu bukan mencari suasana tapi merubah suasana, kalau belum berubah suasana maka sabar terus sampai berubah suasana. Sebagaimana Nabi Nuh AS selama 950 tahun siang malam tidak pindah-pindah maqomi, disitu saja di buat kerja.
Kalau terjadi goncangan pada kita para suami, maka efeknya pun akan menimpa istri kita. Kita menghadapi masyarakat begitu berat, sampai rumah menghadapi masalah rumah dari istri dan anak-anak begitu juga, akhirnya banyak yang mandeg, berhenti, mental karena letih dalam menghadapi masalah. Jadi lari dari kerja agama ataupun maqomi ini bukannya menyelesaikan masalah tapi malah menambah masalah. Perbaiki hubungan kita dengan Allah, lalu perbaiki hubungan kita dengan manusia. Untuk perkara ini maka kita harus sering muhasabbah dalam hal :
1. Imaniat
2. Ibadat / amalan
3. Muamalat
4. Muasyarot
5. Akhlaq
Jika muamalah karkun ini tidak benar maka dia akan dikucilkan di kampungnya. Jika suami sudah dikucilkan di kampungnya maka, si istri akan juga dikucilkan dari lingkungannya, sehingga istri ini akan merasa berat dan susah. Lama-kelamaan istripun akan ikut berontak karena tidak tahan. Kalau misalnya kita tidak tahu dan tidak mampu menghadapi masyarakat, sehingga efeknya juga kepada istri kita, maka janganlah main buat keputusan sendiri, tetapi bermusyawarahlah dengan para orang tua di markaz untuk arahan dan nasehat. Jangan tinggalkan mahalah atau maqomi kita, nanti nasibnya seperti Nabi Yunus AS. Dalam kisah Nabi Yunus AS ini, beliau tidak tahan atas siksaan, kekerasan, dan penantangan dari kaumnya, sehingga dia pergi dari mahalah untuk cari maqomi baru. Bukan untuk berhenti dakwah, tapi untuk pindah maqomi saja. Nabi Yunus AS lebih memilih dakwah di tempat lain yang lebih baik suasananya, bukan untuk berhenti dakwah. Maka Allah Swt bikin kondisi ditelan ikan, kalau karkun sekarang bukan ikan lagi modelnya, tapi ditelan dunia. Jadi sekarang bagaimana solusinya ? solusinya kita ambil solusi Nabi Nuh AS yaitu kembali ke maqomi awal, lalu banyak-banyak istighfar :
“La illaha illa Anta subhanaka inni Kuntum Minadzolimin”
Jadi kalau kita banyak masalah maka lakukan seperti yang dilakukan Nabi Yunus AS yaitu banyak istighfar. Syekh Abdul Wahab di Bayan Ijtima Bangladesh berkata :
“Semua masalah yang terjadi ini akibat daripada dosa-dosa kita. Solusinya adalah istighfar banyak-banyak.”
Karkun dalam masa awal lancar sekali dari keluar 3 hari sampai 10 hari setiap bulan, dari 2.5 jam maqomi sampai 8 jam setiap hari, dan 4 bulan setiap tahun. Baru dalam perjalanannya ujung-ujungnya datanglah ujian dari Allah Swt, maka kita harus sabar. Mungkin ada kekurangan-kekurangan kita, maka kita harus banyak istighfar.
2. Jaga hubungan dengan istri di rumah
Muamalah, Muasyarot, dan Akhlaq kepada istri ini harus dijaga. Banyak karkun-karkun ini ketika diluar dia lembut sama masyarakat, banyak iqrom, akhlaq dijaga, namun sama istri tidak seperti itu, pulang kerumah seperti macan. Kalau istri ini jiwanya lemah dia akan turut aja kata suami, di marah-marahin suami diem aja, padahal hatinya berontak. Akhirnya ketika suami pergi, alhamdulillah, merdeka katanya, bisa buat semau-maunya. Jadi bukanlah suatu hal yang baik dirumah ini kita berlaku keras dan kasar kepada istri dan anak-anak kita. Aneh kalau kita diluar muamalah, muasyaroh, akhlaq bisa baik, tetapi dirumah malah sebaliknya. Seharusnya dirumah ini muamalah, muasyaroh, akhlaq kita lebih baik lagi. Sampai Rasul SAW sendiri memberi contoh : “wahai humairoh” artinya “wahai si pipi merah” ini panggilan pujian Nabi SAW kepada aisyah R.ha, bukan hanya memanggil, “Heh Aisyah”, tidak seperti itu. Nabi SAW memberikan contoh panggilan yang memuji istri bukannya sebaliknya. Nabi SAW paham istri itu perlu dipuji dan disanjung, karena kalau bukan suami siapa lagi. Sedangkan istri ini dirumah saja kerjanya, pakai hijab, tidak bergaul, siapa yang nyanjung kalau bukan suaminya. Jadi sekali-sekali kita sanjung istri kita, atas kelakuan baik dia atau khidmatnya, contoh : kita puji masakannya, walaupun tidak enak. Jangan malah bilang “Apa ini makanan ini-ini aja” atau “apa ini makanan tidak enak”. Jangan kita memperlakukan istri kita seperti itu. Nabi Saw mencontohkan ketika balik kerumahnya :
Nabi SAW bertanya kepada Aisyah R.ha, “wahai istriku ada makanan apa dirumah ?”, aisyah menjawab, “tidak banyak ya rasullullah.” Maka Nabi Saw berkata, “Yang ada apa wahai aisyah ?” Aisyah R.ha menjawab, “Hanya ada ini ya Rasullullah, roti dan cuka saja.” Inilah makanan seorang yang dimuliakan oleh penduduk langit, mujahaddah dan sangat super sederhana. Namun apa jawab Rasullullah SAW, “Seenak-enaknya makananan adalah roti dengan cuka.”
Inilah contoh akhlaq Nabi SAW kepada istrinya, walaupun hanya disajikan makanan yang super sangat sederhana, tetapi malah dipuji Nabi makanannya. Bukannya malah marah-marah kepada istrinya bilang makanannya gak enaklah, atau sedikit, atau itu-itu saja. Janganlah kita bikin gaduh, ribut dengan istri di rumah hanya karena makanan. Kita mengalah kepada istri ini lebih baik, untuk perkara yang demikian. Makanan kurang enak dibuatkan istri kita ucapkan, “Alhamdullillah. Hari ini masih bisa makan.” Atau “Alhamdullillah, ini makanan yang paling enak yang pernah saya makan.” Maka dipuji demikian istri akan berbunga-bunga. Beginilah muasyaroh dan akhlaq kepada keluarga kita. Kalau ada kekurangan dalam pelayanan kita sabar saja, jangan terlalu banyak menuntut kepada istri. Kita harus banyak menghargai istri kita karena kerja dia yang luar biasa banyaknya dari mengurus rumah, khidmat kepada suami, menjaga anak, memasak, mencuci pakaian, sehingga menimbulkan kelelahan yang luar biasa. Asbab ini kita hibur dia dengan pujian-pujian agar hatinya senang, jangan malah sebaliknya. Sudah susah ngurus pekerjaan di rumah, pulang-pulang suami marah-marah. Jangan begini, ini bukan yang dicontohkan Nabi kita SAW.
Kita harus bersabar terhadap ucapan-ucapan yang kurang menyenangkan dari istri kita. Kadang-kadang karena keletihan istri kita jadi suka ngomel atau marah. Kita pulang malam, dia ngomel, kita kasih uang belanja kurang dia ngomel. Bagaimana tindakan kita jika kita mendapatkan keadaan seperti ini ? Apakah kita kita bales ngomel lagi ? tidak, yang paling baik kita diam saja, bersabar, dan kunci mulut kita rapat-rapat, tidak usah dibalas, dengerin aja. Anggap saja istri kita ini sedang mengomel sama setan, bukan ngomelin kita. Walaupun kita pulang capek dalam keadaan letih pulang kerja atau pulang jaulah, sampai rumah istri ngomel-ngomel, maka diam saja, sabar, jangan mengucapkan satu katapun. Walaupun hati panas, kepala tetap harus dingin, diam saja dan dengerin saja. Ini kuncinya, diam dan dengerin baik-baik. Jangan cuek aja, tidak mendengarkan, istri marah, kita mondar mandir, acuh saja sama istri kita ngomel, masuk kamar langsung dikunci, jangan begitu. Jadi kalau kita diomelin diam saja, anggap saja sedang mendengarkan kuliah. Sampaikan saja, “Apa yang kamu bilang it bener sekali.” Sehingga dia agak melunak. Dan jangan segan-segan minta maaf kepada istri, “saya minta maaf, saya yang salah.” Jadi jangan di jawab, dengerin aja, dibenarkan omongannya, kalau salah kita minta maaf, begitu saja. Istri ini kalau kita jawab satu kata maka dia akan jawab seratus kata, dia lebih galak lagi dari kita.
Istri : “Pokoknya kalau tidak begitu saya akan datang ke markaz, saya akan acak-acak disana.”
Dibalas lagi sama Suami dengan nyaring : “Kalau begitu silahkan saja datang ke markaz.”
Jangan begitu dibalasnya, nanti bener dia datang ke markaz, bisa kacau nanti. Kita diam saja, bilang saja saya minta maaf kalau ada yang salah. Nanti kalau dia sudah diam baru ajak ngomong baik-baik, kita tegur baik-baik. Bicara saja biasa seperti tidak ada apa-apa, dan seperti tidak terjadi apa-apa. Jangan baru tenang, kita tekuk muka kita atau seperti muka yang nahan marah, jangan begitu. Biasa saja seperti tidak ada kejadian saja, bicara saja baik-baik. Ketika istri marah ini anggap saja sedang marah sama setan, kalau dia sudah reda baru kitanya yang bicara baik-baik sama dia. Biasanya kalau istri sudah reda bicaranya berarti setannya sudah kabur, jadi jangan dipancing lagi. Kita maafkan saja langsung dari hati ketika istri kita sedang memarahi kita. Jadi kalau istri marah :
1. Diam saja dan dengarkan baik-baik, tidak usah dibalas ucapannya, minta maaf saja kalau ada salah. Jangan kita acuhkan dia seperti angin lalu, tapi kita dengarkan baik-baik, sekali-kali kita benarkan ucapannya.
2. Ketika sedang dimarahin, kita maafkan saja istri kita dari dalam hati kita, atas segala omelannya dan kekurangannya.
3. Kita dzikir dan tawajjuh saja kepada Allah ketika sedang dimarahin
4. Ketika reda, kita biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. Kita bicara baik-baik, bahkan kita puji dia atas khidmatnya dan kebaikan-kebaikannya yang lain.
5. Diwaktu malam kita berdoa menangis memohonkan ampun untuk istri kita dan memohonkan hidayah untuk istri kita.
Seperti inilah yang seharusnya kita lakukan dirumah kita ketika sedang menghadapi istri kita yang sedang marah-marah.
3. Hidupkan Taklim Rumah
Azas dari kerja masturot ini adalah taklim rumah. Taklim mulai dari diri kita sendiri, satukan waktu dan tempat, usahakan istiqomah di waktu yang sama dan tempat yang sama. Kita dudukkan istri dan anak kita dalam taklim, kalau mereka belum mau duduk, tidak masalah, tidak usah marah-marah kitanya. Kalau mau duduk alhamdullillah, kalau belum mau duduk kita bersabar saja tidak usah marah, kita mulai dari yang mau saja, baik dari istri ataupun anak kita. Terus saja kita buat amalan, kalau amal kita diterima oleh Allah Swt, insya allah suatu saat nanti mereka akan ikut juga. Banyak dari laporan-laporan juga awal-awalnya istri tidak mau, diajak taklim, malah lari ke dapur, langsung menyibukkan diri di dapur. Tidak masalah, masih mending ke dapur larinya, daripada kepasar. Namun lama-lama dia masuk kamar, tiduran di kamar, tidak apa-apa, kencengin saja suaranya sedikit agar taklimnya bisa terdengar di kamar. Nanti lama-kelamaan dia akan mulai penasaran, lalu mulai duduk sama kita taklim. Maka ketika ini, kita harus surprise, tunjukkan muka gembira kita, jangan malah bilang, “Kok tumben mau gabung ?” jangan begitu, nanti tersinggung dia. Jadi ketika dia gabung dalam taklim, ucapkan saja alhamdullillah dalam hati, dan muka senang, cukup itu saja, jangan tunjukkan kita heran.
Taklim rumah 2 bagian :
1. Taklim Kitab yaitu Fadhilah Amal
2. Mudzakaroh 6 sifat
Mulai taklim dari kita lalu dimusyawarahkan untuk bergantian dengan istri. Target awal adalah hafal point-pointnya saja. Seiring waktu kita tambah dengan uraiannya minimal dari maksud tujuan, fadhilah, sampai cara mendapatkannya. Gantian minta mereka juga menerangkan setelah hafal, lalu ketika kita yang menerangkan kita jelaskan secara komplit.
Maulana Saad katakan :
“Mengapa kita bacakan enam sifat setiap hari, ini agar ada pembicaraan setiap hari yang diulang-ulang, sehingga enam sifat ini masuk kedalam diri kita.”
Jadi kita harus punya niat yang benar dan target yang benar dalam membuat amal, bukan hanya sekedar formalitas. Bukan sekedar buat taklim menunaikan tugas saja tanpa fikir dan target. Kalau kita baca taklim harus kita perhatian kata demi kata, dan dibaca dengan tawajjuh. Kita bebaskan waktu taklim itu dari hal-hal yang mengganggu perhatian atau konsentrasi kita dari taklim. Misalnya suara-suara di rumah kita yang bisa mengganggu dari radio, tv, dan lain-lain. Kita Targhib tentang pentingnya tawajjuh dalam taklim. Bahkan anak balita sekalipun dapat kita dudukkan juga dalam taklim, karena dalam taklim ini akan mendatangkan rahmat, berkah, dan sakinah. Anak kita walaupun tidak mengerti tapi dia akan tersuasanai karena suasana taklim ini suasana berkumpulnya para malaikat. Ini bukan karena dia mengerti atau tidak mengerti, tapi kita mau mengambil manfaat atau fadhilah daripada taklim itu sendiri untuk anak-anak kita. Jadi berkat majelis taklim ini, maka anak kita akan terbiasa dengan suasana malaikat dan suasana rahmat.
Adapun Halaqoh Tajwid bukan di waktu yang sama ataupun bagian dari rentetan dari taklim kitab dan mudzakaroh 6 sifat. Tetapi dalam waktu yang lain, itupun tidak setiap hari, hanya ketika diperlukan saja. Halaqoh Tajwid juga merupakan suatu program yang penting, ini karena targetnya supaya menjadikan istri kita dan anak-anak kita bacaan qurannya benar minimal dalam sholat. Bagaimana Makhroj dan tajwid dari bacaan quran kita, istri, dan anak-anak kita menjadi baik dan makin betul. Ada pertanyaan :
“Lalu bagaimana jika saya belum fasih bacaan qur’annya ?”
Inilah makanya kita harus belajar terlebih dahulu kepada ustdaz agar kita bisa membimbing bacaan quran istri dan anak kita. Bukannya karena tkita tidak bisa, akhirnya panggil ustadz dateng ke rumah untuk ajarkan istri kita, tidak betul itu. Ataupun sebaliknya, kita suruh istri kita ke tempat ustadz untuk belajar tajwid. Kita sendiri yang belajar pada ustadz, pulang kerumah kita ajarkan istri dan anak-anak kita. Untuk jadi hafidz tentunya kita tidak bisa, tapi bisa kita kirimkan anak kita ke pesantren hafidz ketika anak kita sudah lebih dari umur 12 tahun. Sebelum 12 tahun madrasahnya ini fokusnya harus dirumah kita. Banyak anak-anak karkun ini karena orang tuanya terlalu bersemangat ingin anaknya jadi hafidz, baru berumur 4 – 5 tahun sudah dikirim ke pesantren, ini tidak betul. Masyeikh kita beritahu, anak-anak ini belajar agama pintunya pertama kali adalah dari rumah kita sendiri, kita jadi ustadz, dan ibunya jadi ustadzah di rumah. Ajarkan istri sebagai ustadzah di rumah, kita fungsikan istri kita sebagai pengajar dirumah bagi anak-anak kita. Dari mana ilmu istri ini ya dari suami, kita ajarkan kepada istri, lalu istri mengajarkan kepada anak-anak.
Hari ini kita salah kaprah, karena tidak bisa mengajarkan anak, maka kita kirim saja ke pesantren, sepertinya kita melemparkan tanggung jawab. Bukannya kita melarang anak kita masuk pesantren, tetapi tertibnya begitu. Rumah kita harus menjadi madrasah bagi anak-anak. Nanti setelah 12 tahun di didik sama kita sebagai orang tua, qurannya sudah baik, akhlaqnya sudah baik, agamanya juga sudah baik, 6 sifat sudah paham, baru dipertimbangkan mau ngirim anak kita kemana. Jadi anak 12 tahun ini perkiraannya setelah tamat SD, mau kita kirim kemana. Maka yang pertama harus kita perhatikan setelah dia tamat SD ini atau setelah dia 12 tahun, mau si anak ini bagaimana dan potensi dia bagaimana? ini penting untuk diperhatikan. Kadang kita pingin semua anak ini masuk pesantren semua. Kita bukan melarang orang tua mengirim anak ke pesantren, tetapi tidak juga harus dikirim semua anak ke pesantren. Ini sangat penting karena menyangkut pendidikan anak dan kemana arah pendidikan anak ini di masa yang akan datang. Jadi selain diajarkan agama kepada anak, maka kasih sayang kepada anakpun juga sangat penting untuk tercukupi. Kasih sayang orang tua daripada ibu dan bapaknya ini lebih penting daripada ilmu. Tidak sedikit kita mendapatkan laporan dari pesantren-pesantren, anak-anak yang dikirimkan kesana menjadi anak-anak yang bandel. Kenapa ini bisa terjadi ? si anak berontak karena kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Biasanya di pesantren, bukan ustadznya yang turun langsung, tapi diberikan kepada santri-santri yang senior untuk mengurusi anak yang bandel ini. Bagaimana dia bisa merasakan kasih sayang ? beda jika perhatian dan kasih sayang itu, kita dapatkan dari orang tua sendiri bukan dari orang lain sekalipun ustadznya pesantren. Beda antara orang lain dan orang tua sendiri yang mengurus si anak tersebut, ngurus makannya, ngurus pakainannya, tidak sama. Jadi jangan menyiksa anak-anak kita, walaupun maksudnya baik dikirim ke pesantren, tapi belum waktunya. Paling baik itu adalah pesantren di rumah kita, walaupun anak-anak kita masih suka bermain, biarin saja, kasih waktu untuk bermain, nanti ada waktu untuk belajar dan mengaji kepada kita. Ajarkan kepada mereka dasar-dasar agama dari rukun iman, rukun islam, adab-adab, doa-doa, tata cara sholat, dzikir-dzikir rutin, dan akhlaq.
Nanti setelah anak berumur 12 tahun, dilihat bakat anak kita itu apa dan maunya bagaimana, minatnya apa ? apakah anak itu potensinya menjurus kepada agama, karena dia seneng mengaji ? maka tanyakan kepada si anak, “Apakah ananda mau masuk ke pesantren ?” kalau dia seneng dengan tawarannya, maka kirim anak ke pesantren. Namun kalau anak tersebut minatnya sekolah umum, maka kirim ke sekolah umum, jangan dipaksakan ke pesantren. Anak mau ke sekolah umum, tapi kita paksakan ke pesantren, ini tidak munasib, tidak sesuai. Anak sudah tika mau tapi dipaksakan, akhirnya si anak karena tidak mau melawan orang tua, nurut juga pergi ke pesantren. Apa yang terjadi ? si anak menjadi stress di pesantren, karena bertentangan dengan hati nuraninya. Kalau kita ingin mengirim anak kita ke pesantren ada 3 syaratnya :
1. Minat anak itu sendiri ingin menjadi ulama
2. Persetujuan kedua orang tua, persetujuan bapak dan ibu.
3. Nanti setelah belajar agama, jangan mengambil manfaat dunia dari ilmu agamanya.
Kalau ada persyaratan ini, sanggup kita, maka kirim anak ke pesantren. Nanti kalau sudah biasa kita didik anak kita dengan agama, maka kita akan tahu minatnya si anak ini kemana ? kita tidak harus menjadikan anak kita ini ulama semua. Sebagian boleh jadi ulama, sebagian boleh jadi pedagang, sebagaian boleh menjadi dokter, sebagian boleh menjadi engineer, macam-macam profesi, tergantung minat dan bakatnya. Bahkan perbandingannya antara ulama dan non ulama itu, yang ulama harus minoritas, dan yang lain mayoritas. Bahkan dikalangan Sahabat RA, yang ulama itu hanya 6 atau 7 orang saja dari 114.000 orang Sahabat RA, jadi yang ulama itu hanya sebagian kecil saja, minoritas, tidak semuanya. Kalau anak-anak kita tidak ada bakat ke pesantren lalu kita paksakan ke pesantren, maka si anak ini nanti akan menjadi stress, lalu memberontak lari dari pesantren, akhirnya dunia tidak dapat dan akheratpun tidak dapat. Jadi harus hati-hati dalam menentukan arah dan masa depan anak kita. Kalau kurang paham, banyak kita bertanya kepada orang tua kita dalam dakwah, ataupun kepada ulama-ulama di pesantren mengenai kondisi-kondisi anak kita sebelum masuk ke pesantren. Begitulah arahan dari masyeikh kita dalam mendidik anak.
Kita ingin anak kita minimal jadi da’i, karena untuk memasukkan agama ini tidak dengan pesantren saja, tetapi dengan kerja dakwah ini maka agama akan masuk kedalam kehidupan kita. Untuk menjadi ulama ini bukan Fardhu ‘Ain tetapi Fardhu Kifayah, tetapi memasukkan agama ini adalah Fardhu ‘Ain. Wajib bagi setiap kita para orang tua memasukkan agama kepada anak-anak, caranya dengan taklim rumah. Nanti kalau dia sudah sekolah SMP atau sederajat, maka kita dorong dia untuk terjun kedalam usaha dakwah. Usaha atas pelajar ini adalah tanggung jawab atas setiap individu kita, setiap orang tua, dan setiap karkun. Ini karena setiap kita ada yang mempunyai, anak, saudara, keponakan, yang berstatus sebagai pelajar. Mereka ini harus kita perhatikan, karena kalau kita tidak perhatian sama mereka, maka nanti akan diambil sama yang lain. Kita sendiri yang mengantar, dan kita sendiri yang menemani satu hari saja dalam sebulan. Para masyeikh tidak menghendaki ada penanggung jawab khusus atas pelajar dan mahasiswa, tapi yang masyeikh kehendaki adalah pelajar dan mahasiswa ini adalah tanggung jawab daripada kita semua, tanggung jawab semua karkun. Setiap darapada kita dan anak-anak kita mengambil tanggung jawab atas kerja pelajar.
4. Keluar Masturot
Nanti setelah taklim kita mantap dan istiqomah, yaitu ketika kita ada taklim jalan, ketika kita tidak dirumah taklim tetap jalan, maka berikutnya kita taskil istri kita 3 hari pertama kali. Ketika istri kita sudah tahu dan hafal 6 sifat, masail harian, adab-adab rumah, siap dengan hijab yang sempurna, dan ada minat untuk keluar 3 hari baru kita aja mereka keluar 3 hari masturot pertama kali. Jadi kalau istri kita belum mau, maka jangan dipaksa, tertibnya tidak seperti itu, dan tidak boleh seperti itu. Supaya paham, keluar 3 hari tapi dipaksa, bukan begitu caranya. Namun yang benar adalah kita sendiri yang mengkondisikan agar istri ini siap untuk mau keluar 3 hari sehingga dari dia sendiri yang mau keluar bukan dari paksaan. Jangan berpikir dengan dipaksakan keluar istri ini berharap akan ketularan dengan masturot lain, tidak seperti itu, yang ada nanti malah istri kita merusak yang lain asbab keterpaksaan dia. Suamilah yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan istrinya, dari ilmu dan hatinya, sampai tercetus dari istri kita sendiri, dia yang mau keluar 3 hari, jadi bukan dengan paksaan. Kita kondisikan istri kita, mudzakarohnya, hafalannya, masailnya, kemauannya, dan targhib-targhib berupa kisah-kisah sahabiyah dan istri-istri para Nabi, sehingga istri bersemangat untuk berangkat keluar masturot. Jadi yang paling penting adalah minat dari istri keluar 3 hari, adapun hafalan mungkin istri kita sudah tua tidak mampu untuk menghafal, tidak apa-apa. Kelayakan istri untuk keluar 3 hari pertama kali haruslah dimulai dari minat yang kuat, itu dulu persyaratannya.
Tertibnya 3 hari pertama kali adalah 3 x 24 jam, bukannya berangkat jumat sore pulang minggu malam, dihitung 3 hari : jumat, sabtu, minggu, bukan seperti itu, tetapi 3 x 24 jam. Di jakarta karena kesibukan dan jam kerja kantor sehingga hanya bisa keluar jumat pulang kerja dan minggu malam sudah pulang, tidak seperti ini. Namun perhitungan keluar 3 hari pertama kali ini adalah 3 x 24 jam atau setara dengan 72 jam. Wabsyi dimana ? wabsyi adalah dimana tempat bayan hidayah diberikan yaitu di rumah salah satu karkun sehabis sholat subuh. Bayan hidayah dirumah karkun tersebut, lalu langsung berangkat. Sasaran dari 3 hari tersebut yang paling baik adalah dari dalam halaqoh, paling jauh adalah halaqoh tetangga. Perjalanan diperkirakan dengan perhitungan bisa melakukan taklim pagi dengan sempurna yaitu jam 9 pagi. Maka jarak tempuh diusahakan tidak lebih dari 30 menit atau sekitar 30 KM, agar taklim pagi bisa sempurna dijalankan, dengan catatan jalannya tidak macet, tidak ada hambatan, dan lain-lain. Wabsyi adalah hari senin pagi ditempat bayan hidayah. Sedangkan 3 hari itu tidak dihitung nisab bagi yang laki-laki, jadi yang laki-laki tetap keluar nisab 3 hari diwaktu yang berbeda. Kecuali untuk pegawai yang sangat sulit untuk mendapatkan cuti, bagi mereka yang 3 hari masturot itu sudah dihitung nisab. Ini adalah hasil keputusan musyawarah indonesia dengan masyikh di Nizammuddin.
Selama 3 hari diusahakan program dapat dijalan dengan baik dan tertib. Bahkan kalau bisa para suami sebelum bayan hidayah pagi subuhnya, para suami sudah harus memberikan bayan hidayah terlebih dahulu kepada istri masing-masing biar lebih mateng acara dan kesiapannya, nanti disempurnakan dengan bayan hidayah besok subuh dengan rombongan. Jangan mentah-mentah kita serahkan kepada yang memberikan bayan hidayah keesokan harinya, karena penyampaiannya tidak akan sama, kalu kita yang lakukan terlebih dahulu secara informal, ini lebih baik. Bukan hanya untuk 3 hari tapi juga untuk 40 hari, 2 bulan dan seterusnya.
5. Ajak untuk Nusroh Jemaah Masturot
Sebelum kita pergi ke tempat jemaah maka kita harus beri bayan hidayah kepada istri apa yang boleh dibicarakan disana dan apa yang tidak boleh di bicarakan. Di ingatkan kepada istri kita, karena banyak orang-orang lama yang nusroh tapi ngomongnya gak tertib, sehingga orang-orang baru ini terheran-heran, dari bingung sampai ketakutan asbab pembicaraan yang tidak tertib. Di jakarta banyak istri-istri orang lama ini ketika nusroh malah membicarakan masalah rumah tangga, mujahddahnya hidup sama karkun, masalah anak, masalah ekonomi, masalah keduniaan, macam-macam yang tidak berhubungan dengan kerja dakwah. Sehingga orang-orang baru ini jadi bingung bahkan ketakutan mendengarnya, kok orang lama bicara-bicara yang demikian. Jadi ketika nusroh kita beritahu kita hanya boleh bicara 6 sifat saja, mengenai ibadat, mengenai taklim, mengenai dakwah, itupun kita tidak boleh mentarghib pancung mereka. Kita ajak mereka untuk memberikan semangat kepada orang-orang yang baru keluar atau kepada tamu-tamu, jangan membicarakan yang lain diluar program. Kalau tamu-tamu kita misalnya orang-orang lama, maka kita usahakan kita mendapatkan manfaat dari mereka berupa mudzakaroh-mudzakaroh dakwah, kargozari-kargozari dakwah, nasehat-nasehat dakwah, pengalaman-pengalaman mereka dan lain-lain. Tetapi kalu orang-orang baru, kita yang berikan pengalaman-pengalaman kita yang baik kepada mereka, agar mereka tambah semangat dan bisa menjadi tambah baik lagi amalannya. Sehingga suasana taklim akan semakin bagus karena semua orang saling belajar.
6. Taklim Masturot Mahalah
Persyaratannya adalah :
1. Sudah hidup 5 amal
2. Ada 3 pasang minimal 3 kali 3 hari
3. Mampu mengendalikan program : bisa baca kita dengan baik dan menguraikannya
4. Memahami betul tertib daripada taklim masturot
Ini boleh mengadakan taklim masturot mahalah. Kirim data tersebut ke markaz untuk mendapatkan persetujuan taklim mahalah. Syarat dari taklim mahalah ini para penanggung jawab markaz daerah harus sudah paham betul tata cara membuat taklim masturot sehingga bisa memberikan arahan yang betul. Program daripada taklim mahalah di bicarakan didalam musyawarah harian oleh rijal di mahalah tersebut. Apa yang dimusyawarahkan :
1. Rumah Siapa ? ini harus rumah yang sudah pernah keluar minimal 1 kali 3 hari. Dan orang rumah itu senang dengan program, jangan sampai suami suka tetapi istri tidak senang maka jangan disitu taklimnya. Istrinya ada sifat mahabbah kepada tamu-tamu yang datang.
2. Siapa yang Istiqbal ? Istiqbal yang paling baik adalah tuan rumah atau boleh dari orang yang akrab dengan tuan rumah
3. Siapa yang baca Kitab ? Boleh ditentukan satu orangBoleh dibagi-bagi tapi ditentukan dalam musyawarah
4. Siapa yang memberikan Mudzakaroh 6 Sifat ? Harus yang sudah pernah keluar, yang lebih tua usianya, dan yang lancar dalam menguraikan. Cukup satu orang saja ditentukan, bukan giliran mudzakarohnya. Walaupun ada ustadzah tapi dia belum keluar jangan ditugasi.
Lamanya taklim mahalah ini 2 jam saja jangan lebih : 1 jam taklim kitab + 1 jam mudzakaroh 6 sifat atau 1.5 jam taklim kitab + 30 menit mudzakaroh 6 sifat. Setiap satu bulan sekali atau satu bulan setengah sekali boleh ada bayan, namun siapa yang memberikan bayan jangan diumumkan atau jangan diberi tahu. Taskilnya 2 saja :
1. Mengeluarkan suaminya keluar di jalan Allah
2. Hidupkan taklim rumah
Siapa saja boleh datang ke taklim masturot, jangan di tegor kalau pakaiannya tidak sempurna biarkan saja, karena ini hanya di kamar ruangan saja. Biasanya ibu-ibu kalau sudah sekali datang besoknya pingin datang lagi, sudah berubah penampilannya. Dalam taklim tidak ada jamuan makan, selepas program terus pulang tidak ada ngobrol-ngobrol sehingga nur kalamullah dan nur sabda rasullullah masih ada dalam hati. Jangan sampai selesai taklim ngobrol-ngobrol kelamaan akhirnya jadi gosip sehingga nur taklim ini hilang. Walaupun sudah taklim 10 tahun, tapi kita malah gosip di tempat taklim, maka tidak akan ada kesan berbekas dari taklim itu.
Insya Allah kita niat amalkan.
Ustadz Muslichuddin, Syuro Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar