BAYAN MAGHRIB
MAKSUD HIDUP MANUSIA MENYEMPURNAKAN AMAL AGAMA
Di dunia ini ada berbagai macam usaha, ada yang namanya usaha perdagangan, pertanian, pertokoan, perindustrian, perbaikan kesehatan, dan lain-lain. Namun dari sekian banyak usaha yang ada, usaha yang paling tinggi, yang paling mulia, dan paling bernilai disisi Allah adalah usaha para Nabi. Usaha Nabi ini adalah usaha pilihan. Sehingga begitu tingginya, begitu mahalnya, begitu mulianya usaha para Nabi ini maka hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menjalankan usaha ini dan jumlahnya tidak banyak. Jadi orang yang bisa menjalankan tugas ini hanyalah orang-orang pilihan Allah saja. Sedangkan usaha selain usaha Nabi ini jumlah orang yang terlibat di dalamnya sangat banyak bahkan tidak terhitung jumlahnya. Dari jaman Nabi Adam AS sampai sekarang berapa banyak yang menjadi petani, pedagang, pengusaha, pejabat, dokter, bahkan raja sekalipun ? jawabnya jumlahnya banyak, tidak terhitung. Tapi usaha Nabi ini jumlah orang yang mengambilnya terbatas hanya ada 124.000 Nabi.
Kalau usaha-usaha yang lain objek dari usahanya adalah kebendaan. Seperti :
1. Pertanian : Object usahanya adalah tanaman
2. Perdagangan : Object usahanya adalah barang
3. Industri : Object usahanya adalah bahan olahan
4. Teknologi : Object usahanya adalah mesin / alat
5. Dan lain-lain
Tetapi usaha nabi ini berbeda dengan usaha-usaha yang lain, objek usahanya bukan kebendaan, objek usahanya adalah manusia. Medan kerja daripada para Nabi itu adalah manusia. Bekerja atas manusia, inilah pekerjaan yang paling tinggi. Karena kedudukan manusia dalam kehidupan ini seperti jantung pada badan manusia atau seperti kedudukan hati dalam badan kita. Sebagaimana Nabi sabdakan kepentingan daripada hati ini, dalam hadits mahfum :
“ Dalam setiap tubuh manusia ini ada segumpal daging. Kalau daging ini baik maka akan baik seluruh tubuhnya. Kalau daging ini buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya. “ (Al Hadits )
Apakah yang dimaksud dengan segumpal daging itu ? itulah Hati. Kalau hati manusia itu baik, maka akan baik seluruh amal perbuatannya. Kalau hati manusia itu buruk, maka akan buruk seluruh amal perbuatannya. Begitulah kehidupan yang baik dan tidak baik dalam dunia ini bukan disebabkan karena kemajuan dari pada kebendaan-kebendaan tetapi bergantung pada manusianya. Kalau manusia ini baik maka dunia ini akan menjadi baik keadaannya. Kalau manusia ini buruk maka dunia ini akan menjadi buruk keadaannya. Untuk memperbaiki keadaan di dunia, para Nabi membuat usaha perbaikan atas manusia. Sebab keburukan-keburukan yang ada atau yang terjadi di dunia ini akibat daripada amal-amal buruk manusia. Firman Allah Mahfum :
“Telah terjadi kerusakan-kerusakan di daratan dan di lautan di sebabkan oleh perbuatan (amal buruk) manusia.” (Al Qur’an )
Orang menyebutkan sekarang ini jaman kemajuan. Padahal kalau diperhatikan kemajuan yang ada pada jaman ini adalah kemajuan daripada kebendaan. Kalau kita perhatikan manusianya sendiri telah merosot kepada derajat yang sangat rendah dan hina. Kebendaan diperjuangkan oleh manusia pada hari ini, dari tidak berharga menjadi berharga, dari tidak bermanfaat dari bermanfaat, dari tidak indah menjadi indah. Inilah kerja manusia di jaman ini, yaitu merobah memajukan daripada kebendaan. Tapi manusia tidak sadar, dirinya sendiri telah merosot menjadi rendah dan hina. Ini terjadi karena kita sudah meninggalkan daripada usaha kenabian yaitu usaha perbaikan atas pada manusia. Yang mana usaha kenabian ini telah diamanahkan, dan diwariskan kepada ummat Nabi Muhammad SAW. Setelah Nabi SAW wafat sampai hari kiamat tidak akan ada lagi Nabi, tetapi usaha kenabian ini harus tetap ada. Dan usaha ini karena Nabi SAW sudah tidak, maka telah dilimpahkan kepada kita semua yang mengaku sebagai ummat Nabi SAW. Tetapi masalahnya kita sudah meninggalkan daripada usaha ini, sibuk atas kebendaan-kebendaan. Sehingga kebendaan pada jaman ini mengalami kemajuan daripada jaman-jaman sebelumnya. Namun manusianya telah merosot hingga kederajat yang rendah dan hina. Hanya tampang dan jasadnya saja manusia, tetapi akhlaqnya dan amal perbuatannya merosot hingga menjadi seperti hewan, bahkan lebih rendah dan lebih hina daripada hewan.
Maulana Said Ahmad Khan, seorang ulama, yang tinggal di Madinah menceritakan dulu di Madinah ada seorang ulama dia bermimpi berada di pasar. Dan di pasar itu banyak barang-barang diperjual belikan dan banyak juga manusia hilir mudik sebagai penjual dan pembeli. Namun di dalam mimpinya itu, ketika ulama ini menghadapkan wajahnya, melihat ke langit, dilihatnya langit itu seperti cermin memantulkan bayangan yang ada dibawah. Semua barang-barang yang diperjual belikan dibawah ini yaitu dipasarnya, semuanya ada terlihat di cermin tersebut. Tetapi yang heran, manusia-manusia yang sebagai penjual dan pembeli yang ada disitu, tidak ada atau tidak nampak pada cermin itu, yang ada hanya hewan-hewan. Yang ada pada cermin dilangit itu adalah monyek, ular, babi, dan lain sebagainya. Maka keesokan harinya si ulama ini pergi bertanya pada ulama yang lain mengenai apa arti atau makna mimpi tersebut. Ulama yang ditanya menjawab bahwa itulah manusia di jaman sekarang, jasadnya manusia tetapi hati dan akhlaqnya sudah berubah menjadi seperti binatang.
Manusia kalau tidak diperjuangkan maka dia akan merosot menjadi rendah dan hina. Kata Ulama karena manusia ini diciptakan daripada unsur tanah, maka manusia ini mempunyai kesamaan sifat dengan tanah. Apa sifat tanah ?
Tanah kalau tidak digarap mempunyai 4 fase :
1. Fase ditumbuhi rumput-rumputan –> Binatang ternak : sapi, kambing
2. Fase ditumbuhi ilalang / semak belukar –> Binatang buas : singa, macan, srigala
3. Fase ditumbuhi pepohonan –> Binatang perusak : monyet, babi
4. Fase Hutan Belantara –> Binatang berbisa : ular, kalajengking
Kalau tanah ini tidak digarap atau diusahakan maka diatasnya akan tumbuh rumput-rumputan. Kalau diatas tanah itu tedapat rumput-rumputan maka yang datang kepada tanah itu adalah binatang ternak, seperti : kambing, sapi, kerbau, yaitu pemakan rumput. Begitulah keadaan manusia ini kalau tidak diperjuangkan, dia sifatnya akan seperti binatang ternak. Apa sifat binatang ternak ? sifat binatang ternak itu “Egois” dan dzikirnya “Makan”. Hanya memikirkan makan saja, sehari-hari hanya memikirkan makan saja. Dan ketika makan itu dia tidak akan memikirkan nasib teman-temannya., tetangganya, kerabatnya, yang penting dia kenyang sendiri. Ketika makan dia tidak punya ethic atau adab, ini rumput dia atau rumput temannya sama saja. Apa yang dia suka itu yang di makan, walaupun rumput itu ada didepan temannya. Kalau temannya kelaparan dia tidak ada niat untuk memberi atau mengasih kepada yang kelaparan itu. Dia tetap saja akan makan sendiri. Kalau ada temennya sakit tidak ada usaha untuk menengok atau mengusakan kesembuhan untuk temannya. Kalau sama-sama diperjalanan, kawannya membawa beban yang berat, sehingga kawannya terjatuh tidak kuat berjalan, dia tidak akan berhenti dan menolong temannya yang terjatuh atau memindahkan beban barang untuk ditanggung sebagian. Dia akan tinggalkan kawannya dan terus berjalan tidak peduli dan tidak acuh pada penderitaan temannya. Walaupun kawannya jatuh dan mati dia tidak akan ambil peduli. Itulah sifat daripada binatang ternak. Begitulah kata ulama jika manusia ini tidak diperjuangkan, maka akhlaq atau sifatnya akan menurun menjadi seperti binatang ternak. Dia hanya akan mementingkan diri sendirinya saja, tidak peduli kepada yang lain, yang penting dia kenyang sendiri dan senang sendiri, yang lain susah tidak perlu dipikirkan. Tidak ada program untuk menolong atau membantu teman atau tetangga yang kesusahan, hanya mementingkan diri sendiri saja. Orang lain mederita atau sakit tidak ada usaha untuk menengok, menghibur, atau menyembuhkannya. Orang lain bebannya berat tidak peduli atau tidak mau menolong membantu meringankan daripada kesusahannya. Kalau kita lihat manusia-manusia yang seperti ini sudah wujud atau sudah ada di dunia ini. Dan sudah banyak yang akhlaqnya seperti ini.
Kalau tidak diperjuangkan lagi, tidak digarap, maka padang rumput itu akan berubah menjadi semak belukar, menjadi padang alang-alang. Dan ketika sudah berubah menjadi padang ilalang maka yang akan datang adalah bukan lagi binatang ternak, tetapi binatang buas seperti singa, harimau, srigala. Binatang buas seperti itu suka pada padang ilalang. Dan sifat-sifat binatang buas ini lebih buruk daripada sifat binatang ternak. Kalau binatang ternak tadi sifatnya egois, mementingkan diri sendiri, tetapi dia tidak merusak kepada yang lain. Kalau binatang buas ini untuk kepentingan dirinya, untuk mengenyangkan dirinya, dia binasakan hewan yang lain. Singa ini menerkam kuda, kambing, kerbau, rusa, menerkam binatang-binatang yang lain, untuk memenuhi daripada kebutuhannya. Maka begitu juga jika diri manusia ini jika tidak diperjuangkan maka dia akan merosot akhlaqnya seperti akhlaq binatang buas. Untuk kepentingan dirinya dia hancurkan yang lain, dan dia binasakan yang lain. Yang semacam ini sudah kita lihat banyak pada diri manusia saat ini. Bentuknya manusia tetapi sifatnya seperti binatang buas. Pekerjaannya membinasakan, menghancurkan, menyusahkan kehidupan daripada yang lainnya, untuk kepentingan dari pada dirinya.
Jika tanah itu tidak digarap lagi maka yang tumbuh berikutnya setelah padang ilalang akan tumbuh pohon-pohon yang tinggi-tinggi. Kalau pohon yang tinggi-tinggi sudah tumbuh, maka akan masuk ke hutan yang semacam itu binatang-binatang jenis perusak. Seperti monyet, babi, yang sukanya ditempat yang semacam itu. Binatang ini adalah sifatnnya lebih buruk daripada binatang buas. Kalau binatang buas itu seperti singa kalau udah kenyang makannya, maka dia tidak akan mengganggu yang lain. Walaupun kerbau lewat di hadapannya, ada disampingnya, dia tidak akan terkam, kalau sudah kenyang dia cukup. Begitu juga jenis buaya, kalau lapar datang ke kubangan tempat kerbau minum air, maka dia akan terkam kerbau yang ada disitu, lalu dimakan ramai-ramai. Kalau buaya ini sudah kenyang maka walaupun kerbau itu mandi sama-sama dengan buaya tidak akan di terkam, dan tidak diganggu. Tetapi kalau binatang perusak semacam monyet dan semacam babi tidak seperti itu. Kalau monyet atau babi ini datang ke kebon orang, mungkin yang dimakan tidak banyak, tetapi satu kebun diacak-acak oleh dia walaupun tidak dimakan. Itulah sifat binatang perusak. Maka para petani banyak dijengkelkannya dan dirugikannya. Kalau hanya sekedar untuk makan si monyet dan si babi, bagi petani tidak jadi masalah, tetapi masalahnya walaupun sudah cukup makan tetapi yang lain dirusaknya semua. Hari ini manusiapun sudah banyak yang bersifat seperti itu. Tidak cukup dengan mengenyangkan isi perutnya saja, tetapi baru puas ketika melihat orang lain susah, melihat orang lain sengsara. Jika kita tidak berjuang atas manusia maka akan timbul manusia yang seperti ini.
Kalau tanah dibiarkan lagi tidak digarap, maka hutan ini akan menjadi hutan belantara, tumbuh pohon-pohon besar yang rindang-rindang sehingga menyebabkan hutan menjadi lembab dan sinar matahari tidak dapat masuk. Maka di tempat-tempat seperti ini akan hidup binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan sebagainya. Sifat binatang ini lebih buruk daripada sifat binatang lainnya tadi. Seperti ular jika dia mematuk binatang yang lain bukan untuk dimakan tetapi hanya untuk kebanggaan saja. Jika ular itu mematuk kerbau, maka tidak untuk dimakan kerbau itu, tetapi si ular bangga bisa membunuh kerbau yang besar dengan bisanya itu. Kerbau tersebut ditinggalkan begitu saja dan tidak dimakan oleh si ular. Hanya untuk kebanggaan, hanya untuk kesenangan, hanya untuk kepuasan hati, dibinasakannya binatang-binatang yang lain oleh ular. Begitu juga jika manusia tidak diperjuangkan akan sampai ke tahap itu. Manusia macam ini hanya untuk iseng saja demi kesenangan dia semata, mampu membinasakan, merugikan, dan menghancurkan daripada yang lain. Dan orang-orang yang semacam inipun sudah banyak di dunia ini. Inilah yang terjadi jika kita meninggalkan usaha atas diri manusia ini.
Salah seorang professor di bandung mengkritik tentang pola kehidupan orang-orang di jakarta. Dia katakan bahwa di jakarta ini masyarakatnya berlapis-lapis, bertingkat-tingkat. Tetapi pada umumnya kata dia semuanya hanya fikir makan saja di semua lapisan. Lapisan lapisan itu adalah :
1. Lapisan Bawah ( Penghasilan kurang : kuli, tukang becak, pegemis ) : “Besok saya bisa makan atau tidak ? saat itu dapat makan, saat itu dihabisin makanannya, tergantung penghasilannya hari itu.
2. Lapisan Menengah ( Penghasilan cukup ) : “Besok makan apa kita ?”mungkin karena sudah bosan tidak mau memakan makanan yang sama, harus beda tiap harinya. Hari ini makan sayur asam, besok dia fikir bagaimana mendapatkan sop. Jadi ada makanannya hanya jenisnya yang lain.
3. Lapisan Atas ( Penghasilan orang yang Kaya ) :”Besok akan makan dimana kita ?” sudah bosan di restoran ini dia akan cari restoran yang lain, tidak bisa makan di restoran yang sama tiap harinya.
4. Lapisan Akhir ( Penghasilan dari Kedzoliman ) : “Besok siapa lagi yang bisa gua makan ?” Dia fikir makan tetapi dari mendzolimi orang lain. Tiap hari yang dipikirin bagaimana makan orang ? artinya bagaimana dia dapat memeras orang atau dapat menggencet orang ? otaknya otak kriminal, maunya menyusahkan orang lain, bahkan orang macam ini jangankan teman, keluarganyapun dia makan.
Ali Karamallah Wajhahu berkata kalau manusia itu fikirnya hanya memikirkan apa yang akan masuk kedalam perutnya maka derajatnya disisi Allah sama dengan apa yang telah dikeluarkan dari perutnya. Beginilah hasilnya jika manusia tidak diperjuangkan yaitu mereka akan menjadi rendah dan hina. Derajatnya di sisi Allah seperti apa yang dikeluarkan perutnya yaitu kotoran, tidak ada nilai, rendah, bahkan tidak pantas untuk dilihat atau dipandangi. Hari ini banyak orang-orang yang menganggap bahwa kehidupan orang-orang kafir itu tinggi, padahal kalau diperhatikan kehidupan mereka tidaklah tinggi seperti yang mereka perkirakan. Sifat daripada orang kafir yang tidak beriman ini, kehidupan daripada keduniaannya itu tinggi-tinggi, tetapi fikirnya daripada orang kafir itu rendah. Jadi orang kafir ini keduniaannya tinggi, namun fikirnya rendah. Orang kafir ini pola kehidupan yang ideal bagi mereka adalah rumah yang bagus, pakaian yang indah, mobil yang mewah, makanan yang enak, tetapi fikirnya rendah yaitu fikir kebendaan saja. Namun orang beriman ini kehidupan daripada keduniaannya rendah-rendah, tetapi fikirnya tinggi. Orang beriman ini pola kehidupannya sangat sederhana dari makanan, pakaian, transportasi, rumahnya, tetapi fikirnya tinggi. Bagaimana fikirnya orang beriman ? yaitu bagaimana dirinya dan seluruh manusia dapat selamat dari adzab Allah di dunia dan di akherat. Itulah fikir dan sifat atau pola hidup daripada orang beriman.
Kejadian-kejadian yang ada di dunia ini yang disebabkan oleh manusia yang telah menjadi rendah akhlaq dan prilakunya adalah tanggung jawab kita semua, selaku umat Rasullullah SAW. Karena kita telah tinggalkan daripada usaha atas manusia maka hal-hal yang semacam : saling bunuh membunuh, saling memerangi, saling merampok, telah terjadi pada manusia saat ini. Sehingga susah mendatangkan kedamaian dan keamanan yang hakiki. Ini karena kita telah tinggalkan usaha kenabian ini. Kalau usaha kenabian ini dihidupkan lagi maka manusia akan naik derajatnya disisi Allah. Seperti ketika sebelum diutusnya Rasullullah SAW, kehidupan di Hijaj sangat rendah sekali, sudah seperti kehidupan hewan saja. Bunuh membunuh, terkam menerkam, satu sama lain sudah menjadi biasa. Bahkan sifat dan kelakuan mereka sudah lebih rendah daripada binatang ternak, lebih rendah daripada binatang buas, lebih rendah daripada binatang perusak, bahkan lebih rendah daripada binatang berbisa. Itulah kehidupan jahilliayah di mekah sebelum kedatangan Nabi SAW. Kata Ulama untuk berjudi saja, dipertaruhkan nyawa manusia., mereka bertaruh main tebak-tebakan mengenai isi kandungan dari wanita hamil yang baru saja lewat didepan mereka, “Apakah janin yang ada dalam perut wanita hamil itu adalah laki-laki atau perempuan ?” Untuk membuktikan ini, si perempuan itu dibelah perutnya, dibunuh hanya untuk iseng saja, dijadikan medan perjudian. Kehidupan manusia hanya dijadikan sebagai bahan permainan. Biasa saja bagi mereka membinasakan, dan mensengsarakan daripada kehidupan orang lain. Begitu buruknya kehidupan manusia saat itu.
Sehingga Allah utus Rasullullah SAW untuk membuat usaha atas mereka yang kehidupannya sudah begitu rendah. Diusahakan secara terus menerus oleh Nabi SAW, maka kehidupan mereka meningkat, yang jasadnya manusia tetapi sifatnya adalah sifat malaikat. Apa itu sifat malaikat ? yaitu taat pada Allah SWT, hanya menjalankan perintah Allah saja, kerjanya ibadah saja kepada Allah. Ini karena malaikat itu tidak punya nafsu, mereka tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak punya istri, kerjanya hanya ibadah saja kepada Allah. Manusia ini kalau diperjuangkan bukan dia berarti dia berubah menjadi malaikat tetapi maksudnya dia akan memiliki sifat malaikat, yaitu sifat taat kepada Allah SWT. Jadi Malaikat ini diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala saja, taat saja tidak bisa yang lainnya. Dan untuk ini pula manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala, dalam Mahfum Firman Allah :
“Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah (menngabdi) kepadaKu.”
Ini akan terjadi jika manusia ini diusahakan dengan usaha atau kerja kenabian. Rasullullah SAW telah berhasil merubah mereka dari mempunyai sifat kehewanan yang wujud dalam diri mereka meningkat menjadi memiliki sifat malaikat. Sehingga sahabat-sahabat RA menjadi terasa nikmat dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi sifatnya seperti malaikat. Banyak diantara sahabat RA yang mengorbankan sifat hewannya. Mereka banyak mengurangi makannya dan mengurangi tidurnya demi memperbanyak beribadah kepada Allah Ta’ala. Banyak diantara mereka sedikit saja tidurnya diwaktu malam karena mereka menggunakan waktu malamnya hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Bahkan ada diantara mereka yang semalam suntuk tidak tidur hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Itu dapat terjadi setelah diusahakan oleh Nabi SAW dengan usaha kenabian maka telah terjadi perubahan dalam diri mereka. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi sifatnya seperti sifat malaikat.
Nabi SAW terus lagi dan lagi mengusahakan manusia ini agar meningkat derjatnya. Sehingga naik lagi derajatnya yang tadinya hanya memiliki daripada sifat malaikat yaitu hanya sifat taat saja, menjadi memiliki sifat khilafah, kekhalifahan. Untuk ini pula Allah ciptakan manusia dimuka bumi yaitu sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini. Sebagaimana Allah ceritakan dalam Al Qur’an, Allah berfirman mahfum :
“Waktu Allah berkata kepada para malaikat-malaikatnya : Aku akan ciptakan dimuka bumi khalifah yaitu manusia “
Maksud diciptakan manusia ini yaitu sebagai Khalifatullah, Khalifah atau Wakil Allah, di muka bumi. Dan maksud dijadikan sebagai Khalifatullah ini bukan ditafsirkan sebagaimana kebanyakan orang yang menyangka menjadi penguasa. Tetapi maksud dari menjadi khalifatullah ini adalah mewakili sifat-sifat Allah dimuka bumi. Kalau dengan ibadah ini mewakili sifat malaikat tetapi dengan menjadi khalifah ini mewakili sifat Khaliq atau sifat Allah SWT, daripada sifat JamalNya. Allah SWT mempunyai 99 sifat atau nama. Dari sifat-sifat atau nama-nama ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu ada Sifat JamalNya Allah dan ada Sifat JalalNya Allah. Yand dikehendaki oleh Allah dari diri manusia ini adalah mewakili daripada sifat JamalNya Allah Ta’ala, bukan Sifat JalalNYa Allah Ta’ala. Ini karena sifat JalalNya Allah Ta’ala adalah sifat kebesaranNNya Allah Ta’ala yaitu sifat sombong dan takabur, ini hanya boleh dimiliki oleh Allah Ta’ala saja, tidak boleh ditiru oleh manusia atau mahluk lainnya. Seperti sifat memaksa, Al Kohar, sifat tinggi / mulia, Al Muttakabbir, ini sifat JalalNya Allah Ta’ala. Tetapi yang Allah perintahkan kepada kita adalah meniru, mewakili, daripada sifat-sifat JamalNya Allah Ta’ala, yaitu sifat Rahman dan RahimNya Allah Ta’ala. Seperti sifat pengasih dan penyayangNya Allah Ta’ala, lemah lembut, pemaaf, penolong, penjaga, pemberi, sifat ini yang harus kita tiru. Maksud dijadikannya kita sebagai khalifah adalah agar kita bisa mewakili sifat-sifat Allah ini dimuka bumi. Allah itu pemberi, maka sebagai wakil Allah kitapun harus mempunyai sifat pemberi juga. Allah itu penyayang, maka kita juga harus mempunyai sifat penyayang. Allah itu penjaga maka kitapun juga harus mempunyai sifat menjaga bukannya merusak. Allah itu mempunyai sifat penolong maka kitapun juga harus suka menolong yang lainnya. Allah itu pemaaf, maka kitapun juga harus bisa menjadi pemaaf. Allah itu mempunyai sifat menutupi kesalahan orang, maka kitapun juga harus bisa menutupi kesalahan orang. Sifat-sifat inilah yang dikehendaki oleh Allah, yang harus dimiliki oleh manusia. Namun ini akan terjadi kalau ada yang melanjutkan usaha kenabian atas manusia.
Setelah Nabi SAW buat kerja secara terus menerus, menjalankan usaha kenabian ini, maka nampaklah perubahan dalam diri manusia. Sehingga manusia-manusia yang jahil tadi berubah, dari yang tadinya mempunyai sifat membinasakan orang lain menjadi mempunyai sifat suka menyelamatkan orang lain. Sahabat-sahabat Itu, mereka mempunyai sifat yang tinggi, mereka rela menyusahkan dirinya untuk kepentingan daripada menyelamatkan dan menyenangkan orang lain. Banyak diceritakan dan ditulis dalam kitab-kitab Agama kisah-kisah tentang perbuatan dan akhlaq sahabat yang mulia. Bahkan Allah telah memuji sifat-sifat mereka di dalam Al Qur’an. Keadaan ini dapat terjadi setelah Nabi SAW berjuang atas perbaikan dalam diri mereka. Menurut ulama, dengan sifat ibadah ini adalah menarik apa yang kita inginkan daripada Khazanah Allah. Menarik apa yang ingini daripada Khazanah Allah itu adalah yang namanya ibadah. Melalui sholat, puasa, doa, mohon kepada Allah apa yang kita inginkan daripada khazanah Allah itulah yang dinamakan ibadah. Adapun dengan akhlaq, yaitu dengan sifat kekhalifahan, kita memberi kepada yang lain. Jadi menurut ulama :
1. Meminta kepada Allah itu :
Namanya Ibadah ( Mewakili Sifat Malaikat ) : Sholat, Puasa, Do’a
2. Memberi kepada mahluk :
Namanya Akhlaq ( Mewakili Sifat Kekhalifahan ) : Sedekah, Khidmat, Maaf
Jadi diciptakannya manusia ini untuk Ibadah yaitu mengabdi dan taat hanya kepada Allah. Dan diciptakan manusia juga untuk Kekhalifahan yaitu untuk akhlaq atau mewakili sifat-sifat JamalNya Allah. Allah itu senang kalau kita minta dan terus kita memohon kepadaNya. Sedangkan mahluk itu akan senang kalau kita beri, kalau kita bantu, kalau kita tolong, kalau kita maafkan, kalau kita sayangi. Kalau kita sudah memiliki sifat itu maka kita akan disenangi oleh Allah dan disenangi oleh mahluk lain.
Note Penulis :
1. Asbab Kemuliaan adalah Meminta pada Allah dan Memberi pada Manusia
2. Asbab Kehinaan adalah Lari dari Allah dan Meminta pada Manusia
Asbab kemuliaan itu adalah jika Allah memberi kita kekuatan untuk berdo’a dan selalu dalam keadaan bergantung dan meminta kepada Allah. Sedangkan asbab kehancuran adalah jika Allah telah cabut dari kita keinginan dan kekuatan untuk berdo’a kepada Allah. Ini karena do’a adalah senjatanya orang beriman, jika senjata kita telah Allah ambil bagaimana kita bisa selamat dari dunia ini. Jika kita suka memberi kepada manusia maka manusia akan cinta kepada kita. Jika kita suka meminta kepada manusia maka mereka akan membeci kita. Meminta kepada manusia atau kepada mahluk adalah asbab kehinaan. Meminta kepada manusia akan mendatangkan kekecewaan, sedangkan meminta kepada Allah akan mendatangkan harapan dan dijamin tidak akan mengecewakan. Allah tidak pernah mengecewakan mahluknya, tetapi kitalah yang selalu mengecewakan Allah.
Tetapi kata ulama bahwa tidak mungkin manusia ini mempunyai sifat akhlaq yang sebetulnya, sebelum dia bisa menarik apa yang ada dari khazanah Allah Ta’ala. Jadi kalau ibadahanya belum betul dengan kata lain tidak bisa menarik daripada apa yang ada dalam khazanah Allah Ta’ala, maka tidak mungkin dia bisa memiliki daripada akhlaq yang hakiki. Kalau kita lihat sekarang, ada juga akhlaq, tetapi bukan seperti akhlaq para nabi dan sahabat. Dalam usaha bisnis ada juga akhlaq, seperti ketika kita naik kapal terbang, pramugari melayani kita, memberi makan, memberi minum, nanya kepada kita,” Mau perlu apa lagi ?” inilah kebailkan dan akhlaq yang ditunjukkan pramugari. Tetapi kata Maulana Umar Rah.A, begitu penumpang turun dari pesawat, kita yang tadi dilayani, begitu melihat kita tidak akan dipedulikan oleh si prmugari. Hanya ketika bertugas saja, walaupun tidak diminta dia akan melayani kita. Begitu juga perusahaan jasa atau perdagangan, ketika sedang kedatangan tamunya untuk membeli barang perusahaan tersebut. Maka semua pegawainya akan melayani dan berusaha menyenangkan tamu tersebut. Di Iqrom oleh perusahaan tersebut, diberi hadiah, diundang makan, disediakan kendaraan, tetapi ini hanya karena ada maksud yaitu ingin mengambil keuntungan daripada tamu perusahaan tersebut. Ini bukanlah akhlaq, tetapi yang namanya akhlaq itu adalah berusaha berbuat kebaikan kepada orang lain hanya demi mendapatkan RidhoNya Allah Ta’ala. Kata para ulama Iqrom yang sebenarnya adalah kita berbuat baik kepada orang lain bukan untuk dengan tujuan untuk menyenangkan orang itu, tetapi tujuannya tetap untuk menyenangkan Allah Ta’ala. Niat hanya untuk mencari Ridho Allah, mencari daripada kesenangan Allah Ta’ala, inilah orang yang mempunyai sifat Khilafah, sifat Akhlaq.
Namun untuk bisa meningkatkan derajat disisi Allah menjadi lebih tinggi lagi diperlukan ketahanan dan kesabaran, karena akan datang banyak cobaan-cobaan daripada Allah Ta’ala. Maksud daripada ujian ini adalah bukannya untuk menyusahkan kita tetapi untuk menaikkan derajat kita. Sebagaimana dikantor kalau ingin menaikkan jabatan seseorang diberikan ujian tujuannya bukan untuk menyusahkan tetapi untuk menaikkan derajat atau pangkat dia. Diberikan ujian kepadanya, kalau dia lulus baru dinaikkan derajatnya atau statusnya. Jadi tujuan daripada ujian tersebut bukan maksudnya untuk menyusahkan. Begitu juga jika datang kepada kita kesusahan-kesusahan dan kesulitan-kesulitan, maksud Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi Allah ingin mengangkat atau menaikkan derajat atau maqom kita. Kepada orang-orang yang menjalankan usaha agama ini akan datang berbagai macam ujian dan berbagai macam kesusahan kepada kita. Tetapi maksud utamanya adalah bukan untuk menyusahkan kita, melainkan untuk menaikkan derajat kita. Dengan kesusahan dan kesulitan, Allah inginkan kita menjadi orang yang sabar dan tahammul, bukan orang yang mudah putus asa.
Note dari penulis :
Dengan kesulitan dan kesusahan, seseorang dapat menjadi manusia yang lebih baik asal dia punya kesabaran. Namun jika dia menyerah, berputus asa dari rahmat Allah, ketika diberi ujian atau cobaan maka dia akan kehilangan segalanya. Ini disebabkan ketika dia menyerah maka berhentilah apa yang diusahakannya, tidak ada usaha, yang ada hanya kemunduran atau kehancuran. Seperti seorang ilmuwan yang sedang berusaha menemukan alat atau mesin. Ketika dia gagal dan putus asa, maka seluruh usaha yang dia curahkan selama ini akan sia-sia saja dan mesin itu akan hancur jika tidak diusahakan. Namun jika dia sabar dan tahan uji, maka dia akan berfikir terus untuk memperbaiki keadaan, memperbaiki kesalahannya, dan terus berusaha atas penemuan mesinnya itu, hingga sukses. Inilah yang namanya peningkatan kualitas, yaitu ketika seseorang belajar dari pengalaman untuk menjadi yang lebih baik. Dengan kesusahan dan kesulitan, manusia ini akan berfikir dan akan meningkatkan kemampuannya menjadi manusia yang lebih baik agar dia tidak melakukan kesalahan yang sama. Tetapi jika manusia ini senang melulu dia akan lalai, lengah, tidak waspada, dan tidak akan mampu untuk berpikir karena tidak pernah susah. Jadi kesulitan dan kesusahan ini dengan kesabaran dapat meningkatkan qualitas dan mutu daripada manusia itu sendiri. Kesabaran menghadapi kesulitan dan kesusahan karena agama Allah inilah yang dinamakan Pengalaman Iman. Inilah maksudnya yang dikatakan dalam suatu riwayat bahwa Allah menyukai orang beriman yang kuat bukan yang lemah. Dia kuat dalam arti sabar dan tahan uji, bukan orang beriman yang lemah dan mudah putus asa dari rahmat Allah.
Sabar ini adalah salah satu daripada sifat Allah, As Shabur. Jadi Allahpun menghendaki kita agar mempunyai sifat sabar, sehingga datanglah kepada kita bermacam-macam ujian. Allah ingin melihat kalau kita tetap istiqomah dalam taat kepada Allah. Jika orang itu mampu istiqomah taat kepada Allah dalam keadaan apapun baru orang itu dapat dikatakan sabar. Yang dikatakan sabar itu bukanlah orang yang tenang tidak dalam keadaan tidak ada apa-apa, maksudnya tidak ada kesulitan dan ujian atas nafsu. Seorang suami berkelakar, “Istri saya ini sabar sekali, kalau bulan muda, tetapi kalau sudah bulan tua sudah tidak sabar lagi. “ Istri ini kalau bulan muda masih ada gaji atau uang yang cukup untuk keperluan dan kebutuhan, dia bisa tenang saja menunggu, tetapi ini bukanlah yang namanya sabar. Sabar itu bila ada kesusahan tidak berubah taatnya kepada Allah, tidak berubah daripada sifatnya, tetap mampu menjaga daripada sifat-sifat yang baik.
Note dari penulis :
Ulama dari generasi Tabi’in, Hasan Basri Rah.A, berkata bahwa tidak ada kemuliaan yang lebih besar yang Allah berikan kepada seseorang, melebihi sifat sabar. Namun pertanyaannya bagaimana mendapatkan sifat sabar ini ? Sifat-sifat tinggi atau yang mulia ini akan datang melalui keadaan yang bertentangan dengan nafsu atau dalam keadaan yang mujahaddah. Bagaimana kita mengetahui diri kita Sabar sebelum kita bertemu dengan orang pemarah ? Bagaimana kita bisa dapat sifat Tawakkal kepada Allah sebelum kita mendapatkan keadaan dimana kita tidak bisa lari kepada siapapun selain kepada Allah ? Begitu juga sifat-sifat mulia yang lain ini akan datang atau wujud dalam diri kita melalui cobaan-cobaan dalam keadaan-keadaan yang bertentangan dengan nafsu kita atau mujahaddah atas nafsu.
Jadi datangnya kesusahan-kesusahan kepada kita bukanlah maksudnya untuk menyusahkan kita, tetapi untuk menaikkan derajat kita supaya sifat kita menjadi sifat khalifah dan tetap menjaga ketaatan kepada Allah Ta’ala. Kadang-kadang Allah datangkan keadaan kepada kita dimana ada orang datang menyalahkan, menuduh, dan memarahi kita, padahal kita tidak berbuat salah, bahkan telah berbuat kebaikan kepada orang yang marah tersebut. Inipun jangan lantas kita salahkan orang itu, tetapi yang harus kita ingat adalah apa maksud Allah dibalik keadaan yang telah Allah berikan ini kepada saya. Apa maksud Allah merubah sikap orang itu berbuat buruk kepada kita ? inilah yang justru harus kita fikirkan, karena kita harus cari tahu apa kehendak-kehendak Allah atas diri kita saat itu. Kata ulama kalau ada orang berbuat salah kepada kita, maksud Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi ingin datangkan kepada kita sifat Pemaaf. Ini karena sifat pemaaf ini adalah datang daripada sifatNya Allah. Ini sifat tidak akan datang kepada kita jika tidak ada orang berbuat salah kepada kita. Kalau orang selalu berbuat baik kepada kita, tidak pernah berbuat salah kepada kita, maka tidak akan datang atau tidak akan ada sifat pemaaf pada kita. Sifat Pemaaf ini adalah salah satu sifat yang disukai Allah Ta’ala. Demikianlah juga para Nabi, walaupun mereka-mereka ini adalah orang-orang yang tidak berbuat salah, tetapi kaumnya berbuat berbagai macam keburukan dan kedzoliman kepada para Nabi mereka. Namun para Nabi ini memiliki sifat pemaaf, memaafkan daripada kesalahan kaumnya, bukan meminta dihancurkan. Bahkan para Nabi ini memohon kepada Allah agar sikap-sikap mereka itu dimaafkan, walaupun mereka telah dizolimi oleh kaumnya. Begitu juga kalau kita jalankan usaha dakwah ini, usaha kenabian ini, orang-orang akan salah sangka. Disangkanya oleh mereka bahwa usaha kenabian ini atau usaha dakwah ini, dan orang-orang yang terlibat dalam kerja nabi ini akan membawa mereka kepada kehinaan dan kehancuran. Macam-macam sangkaan yang akan kita hadapi, tetapi kita harus sabar, bahkan kita harus maafkan kesalahan-kesalahan mereka terhadap kita. Sebetulnya kata para ulama kita harus berterima kasih kepada orang yang menyusahkan kita, kepada orang yang berbuat salah kepada kita, kepada orang yang bermasalah dengan kita, sebab mereka itu akan menaikkan derajat kita.
Seorang Arab bertanya kepada Ulama yang memberikan ceramah di mekkah, buat apa mereka itu dijadikan orang-orang yang menentang kepada agama seperti Firaun, Qorun, Hamman, Namrud, dan lain-lain. Kata dia lebih baik orang yang macam itu tidak usah diciptakan oleh Allah, suapaya para Nabi ini lancar, dan usaha agama ini lancar. Buat apa diciptakan orang macam mereka itu. Lalu ulama ini menjawab dengan bijak, “Wahai saudara, adakah saudara mengetahui telur ayam ?” lalu jawab si arab tersebut, “Ya, saya mengetahui telur ayam.” Lalu si ulama ini bertanya lagi, “Kalau telur ayam itu dipecah terdiri daripada apa ?” si Ulama melanjutkan bahwa telur ayam itu terdiri daripada kulit telur, putih telur, dan kuning telur. Kalau telur ayam itu menetas yang menjadi anak ayam itu adalah dari kuning telur dan putih telur. Kulit telor tidak akan menjadi anak ayam. Kalau telor tadi dimakan, digoreng maksudnya, itupun yang dimakan oleh manusia itu hanya kuning telur dan putih telur, tetapi kulit telor ini tidak dimakan. Jadi Kulit telor ini tidak bisa jadi anak ayam dan tidak bisa pula untuk dimakan. Kalau kita bertanya kepada Allah buat apa kulit telur itu diciptakan, tidak bisa dimakan dan tidak pula bisa jadi anak ayam. Tentu jawabannya telor tidak akan jadi anak ayam kalau tidak ada kulitnya. Dan telor tidak akan bisa dimakan kalau keluar daripada pantat ayam tanpa kulitnya, tidak ada yang mau memakannya. Ini karena isi telor tadi keluar tanpa kulit telur, sehingga menjadi najis. Jadi putih telur dan kuning telur ini akan bermanfaat jika ada kulit telur. Begitu pula orang-orang yang berbuat salah kepada kita, yang menguji, atau para penentang agama, ini seperti kulit telur atas telor. Untuk menetaskan orang menjadi penyabar, menjadi pemaaf, menjadi beriman, adalah karena adanya orang-orang yang menentang kepada usaha agama ini. Jadi sebetulnya yang menaikkan derajat Nabi Musa AS, sampai kepada derajat Nabi yang Ulul Azmi ( 5 Nabi yang paling Mulia ), ini dikarenakan adanya tantangan daripada Firaun. Naiknya derajat Rasullullah SAW sampai kepada derajat Ulul Azmi dan derajat Sayyidul Anbiya karena penentangan daripada Abu Jahal, Abu Lahab, dan lain-lain.
Orang yang tahu akan hakekat Sabar dalam Mujahaddah ini, diceritakan dalam sebuah kitab, seorang syekh dipukuli sampai babak belur oleh seorang muridnya, padahal dia tidak bersalah. Tetapi Si syekh itu malah berdo’a, “Ya Allah ampuni muridku itu dan masukkan dia kedalam surgaMu.” Orangpun heran mengapa si syekh ini masih mau mendo’akan kebaikan untuk orang macam itu. Lalu si Syekh ini berkata bahwa dialah yang telah menaikkan derajatku menjadi sabar, supaya menjadi pemaaf, makanya aku berterima kasih kepada dia dengan mendo’akannya. Orang-orang yang faham akan hal ini, ketika mendapatkan kesulitan dalam menjalankan usaha agama ini, merupakan suatu anugrah, karunia, suatu nikmat yang besar dari Allah Ta’ala. Namun kita tidak boleh meminta didatangkan kesusahan karena setiap orang pasti diuji oleh Allah dengan kesusahan dan kesulitan. Nanti Allahlah yang menentukan waktu dan kadar daripada cobaan tersebut.
Setelah sekian lama Nabi SAW membuat usaha yang terus menerus atas diri sahabat agar mereka dapat meningkat lagi derajat disisi Allah. Nabi SAW membuat kerja atas sahabat-sahabat, sehingga sahabat ini derajatnya naik dari memiliki sifat khilafah menjadi memiliki sifat seperti para Nabi dan Rasul AS . Para Sahabat ini bukan Nabi dan Rasul, tetapi hanya manusia biasa seperti kita, namun sifat-sifat yang mereka miliki menyerupai sifat-sifat para Nabi dan Rasul. Para Sahabat mampu mewarisi sifat-sifat para Nabi dan Rasul karena mereka diperjuangkan oleh Nabi SAW agar bisa sampai kepada sifat-sifat kenabian. Apa itu sifat para Nabi ? sifat para Nabi itu adalah Rasa Tanggung Jawab terhadap Agama Allah dan Manusia seluruh alam. Sifat inilah yang dinamakan Usaha Agama, yaitu bagaimana agama dapat tersebar keseluruh alam, dan bagaimana manusia supaya bisa mengamalkan agama. Sahabat mempunyai keyakinan para Nabi yaitu meyakini bahwa manusia ini akan bahagia dunia dan akherat hanya dengan jalan taat kepada Allah Ta’ala. Maka untuk dapat mengajak manusia kepada keselamatan, kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat, diajaklah mereka oleh sahabat untuk taat kepada Allah Ta’ala.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an Mahfum :
“Wahai manusia ucapkanlah La Illaha Illallah agar kamu mendapatkan kejayaan (kebahagiaan dan kesuksesan).”
Ayat ini meminta manusia untuk taat kepada Allah agar hidupnya bisa sukses, bisa jaya, dan bisa bahagia dunia dan akherat. Sahabat-sahabat RA mempunyai keyakinan seperti yakinnya Nabi SAW, bahwa manusia ini akan bahagia apabila mereka mau taat kepada Allah Ta’ala. Sehingga para sahabat ini siang dan malam membuat usaha agama atas manusia, mengajak mereka, agar mereka mau taat kepada Allah Ta’ala. Para sahabat ini mewarisi sifat kasihannya Nabi SAW, sehingga mereka sedih kalau melihat orang-orang yang tidak mau taat kepada Allah Ta’ala. Maka mereka bekerja atas manusia disiang hari, menyeru mereka untuk taat kepada Allah, dan dimalam hari mereka berdo’a kepada Allah untuk memberikan hidayah kepada setiap manusia. Begitulah sifat-sifat sahabat walaupun dia manusia biasa tetapi karena diperjuangkan oleh Nabi SAW, sahabat mampu memiliki sifat-sifat mulia para Nabi. Begitu juga kita juga mampu mendapatkan apa yang didapatkan oleh para sahabat jika kita mau buat usaha. Supaya kita ini memiliki sifat nubuwah, sifat kenabian, kita harus ikuti jejak pengorbanan sahabat dan cara yang diajarkan oleh Nabi SAW. Dengan mengikuti jejak sahabat dan ikuti cara Nabi SAW, kitapun mampu :
1. Memiliki Sifat Malaikat : Taat kepada Allah Ta’ala
2. Memiliki Sifat Khilafah : Mewakili Sifat Kholiq yaitu dengan Akhlaq
3. Memiliki Sifat Kenabian : Tanggung Jawab atas Ummat dan Agama
Kita bukan Malaikat, tetapi kita mampu mewarisi daripada sifat Malaikat. Kitapun bukan Rabb, bukan Kholiq, tetapi mampu mewarisi daripada sifat-sifat Kholiq yaitu dengan Akhlaq. Dan kitapun bukan dari kalangan Anbiya AS, tetapi kitapun mampu mewarisi sifat-sifat kenabian. Kita dituntut untuk memiliki sifat-sifat ini dalam kehidupan kita. Atas inilah Allah juluki ummat ini sebagai Ummat terbaik ( Choiru Ummat ).
Allah berfirman mahfum :
“Kamu adalah ummat terbaik yang dikeluarkan di tengah-tengah manusia untuk mengajak manusia berbuat baik dan mencegah mereka dari berbuat Mungkar”
Allah ciptakan kita, hidupkan kita, kirimkan kita ditengah-tengah manusia dengan 3 maksud yaitu agar kita memiliki daripada sifat-sifat : Malaikat, Khalifah, dan Nubuwah. Ketiga maksud ini didukung oleh hadits-hadits Rasullullah SAW. Suatu ketika Rasullullah SAW ditanya oleh seorang sahabat, “Ya Rasullullah, amal apa yang paling afdhal (paling baik) ?” Jawab Nabi SAW, “Amal yang paling baik adalah sholat tepat pada waktunya.” Ini adalah ibadah. Lalu sahabat bertanya lagi, “Lalu amal apa lagi ?” Nabi SAW menjawab, “Berbuat baik pada orang tua.” Ini adalah Akhlaq. Sahabat menjawab lagi, “Lalu amal apalagi ?” Nabi SAW menjawab, “Jihad Fissabillillah,” yaitu berjuang untuk agama Allah, ini adalah Dakwah Khuruj Fissabillillah. Jadi diciptakan kita ini untuk 3 maksud yaitu :
1. Ibadah : Sholat tepat pada waktunya
2. Akhlaq : Berbakti kepada kedua orang tua
3. Jihad Fisabillillah : Dakhwah Khuruj Fissabillillah
Demikian juga ketika Rasullullah SAW menjelang akhir wafatnya, Nabi SAW berucap yang hampir tidak terdengar karena kecilnya suara beliau SAW. Apa wasiat terakhir Nabi SAW ini yang hampir tidak terdengar :
1. Asholah (3x) artinya Jaga sholat 3x diulangi : Ibadah
2. Berbuat baiklah kepada Hamba Sahaya : Akhlaq
3. Segera berangkatkan rombongan Usamah RA : Jihad Fissabillillah
Jadi karena 3 maksud inilah kita dihantarkan yaitu : Ibadah, Akhlaq, dan untuk memperjuangkan agama Allah Ta’ala. Jadi kita musti memahami sebagai umat yang terbaik, kita harus mempunyai bisa menjalani 3 wasiat Nabi SAW ini. Kalau ketiga hal ini ada dalam diri kita, maka segala urusan, kepentingan, keperluan, kesulitan, dan kebutuhan kita ini akan Allah mudahkan bagi kita mendapatkannya. Segala keperluan, kebutuhan, hajat, dan lain-lain akan Allah penuhi dengan mudah. Do’a kita akan Allah kabulkan. Dan kalau ada musuh yang akan mencelakakan kita, maka Allah akan lindungi kita, Allah akan bantu, dan Allah akan tolong kita. Ini semua akan datang kepada kita, bahkan kita akan dimuliakan oleh Allah, dan dinaikkan derajatnya. Ini semua sudah terbukti dan terjadi kepada sahabat-sahabat RA.. Para sahabat RA telah mencapai kemuliaan dan ketinggian derajat dalam kehidupan manusia. Apabila para sahabat RA ini berhadapan dengan musuh-musuh Islam, selalu mendapatkan kemenangan karena telah ditolong oleh Allah SWT.
Di dalam sebuah bayan di Markas Dakwah Malaysia, si Mubayin ini bilang :
“Kalau umat islam ini berhadapan dengan syetan atau dengan kekufuran daripada orang-orang kafir, hanya dengan kekuatan seperti mereka ( tawajjuh pada teknologi atau asbab-asbab seperti yang dimiliki orang kafir ), umat islam tidak akan pernah menang dan selalu kalah. Contoh : Nabi Adam itu Islam dan Siti Hawa juga Islam, tetapi ketika berhadapan dengan iblis atau syetan, mereka kalah, sehingga di keluarkan dari syurga dikirim ke dunia ini. Nabi Ibrahim AS, berlawanan dengan Namrud, dia dilemparkan kedalam api, juga tidak mampu berbuat apa-apa. Selalu hanya mengandalkan dengan kekuatan-kekuatan seperti mereka akan datang kekalahan. Menangnya umat islam, orang-orang beriman ini, hanya dengan pertolongan daripada Allah Ta’ala.”
Usaha yang benar atas kita untuk dapat mencapai kemuliaan dan kemenangan adalah usaha bagaimana supaya datangnya pertolongan Allah kepada kita. Jangan sampai kita mempunyai fikir seperti orang kafir kalau mereka punya ini dan kita juga memiliki, maka kita akan jaya. Ini pemikiran dan keyakinan yang keliru. Kalau caranya seperti itu, tidak pernah ada sejarahnya umat islam mencapai kemenangan dengan cara dan asbab-asbab yang dimiliki orang kafir, tetapi umat islam ini menang hanya dengan pertolongan Allah. Jadi usaha kita ini adalah usaha bagaiama pertolongan Allah datang kepada kita. Kalau kita sudah memiliki ke 3 sifat tadi barulah pertolongan Allah akan datang kepada kita. Bahkan kalau kita memiliki kesempurnaan ketiga sifat tadi maka Allah akan memberikan kekuatan kepada kita yang tidak Allah berikan kepada mahluk lainnya yaitu kekuatan “Kun Faya Kun”. Allah akan datangkan kekuatan seperti ini kepada kita.
Hinanya umat islam di hari ini karena mereka telah tinggalkan ke 3 maksud hidup tadi yaitu untuk : Ibadah, Akhlaq, Jihad Fissabillillah. Mereka tidak mempedulikan masalah Ibadah, masalah akhlaq, dan masalah memperjuangkan agama. Mereka ikut berjuang seperti orang kafir. Dan kesibukan mereka terlihat jelas sama dengan seperti kesibukan orang kafir. Orang kafir sibuk mengurusi teknologi, orang islampun sibuk mengurusi teknologi. Orang kafir sibuk dengan perdagangan, kitapun sibuk dengan perdagangan. Orang kafir sibuk dengan pembangunan, kitapun sibuk dengan pembangunan. Kesibukan umat islam hari ini sama dengan kesibukan orang kafir. Sementara Ibadah tidak diurus oleh umat islam, akhlaq juga tidak diurus, agama Allah juga tidak ada yang mempedulikan. Inilah yang menyebabkan umat islam menjadi hina dimana-mana. Selama umat islam tidak mengambil kerja atas 3 perkara ini, maka tidak akan ada kemuliaan bagi umat islam. Hanya dengan jalan kembali pada kerja ini maka kejayaan dan kemuliaan umat islam akan wujud seperti di jaman Nabi SAW dan para Sahabat. Inilah seharusnya yang menjadi fikir kita :
1. Bagaimana Manusia mau memperbaiki ibadah kepada Allah ?
2. Bagaimana Manusia mau memperbaiki akhlaq ?
3. Bagaimana Manusia mau memperjuangkan agama Allah ?
Kalau ini bisa kita kembalikan kepada ummat, baru kehidupan kita akan dibetulkan oleh Allah SWT. Tetapi orang-orang yang tidak mendapat hidayah, tidak melihat kepentingan daripada amal ini, seperti seolah-olah tidak ada manfaatnya. Ini karena mereka itu hatinya gelap, jauh daripada Nur Hidayah Allah SWT. Seolah-olah dengan meninggalkan ibadah ini tidak akan mendatangkan musibah. Padahal musibah-musibah yang terjadi dan yang berkepanjangan ini disebabkan karena manusia telah meninggalkan ibadah kepada Allah SWT. Bagaimana umat islam akan dimuliakan, sementara sebagian besar dari umat islam ini telah meninggalkan sholat, tidak taat kepada Allah Ta’ala. Tidak bisa kita menyelesaikan masalah hanya dengan bantuan daripada materi saja. Seperti negara yang dilanda masalah dan berbagai macam krisis, coba-coba menyelesaikan masalah yang ada dengan mengutang kesana kemari. Problem yang diselesaikan dengan cara ini tidak akan habis. Mungkin bukan saja masalah tidak akan selesai, tetapi akan menambah masalah. Walaupun di nagara tersebut di hujani dengan emas, umat islam ini tidak akan selesai masalah yang mereka hadapi. Ini selama umat islam ini tidak memperbaiki daripada amalnya. Hanya dengan usaha kenabian umat islam akan terangkat derajatnya, akan ditolong dan diselamatkan oleh Allah Ta’ala. Jadi usaha nubuwah ini bukanlah usaha yang kecil. Inilah kita sebabnya diminta supaya mau berkorban untuk usaha nubuwah ini. Kalau kita mau korban terjun dan terlibat dalam usaha ini, maka yang pertama-tama Allah akan perbaiki adalah diri kita sendiri. Sedangkan janji Allah ini adalah pasti.
Kata ulama dalam Al Qur’an Allah berfirman mahfum :
“Barangsiapa yang berjuang di jalan kami pasti kami tunjukkan jalan kami…”
Kata ulama “Pasti” disini dalam sastra arab, maknanya yang terkandung dalam ayat tersebut mempunyai kekuatan janji Allah sebanyak 12 kali yaitu pasti ( 12 kali ) akan diberikan Allah hidayah. Tetapi kalau hanya dengan ibadah saja ini tidak pasti. Dengan sholat, dengan puasa, dan amal yang lain, ada janji Allah tetapi tidak pasti.
Misalnya ayat puasa :
“Wahai orang-orang beriman telah difardhukan kepada kamu berpuasa sebagaimana diturunkan kepada umat-umat terdahulu, agar kamu mudah-mudahan menjadi orang yang bertakwa.”
Disini diakhiri dengan kata mudah-mudahan : “La allakum”. Semua ayat tentang sholat, puasa, melayani orang haji, atau yang naik haji, ini semua kepastiannya adalah mudah-mudahan tingkatannya atau “La allakum”. Tetapi kalau kita terjun dalam usaha kenabian ini maka janji Allah kepada kita dalam usaha ini tingkat kepastiannya adalah pasti. Oleh karena itu perlu kita terjun dalam usaha ini, nanti Allah Ta’ala akan perbaiki segala keadaan. Nasib orang islam hanya akan berubah melalui asbab usaha kenabian ini. Maka kita harus kerjakan usaha ini dengan keyakinan, sebagaimana Maulana Saad, syuro dunia, berkata bahwa kerjakan usaha ini dengan bashiroh. Maksud dari kata Bashiroh ini adalah yaitu dengan penuh keyakinan. Keyakinan bahwa segala masalah dapat diselesaikan melalui usaha ini. Kita dalam hidup ini akan selalu menghadapi dan mempunyai masalah, bukan hanya yang gaji kecil itu bermasalah, tetapi yang gaji besarpun bermasalah. Kargozari di malaysia bahwa gaji orang Indonesia ini kecil-kecil menyebabkan masalah, ternyata di Malaysiapun yang gajinya besar-besar juga tidak luput dari masalah. Untuk bisa menyelesaikan masalah ini hanya dengan kerja dakwah, bukan dengan cara naik gaji atau kebendaan lainnya. Bahkan kadang-kadang gaji naik tetapi ternyata lebih tinggi lagi masalahnya. Jadi peningkatan kebendaan atau materi bukanlah jalan keluar, tetapi melalui usaha nubuwah ini, Allah janjikan pertolongan untuk kita menghadapi segala masalah. Para Masyaikh berkata bahwa melalui kerja ini Allah akan selesaikan daripada masalah-masalah yang ada. Lalu ada yang berkata, “ Itukan kata masyeikh, tetapi dalil qur’annya dari mana ?”
Dalilnya adalah dalam Al Qur’an Allah berfirman mahfum :
“Barangsiapa menolong agama Allah, maka Allah akan tolong dia….”
Kalau kita tidak ditolong oleh Allah, maka kita ini tidak akan bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada walaupun itu hanya masalah kecil tanpa bantuan dari Allah Ta’ala. Hanya dengan pertolongan Allah saja kita dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada, mendapatkan kemenangan, kejayaaan, dan kesuksesan dunia dan akherat. Jadi usaha kita ini yang harus kita fikirkan adalah bagaimana pertolongan Allah dapat datang kepada kita. Caranya adalah dengan menolong agama Allah. Maksudnya menolong disini bukannya Allah butuh pertolongan, tetapi kita yang menolong agama Allah.
Note dari penulis :
Maksud dari ayat tersebut menurut ulama bukannya Allah mencari atau membutuhkan pertolongan kita. Ini namanya kesalah fahaman. Allah ini Maha Kuasa dan kekuasaannya tanpa batas. Jika Allah sudah menjaga atau melindungi seseorang, siapa yang mampu mencelakakannya ? begitu pula jika Allah sudah berkehendak mencelakakan seseorang, siapa yang mampu untuk melindungi ? Apa yang Allah mau tinggal berkehendak saja maka terjadilah apa yang Allah kehendaki. Seluruh mahluk tidak akan dapat menolak atau menghalangi daripada apa yang Allah kehendaki walaupun mereka semua bersatu untuk melawan Allah. Seluruh mahluk ini bergantung pada Allah karena segala sesuatu ini bergerak karena ada iradah, keinginan, daripada Allah Ta’ala. Bagaimana kita mampu menolong Allah sedangkan kita tidak mampu menolong diri sendiri walaupun itu hanya untuk mengedipkan mata saja, inipun harus dengan pertolonngan dan izin dari Allah Ta’ala. Manusia tidak akan bisa mengangkat atau mengedipkan matanya tanpa pertolongan dari Allah. Jadi maksud ayat ini adalah Allah menawarkan kita untuk menolong agamanya, ini untuk memuliakan kita.
Hari ini kita tidak sadar, bahwa umat islam dari segi qualitas dan quantitas kebendaan jauh lebih baik daripada yang ada di kehidupan para sahabat. Dari segi makanan, pakaian, rumah, transportasi, semuanya umat islam kini jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh sahabat RA. Tetapi kenapa sahabat dimuliakan dan sementara kita dihinakan ? Pertolongan Allah turun bercurah-curah dijaman sahabat, sementara kita jauh dari pertolongan Allah. Ini karena yang rusak dari kehidupan kita adalah kondisi agama kita saat ini. Padahal agamanya sama, tetapi pengamalannya yang berbeda antara kita dan sahabat. Para sahabat dari kebendaaan : pakaian, makanan, rumah, dan transportasi tidak begitu bagus, bahkan terbelakang, tetapi agama sempurna dijalankan dalam kehidupan mereka. Inilah yang menyebabkan mereka mulia.
Note dari penulis :
Agama wujud 100% di rumah-rumah sahabat dan dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga Allah ridho pada mereka. Para sahabat diberi gelar Radhiollahu Anhum, yaitu orang-orang yang Allah ridhoi. Jalan inilah yang seharusnya menjadi panduan kita untuk hidup sukses di dunia dan akherat. Ini harus jadi target bagi kita sebelum kita mati bagaimana agama sempurna kita amalkan. Umar RA berkata kepada sahabat menjelang beliau wafat : “Aku, Abu Bakar, dan Rasullullah SAW ini ibarat seorang musafir. Musafir pertama dan yang kedua telah sampai pada tujuannya. Aku khawatir jika aku tidak mengikuti jalan mereka, maka aku tidak akan sampai di tempat yang sama dengan mereka.” Jadi jika kita ingin sampai di tempat dan tujuan yang sama dengan para sahabat maka tidak ada jalan lain selain mengikuti jalan yang mereka telah tempuh. Apa itu jalan Nabi SAW dan Sahabat RA yaitu jalan pengorbanan untuk agama mengajak manusia untuk taat kepada Allah SWT. Allah Ta’ala perintahkan mahfum di dalam Al Qur’an kepada Nabi SAW untuk menjelaskan jalan hidupnya yaitu dalam ayat 12 : 108 yang artinya : Katakanlah (Muhammad) : “Ini adalah jalanku yaitu mengajak manusia (untuk taat) kepada Allah dengan bashiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku…”
Hari ini umat sibuknya memperbaiki yang lain tetapi agama rusak dibiarkan. Parahnya kita tidak sadar bahwa agama sudah rusak ditinggalkan. Hari ini kalau rumah kita rusak, kita langsung sadar, buat inisiatif memperbaikinya. Begitu juga kalau mobil kita rusak, pakaian kita rusak, status kita rusak, dan kebendaan lainnya yang rusak kita sadar, tetapi agama rusak kita tidak sadar-sadar. Perasaan sudah cukup baik agama ini bagi kita. Inilah yang diperjuangkan umat saat ini yaitu bagaimana kebendaan, perdagangan, pertanian, teknologi, kesehatan, dan semua unsur keduniaan ini meningkat. Agama bagi mereka dianggap tidak apa-apa, baik-baik saja, cukup-cukup saja, tidak ada masalah. Padahal sudah jelas nampak kerusakannya, umat islam sebagian besar tidak sholat. Para sahabat RA, mereka memperjuangkan agama, sehingga agama secara sempurna wujud dalam diri mereka dan kehidupan mereka. Agama yang sempurna ini yang wujud dalam kehidupan sahabat terdiri dari 5 cabang yaitu Imaniat, Ibadat, Muamalat, Muasyarot, Akhlaq.
Note dari penulis :
1. Imaniat : Keyakinan yang sempurna dan Tauhid yang bersih
2. Ibadat : Sholat, Puasa, Zakat, Haji sempurna dijalankan
3. Muamalat : Adab atau Fiqih dagang, politik, dan pemerintahan
4. Muasyarot : Adab hubungan antar manusia co : guru-murid, keluarga, tetangga, atasan-karyawan
5. Akhlaq : Perwakilan sifat Jamil Allah yang mulia co : Penyayang, Pengasih, Pemaaf, Penyabar
Namun hari ini umat islam kebanyakan, hanya memahami agama dari ibadat saja. Begitu orang mau sadar dan mau tobat, belajar dulu, diajarin sholat. Disangkanya agama itu perkara sholat dan ibadat saja. Padahal kesempurnaan agama itu bukan hanya ibadat saja, ini hanya salah satu dari cabang agama atau hanya 1/5 (seperlima) daripada kesempurnaan agama. Agama itu menyangkut dengan Iman, Ibadat, Muamalat, Muasyarot, dan Akhlaq, baru agama itu sempurna. Tetapi hari ini seolah-olah agama itu hanya ibadat atau pengetahuan tentang ibadah saja, kecuali ulama. Dari sekian cabang agama yang paling penting adalah sholat. Kedudukan sholat dalam islam seperti kedudukan kepala pada badan. Ini karena sangking pentingnya dan tingginya kedudukan sholat dalam agama.
Note dari penulis :
Manusia tanpa tangan masih bisa dibilang manusia hanya saja ada cacatnya. Manusia tanpa mata, tanpa telinga, tanpa kaki, inipun begitu pula, masih bisa dibilang manusia tapi ada cacatnya. Namun kalau manusia tanpa kepala mau dibilang apa ? orang mati namanya. Manusia mati ini tidak ada gunanya dan tidak ada nilainya, begitulah orang yang meninggalkan sholat.
Dalam hadits dikatakan mahfum :
“Sholat itu adalah tiang agama. Barangsiapa yang menegakkan sholat berarti dia sudah menegakkan agamanya. Barangsiapa yang meninggalkan sholatnya berarti dia sudah merubuhkan agamanya.”
Walaupun sebagian besar umat islam tahu tentang kepentingan sholat sebagai ibadat yang paling penting, tetapi sebagian besar dari umat islam juga tidak sholat. Sudah tidak memahami agama walaupun hanya 1/5nya, tapi yang 1/5 nya juga acak-acakan pengamalannya, apalagi dengan yang lain dari Muamalatnya, Muasyarotnya, Akhlaqnya. Dulu dijaman para sahabat, orang islam dimata orang kafir itu adalah mulia dan tinggi. Ini karena kelima cabang agama ini ada dalam kehidupan sahabat. Hari ini umat islam dimata orang kafir menjadi hina, mengapa ? padahal :
1. Imaniat : Tidak dilihat orang kafir karena ini didalam hati manusia, tidak nampak.
2. Ibadat :
a. Sholat tidak dilihat karena merekapun sembahyang
b. Puasa juga tidak nampak karena bisa menahan lapar dan haus
c. Zakat juga tidak dilihat karena hanya dibagikan kepada orang-orang islam
d. Haji hanya ditanah haram khusus orang islam dan orang kafir tidak lihat.
Ini karena yang nampak mereka lihat adalah cabang Muamalatnya, Muasyarotnya, dan Akhlaqnya. Sedangkan hari ini ketiga cabang ini sudah hancur-hancuran dalam kehidupan umat islam, jauh dari yang telah dicontohkan olah Nabi SAW dan yang diamalkan oleh para sahabat RA. Muamalat, Muasyarot, dan Akhlaq umat islam sudah rusak, bahkan mereka bisa lebih jahat dari pada orang kafir. Ini karena tidak ada yang mengusahakan atas diri mereka, tidak ada dakwah. Ada kargozari, laporan kerja, rombongan jemaah ke belanda. Ketika itu dalam setiap program selalu ada kunjungan ke setiap penjara disana. Walaupun umat islam di penjara ini minoritas, tetapi di setiap penjara di belanda ini isinya 75% adalah orang islam. Ini karena telah buruknya muamalat, muasyarot, akhlaq dari pada orang islam. Di Bali yang mayoritas hindu dan minoritasnya umat islam, tetapi kalau kita datang ke penjara di bali sebagian besar penghuninya adalah orang islam. Itulah fakta keadaan umat islam hari ini asbab tidak ada yang mengusahakan atas diri mereka. Kita hari sibuk saja memikirkan keduniaan kita dan kebendaan kita daripada memikirkan keadaan umat islam. Sehingga umat islam saat ini telah mengalami degradasi kehidupan dibanding jaman sahabat RA menjadi hina dan rendah seperti hewan, bahkan ada yang lebih jahat daripada hewan. Atas perkara ini Allah himbau kita supaya mau korban ambil bagian dalam usaha kenabian ini.
Kalau kita mau mengambil usaha ini, maka pertama-tama yang Allah akan perbaiki adalah diri kita. Untuk kepentingan-kepentingan yang lain janganlah kita khawatir, nanti Allah akan berikan kemudahan-kemudahan kepada kita jika kita mau terjun dalam udaha nubuwah ini. Semua kebutuhan yang kita khawatiri dari makan-minum, pakaian, transportas, rumah, tidak akan menjadi persoalan bagi kita, karena ini adalah masalah kecil disisi Allah. Masalah pemberian rizki dari makan, minum, udara, sinar matahari, dan yang lain ini adalah hak Allah kepada kita. Justru yang harus kita tunaikan adalah hak kita kepada Allah : Ibadat, Akhlaq, dan memperjuangkan agama. Namun keadaannya hari ini sudah terbalik, hak Allah tidak kita tunaikan, tetapi berharap Hak kita ditunaikan Allah. Bukannya kita memikirkan atau mengurusi hak kita kepada Allah, tetapi sibuk mengurusi dan memikirkan yang sudah menjadi haknya dan kerjanya Allah Ta’ala. Yang dipikirkan hanya bagaimana rizki datang kepada saya ? inilah yang namanya terbalik. Seharusnya kita tunaikan hak kita kepada Allah, yaitu untuk 3 maksud penciptaan manusia : Ibadah, Akhlaq, Jihad. Jika ada ketiga ini dalam diri kita maka semua urusan kita akan Allah mudahkan. Sebagaimana telah banyak dikisahkan Allah dalam Al Qur’an untuk sebagai contoh kepada kita kisah-kisah tentang ummat terdahulu. Supaya kita belajar daripada kisah-kisah tersebut, bahwa masalah-masalah yang dihadapi manusia ini kecil bagi Allah.
Seperti kisah Nabi Musa AS dengan Bani Israil sewaktu mereka tersesat di lembah yang kering kerontang, tidak ada tempat atau bangunan untuk bernaung, tidak ada makanan untuk dimakan, tidak ada air untuk diminum. Mereka 40 tahun tersesat di lembah itu, tidak ada jalan keluar. Allah beri pertolongan kepada Nabi Musa dan Bani Isaril karena perjalanan mereka dalam rangka menolong agama Allah. Bagaimana Allah menolong mereka ? yaitu Allah perintahkan awan untuk menaungi mereka dari sengatan sinar matahari. Selama 40 tahun awan Allah kirim untuk menaungi Bani Israil, sehingga mereka terselamat dari sengatan Matahari. Walaupun mereka tidak punya rumah, tidak punya tempat bernaung, tetapi karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah, maka Allah selesaikan masalah mereka. Lalu bagaimana dengan makanan, di Al Qur’an diceritakan bagaimana Allah menyelesaikan masalah ini, yaitu Allah turunkan daripada langit makanan dari surga, Manna dan Salwa. Bani Israil di supply Allah selama 40 tahun makanan turun dari langit, tanpa kerja, tidak ada pabrik, tidak ada pertanian, tidak ada apa-apa. Makanan di supply oleh Allah dari langit selama 40 tahun, bukan 1 atau 2 hari tetapi 40 tahun, untuk bani israil tanpa mereka harus mengerjakan apa-apa, karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah Ta’ala. Lalu bagaimana Allah menyelesaikan masalah krisis air, kekurangan air minum, yaitu dengan memerintahkan Musa AS untuk memukulkan tongkatnya kepada batu yang kering. Sehingga dari batu yang kering ini terpancarlah 12 mata air keluar dari batu tersebut selama 40 tahun tidak berhenti mengeluarkan air. Selama 40 tahun Bani Israil tidak pernah kekurangan air. Lalu datanglah krisis pakaian, kekurangan pakaian dan tidak adanya bahan untuk membuat kain. Ini karena pakaian hanya layak pakai untuk beberapa tahun saja setelah itu rusak. Bagaimana Allah selesaikan masalah ini yaitu Allah buat baju yang mereka kenakan awet, tidak rusak-rusak selama 40 tahun. Lalu bagaimana dengan bayi-bayi yang baru lahir, disini Allah buat semua bayi yang lahir dari perut seorang ibu Bani Israil sudah terlahir dengan mengenakan pakaian ketika keluar dari perut ibunya. Lalu bagaimana ketika bayi itu beranjak besar, maka dengan kuasa Allah seiring dengan pertumbuhan badan bayi maka bajupun membesar mengikuti pertumbuhan bayi tadi. Semua kebutuhan pokok mereka selama 40 tahun terpenuhi sehingga mereka hidup dalam keteduhan, makanan yang cukup, air yang tidak pernah kering, dan baju yang awet. Kata ulama ini semua sengaja Allah ceritakan kepada kita untuk diambil sebagai pelajaran, agar kita jangan takut dengan masalah-masalah kecil seperti ini. Allah akan selesaikan masalahnya, tidak ada asbabpun Allah mampu selesaikan masalah manusia. Allah mampu menyelesaikan masalah manusia tanpa asbab sebagaimana masalah Bani Israil dapat Allah selesaikan tanpa asbab. Di lembah kering tidak ada apa-apapun Allah mampu selesaikan masalah Bani Israil, tanpa asbab lagi, apalagi hanya masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
Note Penulis :
Tidak ada masalah yang besar disisi Allah, semua masalah kecil bagi Allah, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Semua masalah yang tidak mungkin bagi manusia, semuanya mungkin-mungkin aja bagi Allah. Semua masalah besar bagi manusia jika tidak ada pertolongan Allah. Namun jika ada pertolongan Allah maka semua masalah menjadi kecil jadinya. Semua masalah kecil tanpa bantuan dan pertolongan Allah bisa menjadi masalah besar bagi manusia.
Dari sebuah lembah yang kering kerontang Allah sanggup penuhi kebutuhan hamba-hambanya dari sandang (pakaian), pangan (makan-minum), dan papan (tempat bernaung) untuk mereka. Apalagi di negeri indonesia ini yang kononnya kaya raya akan sumber daya alamnya. Namun karena kita tinggalkan daripada usaha agama ini, maka di negeri yang subur makmurpun dan kaya akan sumber daya alamnya ini, kita justru susah di negeri ini. Inilah yang kita lihat daripada kenyataan. Ini karena keberkahan ditarik oleh Allah SWT, daripada negeri yang nampak makmur dan kaya ini, asbab kita tinggalkan daripada usaha agama ini. Jika kita mau kembali menghidupkan usaha agama ini, maka perkara-perkara lain akan diperbaiki oleh Allah Ta’ala. Semua urusan dari ekonomi, pertanian, cuaca, musibah-musibah, akan diperbaiki oleh Allah Ta’ala. Cukup dengan kerja ini maka Allah mampu selesaikan segala masalah kita. Namun bukan maksud masyeikh kita ini kita tidak usah kerja, tidak usah tani, bukan ini maksudnya. Tetapi maksudnya agar kita mau menyisihkan waktu untuk kerja agama ini. Masyeikh hanya menganjurkan sekurang-kurangnya seumur hidup 4 bulan saja, setiap tahun 40 hari, setiap bulan 3 hari, ini minimal atau minimum requirement. Namun untuk orang-orang lama dalam kerja ini diminta untuk meluangkan waktunya minimal 4 bulan setiap tahunnya. Bukan maksudnya untuk merusak daripada tatanan hidup kita, tetapi ini untuk mendatangkan keberkahan. Tertib untuk kerja dunia bahwa kita harus kerja minimal 8 jam tiap hari ini adalah sistem dan tertib yahudi dan nasrani. Orang beriman tidak bisa ikut dalam sistem tersebut. Allah berkuasa cukup dengan kerja 3 hari saja namun mencukupi untuk 1 bulan, bisa saja bagi Allah. Kita bekerja 1 bulan dalam satu tahun, berpuasa, lalu Allah penuhi sisanya, diberikan keberkahan, ini bisa saja dan mudah saja bagi Allah.
Jika kita mempunyai 3 unsur tadi dalam diri kita yaitu : Ibadah, Akhlaq, dan Berjuang untuk agama Allah, maka akan dimudahkan semuanya oleh Allah. Misalnya hanya dengan kerja 3 hari tetapi mencukupi untuk 1 tahun. Tetapi kalau kita ikuti daripada sistem atau tertib orang-orang yahudi dan nasrani ini, kalau tidak kerja tidak mapan, maka keadaan seperti itulah yang akan Allah berikan. Sehingga seseorang tanpa kerja dia akan kebingungan, hilang arah, rasa-rasa dunia mau kiamat. Ini karena pola pikir kita sudah mentok atau terblokir oleh pola pikir orang yahudi dan nasrani. Tidak kerja jadinya susah makan, maka keadaannya jika tidak kerja akan Allah buat seperti itu pula. Ini karena keyakinannya seperti itu yaitu tidak kerja sama dengan tidak makan. Tetapi kalau yakin kita betul kepada Allah dalam setiap ibadah dan dengan taat kepada Allah maka akan Allah mudahkan semuanya untuk kita.
Note penulis :
Dalam sebuah mahfum hadits dikatakan bahwa Allah ini tergantung pada prasangkaan hambanya kepadaNya. Jadi apa yang kita sangka terhadap Allah, itu yang akan terjadi. Jika kita sangkaannya kepada Allah seperti bila tidak ada kerja maka tidak ada makan, maka keadaan seperti itulah yang akan terjadi. Jika kita yakin tanpa kerja Allah mampu memberi kita makan, maka walaupun kita tidak ada kerja, kita bisa tenang-tenang saja. Ini karena kita yakin bahwa Allah telah jamin rezki kita. Namun walaupun begitu kerja ini adalah perintah Allah. Dan Allah jadikan dunia ini sebagai darul asbab, tempat adanya sebab dan akibat. Tetapi kalau kita yakinnya hanya kepada asbab saja, maka keyakinan yang seperti ini tidak ada bedanya dengan keyakinan orang kafir yang yakinnya sempurna hanya kepada asbab saja.
Bukan dengan tidak kerja tidak apa-apa, bukan begitu caranya, tetapi kita belajar sisihkan waktu kita untuk kerja agama ini pertama-tama dengan keluar 4 bulan, lalu istiqomah 40 hari setiap tahunnya. Baru seiring waktu diusahakan untuk meningkatkan pengorbanan menjadi 4 bulan setiap tahun, 10 hari setiap bulan, dan 8 jam setiap hari. Jika kita mau ubah cara kita dengan cara atau tertib ini, maka akan datang suatu masa Allah gunakan kita untuk agama Allah. Sedangkan untuk kepentingan dunia kita tinggal angkat tangan (berdo’a) kepada Allah, langsung Allah datangkan. Allah Maha Kuasa, semua pertolongan Allah di dalam Al Qur’an diceritakan terjadi tidak hanya kepada para Nabi saja, tetapi juga kepada selain para Nabi dan para sahabat. Semua kehebatan Allah yang Allah nampakkan kepada Nabi dan para sahabat tidak hanya terjadi pada mereka, tetapi juga terjadi pada orang-orang sholeh saat ini. Bagaimana para Masyeikh di India, Pakistan, Banglades, mereka tidak ada pekerjaan, tidak punya pabrik, tetapi mereka mampu untuk keluar 4 bulan setiap tahun dan mampu menjamu ribuan tamu yang datang menemui mereka. Saudara-saudara kita yang keduniaannya jauh lebih kurang dari kita tapi bisa terbang kemana-mana, dan keluar 4 bulan setiap tahunnya. Kini banyak orang yang keduniaannya jauh lebih baik, kerjanya 12 bulan full setiap tahun, jangankan pergi kemana-mana, untuk makan saja kadang-kadang masih susah. Inilah kenyataan yang ada saat ini.
Usaha ini betul-betul akan mendatangkan keberkahan jika kita sungguh-sungguh dalam kerja ini, sedikit demi sedikit. Jangan kita dengarkan alasan-alasan orang yang suka bilang bahwa kerja kantor atau nyari uang ini juga ibadah, ini betul, tidak salah. Memang ada hadits mahfum, “mencari rizki yang halal itu wajib hukumnya.” Bahkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa mencari rizki itu adalah ibadah juga. Tetapi adalah menurut daripada keutamaannya (derajat amal / kepentingannya ). Misalnya : kita mencari rizki itu karena perintah Allah, ibadah. Tetapi kalau ketika datang waktu sholat, maka yang lebih utama itu adalah Sholatnya. Jika ketika waktu sholat tiba kita masih mencari rizki terus ini akan menjadi dosa, bukan lagi menjadi ibadah. Jadi kita harus tahu mendahulukan daripada keutamaan. Sahabat juga dagang, kerja, tetapi ketika datang waktu untuk memperjuangkan agama Allah, maka mereka akan korbankan itu semua. Ada yang bilang bahwa cari rizki itu bagus, tetapi ketika dia tidak mau tinggalkan urusannya untuk keluar di jalan Allah, maka ini seperti orang yang berwudhu tetapi meninggalkan sholat. Wudhu itu ibadah, perintah Allah, dan juga syarat diterimanya daripada sembahyang kita. Kita kalau sholat tanpa wudhu maka sholat kita tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala. Tetapi kalau ada orang habis wudhu, lalu wudhu lagi, terus menerus wudhu berulang kali, waktu sholat datang dia tidak sholat-sholat sibuk wudhu aja, maka walaupun wudhu ini ibadah akan menjadi dosa juga. Begitu juga Nabi SAW dan para sahabat RA ada kerja juga, ada dagang, dan ada tani pula, tetapi ketika waktu memperjuangkan agama tiba diia tinggalkan semuanya. Hari ini kita dagang dan kerja terus-terusan, tidak keluar-keluar di jalan Allah, maka ini seperti orang yang wudhu terus-terusan tetapi tidak sembahyang-sembahyang. Maka penting kita bagi waktu untuk memperjuangkan agama Allah, sisihkan waktu kita untuk agama Allah.
Insya Allah kita semua bersedia !!
Bayan H. Cecep Firdaus, Syuro Indonesia, Mesjid Jami Kebon Jeruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar