Jumat, 25 Februari 2011

10. Bayan Syuro (Alm) KH Abdul Halim


BAYAN MAGHRIB
PENGORBANAN DALAM DAKWAH

Pada saat ini Allah telah memberi kita suatu karunia yang besar yaitu Agama. Agama adalah segala ketentuan Allah untuk manusia yang tidak boleh dibantah. Jika dilanggar maka akan membawa dampak kerusakan dan penderitaan dalam kehidupan kita. Dengan Agama ini pula Allah cucurkan Sakinah dan Rahmat kepada hambanya kepada hamba-hamba yang disayanginya. Walaupun majelis ini yang dibicarakan hanya perkara Iman dan Amal saja dan tidak bisa menghadirkan jutaan umat untuk mendengarkannya. Namun asbab majelis ini Allah telah kirimkan malaikat-malaikat berdesak-desakan untuk datang kemari dan mereka bersusun-susun sampai ke Arasy Allah SWT. Dan siapa saja yang menghadiri majelis ini maka nama-nama mereka akan dibangga-banggakan oleh Allah di hadapan mahluk-mahluk yang maksum dan mulia yaitu para Malaikat yang do’anya pasti didengar oleh Allah Ta’ala. Allah senantiasa memandang mereka yang menghadiri majelis ini dengan pandangan Rahmat. Sangking Berkahnya majelis ini orang yang hanya lewat mampir, juga Allah ampunkan dosanya. Asbab majelis ini dalam suatu percakapan Allah dengan Malaikat yang datang dari Majelis seperti ini, Allah akan jauhkan kita dari apa yang kita takutkan dan memberikan apa yang kita idamkan. Dikatakan dalam suatu riwayat, jika Allah turunkan Hujan Api dari langit maka yang akan selamat adalah para Ahlul Mesjid yang sedang berada di dalam mesjid sedang menghidupkan amalan.
Kalau ditanya siapa yang dicintai Allah jawabnya mudah dan singkat yaitu para Ahlul Masjid. Jika Allah sudah cinta kepada Ahlul Mesjid ini, siapa saja yang membenci mereka, memerangi mereka, maka Allah akan menyatakan perang kepadanya. Jika Allah sudah menyatakan perang, siapa yang dapat menang melawan Allah. Ketika Allah sudah mencintai seseorang, maka Allah akan menjadi matanya yang dengannya ia melihat, Allah akan menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar, Allah akan menjadi mulutnya yang dengannya ia berbicara, Allah akan menjadi tangannya yang dengannya ia memukul, dan Allah akan menjadi kakinya yang dengannya ia melangkah. Inilah kemuliaan dan keuntungan yang diberikan kepada mereka Ahlul Masjid, yaitu orang-orang yang senantiasa memakmurkan mesjid Allah dan hatinya senantiasa terpaut kepada mesjid. Untuk perkara ini perlu kita siapkan diri kita dan ambil keputusan agar kita siap menjadi Ahlul Mesjid dan siap memakmurkan Mejid-mesjid Allah dimana saja berada. Namun kenapa pada hari ini ketika dihamparkan Takaza kita masih pikir-pikir dulu ini karena kita belum ambil keputusan.
Di dunia ini ada 2 tempat yang bertentangan tetapi bersaing untuk diramaikan oleh manusia. Satu tempat disenangi Allah dan Satu tempat lagi dibenci Allah:
1.      Mesjid à Dicintai Allah
2.       Pasar à Dibenci Allah
Yang namanya Ahlul Mesjid ini hatinya tidak akan tergoda oleh pasar. Pasar itu adalah tempat dimana segala kemaksiatan wujud dari penipuan, sumpah palsu, pengurangan timbangan, maling, zina mata, dan lain-lain. Ketika dia melewati pasar Hatinya selalu terpaut kepada Allah, lidahnya senantiasa basah dengan dzikir, dan yang dia fikirkan adalah apa perintah Allah saat ini dan bagaimana Nabi SAW mencontohkan. Maka hanya dengan sekali dzikir saja ia sudah dapat membawa sejuta pahala atau satu juta keuntungan ketika ia melewati pasar tersebut. Jika dibanding dengan perdagangan yang ada di pasar, perdagangan mana yang bisa mengalahkan keuntungan ahlul mesjid yang melewati pasar dengan berdzikir.
Sedangkan Ahlul Pasar pergi ke mesjid maka jangankan berdagang berbicara perdagangan saja dalam mesjid sudah mendatangkan murka Allah dan dapat menjadi asbab tidak diterima seluruh amalnya selama 40 hari. Jika ia berdagang maka diperintahkan agar kita mendo’akan perdagangannya untuk tidak berkah dan gagal.
Betul hari ini para pedagang sholat dengan benar, pejabat sholat dengan benar, buruh, sholat dengan benar, petani sholat dengan benar. Tetapi kenapa sholat ini tidak dapat mendatangkan pertolongan Allah atau tidak dapat mencegah perbuatan yang mungkar. Hari ini orang sholat tetapi maksiat jalan terus. Ini karena ketika sholat para pedagang memikirkan perdagangannya, para petani yang memikirkan pertaniannya, para pejabat memikirkan pemerintahannya, dan para buruh memikirkan kerjaannya. Begitu juga ketika melakukan haji, zakat, puasa, dan amal ibadat lainnya fikirnya mereka tetap dalam profesinya masing-masing. Sehingga ketika dikumpulkan di Ka’bah, Thawaf, Do’anya beda-beda. Pedagang minta perdagangannya sukses, Petani minta pertaniannya maju, pejabat minta naik pangkat, buruh minta gajinya naik dan lain-lain. Sehingga Agama telah terobek robek, teracuhkan, dan tidak ada yang mempedulikan.
Beda dengan pedagang, petani, pejabat, dan buruh yang membawa fikir agama, walaupun mereka berdagang, bertani, bekerja sebagai pejabat dan buruh tetapi dia tetap membawa fikir agama. Maka orang-orang seperti inilah yang dikatakan Nabi sebagai orang-orang yang tidak di lalaikan dari profesinya dan pekerjaannya atau perdagangannya. Doa mereka semua sama dimana saja dan ketika melakukan amalan apa saja yaitu Minta Hidayah. Ini asbab fikir agama sehingga menimbulkan keseragaman dalam permintaan yaitu bagaimana Agama atau Hidayah ada dalam diri mereka dan diri umat diseluruh alam. Maka mereka inilah yang tidak dilalaikan oleh pekerjaan dan perdagangan mereka, nanti di akherat mereka akan di panggil dengan rombongan yang akan masuk surga tanpa Hisab.
Orang yang senantiasa membawa fikir agama dalam setiap pekerjaannya maka dia akan dapat merasakan nikmatnya beramal ibadah. Hatinya selalu senantiasa terpaut kepada Allah dan perintahNya. Maka Allahpun seperti gayung bersambut akan mendengarkan doa-doanya dan menerima amal ibadahnya.
Seperti dalam sholat ketika dia membaca Fatihah Allah akan membalas bacaannya:
1.      “Alhamdulillah” : Segala Puji Allah Tuhan seluruh alam
 “HambaKu telah memuji-muji Aku”
2.      “Ar Rahman ni Rahiim”: Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
 “HambaKu Memuja Aku rupanya”
3.      “Malikiyaw Middiin” : “Penguasa Hari Pembalasan”
 “HambaKu telah mengagungkan Aku”
* Lalu ketika sampai ayat yang berhubungan dengan Tauhid dan Penghambaan, Allah akan membalas dengan mengatakan
4.    “Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nashta’in”: Tempat Aku meminta dan menyembah
 “Ini antara Aku dan HambaKu saja”
 Lalu do’a apa yang Allah ajarkan kepada kita untuk dibaca :
4.      “Ihdinash Shiratal Mustaqim”: Do’a Hidayah : “Tunjukilah Aku Jalan yang lurus”
 “Apa yang hambaKu minta”
Apa itu jalan yang lurus yaitu jalanya para Nabiyin, Syahiddin, Shiddiqin, Sholihin, Muttaqin, dan
orang2x yang Muqorrobbin
5.      “Shirothol Ladzi Na’an Amta Alaihim Ghoiril Magdu Bi Alaihim walad Dhoollin” : Ke jalan orang2x yang kau Ridhoi bukan ke jalan orang2x yang kau Murkai.
       Sebaik-baiknya pemberian Allah adalah bimbingan ke Jalan Lurus
Inilah yang namanya “Mi’rajul Muslimin” atau Mi’rajnya orang Muslim, jadi bukan hanya Nabi saja yang Mi’raj kepada Allah, tetapi Allah berikan kepada kita untuk dapat Mi’raj kepada Allah.
Kini seleruh segi keduniaan semakin maju, toko, pabrik, ekonomi, kebendaan semakin maju dibanding dengan jaman Sahabat. Namun mengapa pada hari ini dengan kemajuan yang didapat di segala bidang Agama justru mundur. Bukankah hari ini orang bilang jika ekonomi maju, teknologi maju, mesjid lebih bagus, Ilmu tersebar dimana-mana, maka agama akan berkembang dan juga lebih maju. Tetapi kenapa pada kenyataanya justru Agama malah mundur. Jadi Majunya agama ini bukannya karena teknologi yang canggih, ekonomi yang maju, Ilmu yang tersebar, tetapi karena adanya orang-orang yang mengamalkan agama secara sempurna.
Hari ini jika seorang salesman mobil atau salesman proyek yang menawarkan kebendaan maka ketika mereka mengetuk pintu mereka akan disambut dengan baik. Tetapi jika seseorang mengetuk pintu untuk menawarkan agama maka tidak sedikit orang yang tidak suka dan menganggap pekerjaan ini suatu yang aneh bahkan gila. Hari jika Agama ditawarkan kepada petani maka mereka akan mengatakan tidak ada waktu karena sibuk dengan pertanian mereka. Jika Agama ditawarkan ke pejabat maka para pejabat akan mengatakan tidak ada waktu karena sibuk dengan pemerintahannya. Begitu juga ketika di tawarkan kepada Karyawan, Dokter, Polisi, dan lain-lain. Semuanya tidak ada yang punya waktu, sibuk dengan profesinya masing-masing. Agama hari ini sudah seperti anak yatim, terkatung-katung, tidak ada yang mau menerima atau mengambilnya. Padahal dahulu Nabi dan Sahabat mereka korbankan seluruh waktunya dan hidupnya untuk Agama dan agar kita dapat mempunyai agama. Agama yang dulu dikejar-kejar perintahnya oleh Sahabat untuk dikerjakan karena hausnya mereka terhadap perintah agama, kini malah kita tinggalkan, kita jauhkan, bahkan kita langgar. Padahal hanya dengan Agama saja manusia ini dapat sukses, bahagia, dan jaya. Mengapa orang-orang banyak yang menolak Agama dan kita masih belum siap bekerja sungguh-sungguh agar agama ini bisa wujud di seluruh alam ini karena kita belum ambil keputusan. InsyaAllah kita siapkan diri kita untuk mengambil keputusan.
Hari ini kita dengan niat saja untuk menjadi ahlul masjid, Allah telah berikan kita keuntungan atau pahala. Begitu juga dengan niat-niat yang lain seperti menjadi Hafidz, Alim, Syuhada. Beda dengan Ahlul Pasar hanya sekedar niat maka tidak akan membawa keuntungan apa-apa, harus ada kerja dulu yang sungguh-sungguh dan susah-susah. Jadi lebih beruntung jadi ahlul masjid dibandingkan dengan ahlul pasar.
Natijah atau hasil yang diperoleh ahlul mesjid dan ahlul pasar adalah berbeda. Ahlul Mesjid ini dengan amalannya akan menghasilkan sifat. Sedangkan ahlul pasar yang dihasilkannya dari amalannya atau pekerjaannya adalah uang atau kebendaan. Natijah dari Sifat baik ini adalah disukai semua orang dan tidak ada musuh. Sedangkan Natijah yang dihasilkan dari uang dan kebendaan adalah persaingan, permusuhan, dan sifat-sifat buruk yang akan wujud. Kalau yang namanya ahlul pasar, jika kebendaan atau hartanya meningkat, maka ini akan menghasilkan sifat-sifat seperti Qorun dan Firaun. Ini adalah hasil usaha saya sendiri, tidak ada yang bantu, ini hasil kepintaran saya dalam berdagang. Bahkan parahnya akan berkata siapa yang lebih pintar, lebih kaya, lebih berkuasa dari saya. Tidak ada beda dengan Firaun ketika mengatakan saya ini adalah Tuhan, bisa segalanya. Jadi Ahlul Pasar ini semakin kaya semakin berkuasa semakin seperti Qorun dan Firaun. Inilah tendensi ahlul pasar yang jika kebendaan atau kekuasaannya meningkat dan tidak ada usaha atas Iman, maka mereka akan menjadi seperti Firaun dan Qorun.

Beda dengan Ahlul Masjid, dalam Do’anya saja sudah menunjukkan ke Tawadhu’annya, kerendah hatiannya : “Ya Allah sesungguhnya diriku ini tidak pantas di dalam Surga FirdausMu tetapi diriku ini tidak mampu menerima siksaan di NerakaMu.” Jadi Sifat Baik ini akan muncul jika kita mau tambah korban lagi semakin jauh semakin baik. Dan yang namanya sifat ini dapat dibawa kemana-mana tanpa ada rasa susah, cemas, kesulitan. Sedangkan kebendaan atau uang yang dibawa oleh ahlul pasar ini belum tentu bisa dibawa kemana-mana. Kalaupun bisa maka akan mendatangkan rasa cemas, ketakutan kalau uang banyak atau benda mahal, berat dibawa-bawa.
Didalam Kubur nanti amalan ahlul masjid ini akan wujud sebagai pemuda yang membela kita. Seperti Sholat akan wujud sebagai pemuda tampan dan Al Qur’an yang dibaca akan wujud sebagai pemuda yang membantu kita ketika menjawab pertanyaan mungkar dan nakir. Amalan-amalan ini akan menjaga kita dari atas kepala kita, dari kanan kita, dari kiri kita dan amalan-amalan yang lainnya. Sedangkan ahlul pasar yang hartawan dan tidak mau taat pada perintah Allah maka ketika dikubur yang diteriakkan adalah hartaku…hartaku….hartaku.
Dunia ini adalah tempat yang hina dan kita ini juga mahluk yang hina jika tidak ada agama. Terbuat dari cairan yang kotor, masuk ke dalam lobang yang kotor, keluar dari lobang yang sama. Segala sesuatu yang bersih dan suci walaupun itu air zamzam dan daging yang ketika memotongnya mengucapkan bismillah, tetap saja kalau sudah masuk ke perut keluar jadi kotoran. Perut ini gudangnya kotoran, jadi kemana-mana kita pergi bawa kotoran. Jika bukan karena agama kita sudah menjadi mahluk yang kotor dan hina beda tipis dengan binatang. Bahkan banyak yang seperti binatang kerjanya makan, kerja, tidur begitu aja terus-terusan. Bahkan lebih parah dari binatang karena kita masih punya akal untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi masih melakukan hal yang buruk.
Namun yang meninggikan derajat manusia ini adalah amal-amalnya. Inilah yang kekal disisi Allah selain dari itu hanya akan habis dan terhenti untuk dunia ini saja. Coba kita bermuhasabbah mana rezki yang Allah berikan yang terpakai buat menyenangkan Allah dan yang terpakai untuk memuaskan nafsu. Lihat kebendaan kita yang ada di rumah dan lihat apa yang telah kita korbankan untuk agama. Ini semua akan di hisab dan akan di mintakan pertanggung jawabannya. Berapa banyak Rezki yang Allah telah kasih tetapi kita selewengkan hanya untuk memuaskan nafsu kita bahkan untuk bermaksiat kepada Allah. Allah Maha Tahu dan Allah punya team khusus yang bisa membuktikannya. Sesungguhnya perhitungan Allah ini cepat, tepat dan akurat. Namun mengapa hari ini ketika kita diminta untuk korbankan harta dan diri untuk agama kita masih ragu-ragu, ini karena kita belum buat keputusan.
Allah telah menyembunyikan QudratNya dibalik asbab. Orang yang mengusahakan asbab dan yakinnya terletak pada asbab maka orang seperti ini akan celaka. Karena orang seperti ini Yakinnya hanya pada asbab, ketika asbab itu sudah tidak ada lagi dia akan menderita dan merasa susah. Inilah yang namanya ujian ketika Takaza dibentangkan kepada kita, yakin pada Allah atau yakin pada asbab. Padahal sebenarnya manfaat dan mudharat suatu asbab itu adalah Allah yang menentukan dan berubah-ubah sesuai dengan keinginan Allah semata. Dan ini tersembunyi dibalik asbab sebagaimana tongkatnya Musa AS yang berubah-ubah atas kehendak Allah saja.
Hari ini mengapa banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk perdagangan mereka, jabatan, dan pekerjaan mereka, namun tidak mendapatkan keberkahan dari apa yang mereka kerjakan. Ini karena mereka tidak melihat Amr atau perintah Allah dalam pekerjaan mereka. Jalankan perintah Allah dalam setiap pekerjaan kita baru nanti Allah akan datangkan keberkahan dan manfaat. Ada dalam suatu riwayat tentang Saidina Ali RA. Suatu ketika Ali RA ketika hendak ke mesjid dia melihat seorang pemuda yang sepertinya dalam kesusahan, bajunya kumal, dan seperti sedang kelaparan. Setelah Ali RA mengikat Untanya maka ketika dia masuk kedalam mesjid dia berniat akan menolong pemuda itu selepas dia sholat dua rakaat. Setelah Ali RA selesai menyelesaikan sholatnya lalu dia keluar dia dapatkan pemuda itu sudah tidak ada dan unta yang diikatnyapun juga tidak ada. Maka ketika itu Ali RA tidak langsung berprasangka buruk terhadap pemuda tersebut. Dia berpikir untanya lepas karena ikatannya mungkin kurang kuat. Ketika Ali RA melewati pasar ditemukannya Unta tersebut yang ternyata sudah ada di tangan orang lain. Ali RA berkata, “Ini adalah unta saya.” Orang tersebut berkata, “Tidak mungkin saya baru saja beli dari orang lain.” Ali RA bertanya, “kamu beli dari siapa.” Orang itu menjawab, “Saya beli dari seorang anak muda seharga 25 dinar.” Mendengar hal itu Ali RA menjerit, ketika ditanya mengapa, Ali RA menjawab, “Saya sebenarnya hendak memberi pemuda itu 25 dinar.” Disini dapat kita ambil pelajaran bahwa sebenarnya pemuda tadi akan mendapatkan rizkinya dengan jalan Halal dari Ali RA. Namun karena pemuda tersebut tidak sabar dan lebih mengikuti Nafsunya dibanding melihat perintah Allah maka pemuda tadi mendapatkan Rizkinya dengan cara yang haram. Ini semua sebenarnya ujian dari Allah. Kenapa kini banyak orang yang menipu, mencuri, dan korupsi, ini karena mereka tidak yakin pada Allah dan Rizki yang telah Allah tentukan.
Sebenarnya yang namanya Rezki itu telah Allah tentukan, dan itu tidak akan berkurang atau bertambah menurut usaha kita. Rizki mengejar kita sebagaimana mati mengejar kita, kita tidak bisa lari dari mati dan begitu juga sebelum rizki. Kita tidak akan mati sebelum Rizki kita habis walaupun itu hanya satu hirupan udara. Ini harus kita yakini, jika tidak maka kita tidak akan lolos dari ujian dan keadaan yang Allah kasih. Kini orang mengira dengan mencuri, merampok, korupsi, atau dengan meningkatkan bisnisnya, rizkinya akan bertambah. Seseorang yang berusaha mati-matian untuk mendapatkan rezki yang lebih dari apa yang Allah telah tetapkan ini adalah kemustahilan. Tetapi bukannya kita berhenti kerja, karena kerja ini perintah Allah dan sunnah nabi. Lihat perintah Allah dulu apakah dengan duduk saja nanti Allah yang datangkan, atau kita disuruh menyebar mencari rizki. Lihat Perintahnya dulu dalam masalah pekerjaan ini, Allah tidak pernah memerintahkan kita untuk duduk-duduk saja tanpa bekerja. Namun jangan pernah tinggalkan perintah Allah untuk mendapatkan rizki. Lakukan apa yang kamu mampu nanti Allah akan melakukan apa yang kamu tidak mampu yaitu memberi keberkahan, kecukupan, ketenangan dan jalan keluar dalam setiap masalah.
Mengapa hari ini, banyak orang yang meresa susah rizkinya, jodohnya, asbab2xnya, dan lain-lain. Ini karena mereka tidak mau menjaga perintah Allah dalam pekerjaan atau keadaan mereka. Jaga perintah Allah dalam perdagangan, pertanian, perkantoran, dan profesi kita yang lain, maka Allah yang akan berikan kita berkah dan manfaat. Ketika Musa AS hijrah, saat itu dia adalah seorang pengangguran, tidak punya apa-apa. Namun asbab Musa AS jaga perintah Allah dalam setiap keadaan maka Allah SWT memberinya jalan keluar dalam setiap masalahnya.
Suatu ketika, Musa AS melihat seorang wanita yang cantik berdiri diantara pohon. Melihat hal itu darah muda Musa AS naik, lalu Musa AS menegur wanita tersebut mengapa dia tidak dirumah saja karena dapat mengganngu pria-pria yang lain. Inilah perintah Alah SWT yang pertama yang dijaga Musa AS. Namun wanita itu memberi alasan bahwa ayahnya sudah tua dan dia kemari untuk mengambil air. Namun karena ketika itu banyak laki-laki yang berebutan ambil air di sumur sehingga dia harus menunggu di balik pohon agar tidak terlihat. Melihat hal itu Musa AS Iqrom mengambilkan air buat wanita itu untuk dibawa kerumah wanita tersebut. Dan ini perintah Allah yang kedua yang dijaga Musa AS yaitu menolong orang yang sedang berada dalam kesulitan. Dalam perjalanan kerumahnya Musa AS yang berjalan dibelakang wanita itu tidak menyukai posisinya karena Musa AS masih dapat melihat punggung dan kaki dari wanita tersebut. Melihat punggungnya saja Musa AS sudah tidak mau, sehingga Musa AS memerintahkan wanita itu untuk berjalan dibelakangnya, dan Musa AS meminta wanita itu melempar kerikil sebagai arah jalan. Inilah perintah Allah yang ketiga yang dijaga oleh Musa AS. Setelah sampai dirumah wanita tersebut ternyata dia adalah anak seorang nabi yaitu Nabi Syuaib AS. Melihat kebaikan-kebaikan dan akhlaq dalam diri Musa AS, Nabi Syuaib AS, memberinya pekerjaan, lalu diangkat sebagai muridnya, diberi rumah, dan dinikahkan dengan anaknya. Padahal sebelumnya ia hanya seorang pengangguran, miskin, gak ada tempat tinggal, dan gak punya jodoh. Asbab menjaga perintah Allah, Allah berikan Musa AS jalan keluar dari segala masalah yaitu pekerjaan yang halal dan berkah, rumah tempat tinggal, dan dinikah dengan anaknya syuro’ yang jamilah dan alimah. Hari ini kenapa kita masih susah saja padahal dari segi kehidupan kebendaan kita lebih baik dari yang dipunya Musa AS, baju kita lebih baik, rumah kita lebih baik, dan makanan kita lebih baik dari yang dimakan Musa AS. Ini karena kita belum buat kepustusan untuk menjaga perintah Allah.
Namun Allah tidak menguji kita ketika susah saja, Allahpun menguji kita ketika kita senang. Apakah kita masih mau menjaga perintah Allah ketika senang. Ketika Musa AS sudah mendapatkan kebaikan yang banyak maka turun perintah Allah Ta’ala kepada Musa AS untuk Khuruj Fissabillillah Dakwah kepada Firaun. Jadi Allah uji kita bukan hanya dengan keadaan susah tetapi juga dengan keadaan senang.
Suatu ketika istri Musa AS sedang sakit dan kedinginan, Musa AS yang biasa menyalakan api dengan kayu agar dapat memberikan kehangatan buat istrinya, kali ini apinya tidak menyala. Lalu Allah nampakkan kepada Musa AS api yang menyala dari bukit Thursina. Demi istri Musa AS, sama seperti kita rela bersusah-susah pergi jauh-jauh untuk mencarikan api buat istrinya yang sedang kedinginan. Bedanya dengan kita, hari ini kita susah-susah pergi jauh-jauh agar istri bisa terpuaskan keinginannya, ke hero, ke toko emas, ke toko baju. Rela korbankan harta untuk keluarga, sehingga akhirnya duitnya habis tidak jadi dipakai keluar di jalan Allah.
Ketika sampai di bukit Thur, Api yang dilihatnya ternyata tidak ada. Disini Musa AS hendak ditarbiyah oleh Allah Ta’ala, bahwa tidak perlu api untuk menghangatkan, atau makanan untuk mengenyangkan, air untuk menghilangkan haus, karena semua itu manfaat dan mudharatnya atas izin dari Allah. Itulah yang Allah Ta’ala ajarkan kepada Musa AS ketika tongkatnya menjadi ular lalu menjadi tongkat kembali atas perintah dari Allah Ta’ala. Memang secara logika perintah Allah tidak masuk diakal, ini karena Allah sembunyikan QudratNya dibalik perintahNya. Namun untuk menyempurnakan Iman dan Yakin ini perlu pengorbanan dengan jiwa dan harta.
Maka walaupun Musa AS masih dalam keadaan belum sempurna keyakinannya, Allah tetap perintahkan Musa AS untuk pergi Dakwah kepada Firaun. Siapa itu Firaun yaitu Ahli Dunia yang mengaku sebagai Tuhan karena merasa mampu melakukan segala-galanya. Disitu Musa AS harus membuat keputusan, istri yang sedang sakit dan kedinginan, atau menunaikan perintah Allah. Istri jelas-jelas sedang sakit tetapi Allah malah menyuruh Musa AS untuk meninggalkan istrinya pergi di jalan Allah. Ini perintah Allah yang sangat bertentangan dengan Nafsu Musa AS ketika itu. Ada masalah tetapi malah disuruh pergi di jalan Allah. Musa AS bertanya kepada Allah bagaimana dengan istrinya lalu Allah perintahkan Musa AS untuk memukul batu dengan kayunya. Setalah tiga kali memukul hingga batu itu pecah menjadi batu yang lebih kecil didapati oleh Musa AS, seekor ulat yang sedang memuji Allah karena Allah tidak melupakan Rizkinya. Ulat dalam batupun masih dalam pemeliharaan Allah. Lalu Musa berkata bahwa Firaun mempunyai Bala Pasukan yang banyak, dan ia meminta Harun diangkat sebagai Nabi sebagai teman yang membantunya. Allah berkata mahfum kepada Musa AS untuk tidak takut karena “Aku bersama Engkau”. Namun karena Musa AS memberikan alasan agar Harun AS dapat membantunya dalam menyampaikan Dakwah kepada Firaun, akhirnya do’a Musa AS ini diterima.
Musa AS berdo’a kepada Allah :
Robbishrohli sodri : Ya Allah aku berlindung kepadamu dari sesaknya dadaku
à Harus buat keputusan karena banyaknya pertimbangan.
Wayah sirli Amri : Ya Allah bantulah urusanku
à meninggalkan istri yang sedang sakit dan sedang menunggunya untuk dirawat.
Wahlul uhdatam mi lisani yafqohu qouli : Ya Allah mudahkan lidahku dalam menyampaikan
à Musa AS mulutnya cadel tidak bisa bayan dengan benar tetapi tidak menghalanginya untuk dakwah kepada Firaun, Bayan hanya keperluan saja bukan kepentingan Dakwah. Yang penting adalah pengorbanannya dalam menjalankan perintah Allah. Sampaikan walaupun satu ayat
Jangan jadikan alasan tidak bisa bayan tidak mau dakwah atau keluar di jalan Allah. Lihat Musa AS tidak bisa bayan apakah ia berhenti dari dakwah, dakwahnya jalan terus walaupun tidak bisa bayan. Walaupun dalam kondisi yang sangat sulit, Musa AS nafikan Nafsunya dan buat keputusan untuk ikuti maunya Allah, keluar ke negeri jauh. Tidak ada Musyawarah dengan istri bahkan ia meninggalkan istri dalam keadaan sakit. Jadi apa yang di korbankan Musa ketika itu, ada 3 perkara :
1.      Mal atau Harta
à Berupa domba2xnya dan tempat tinggalnya
2.      Hal atau Keadaan
à Keadaan yang sulit yaitu istri yang sedang sakit
3.      Ali atau Keluarga
à Istri yang dicintai
Inilah Pengorbanan Musa AS demi perintah Allah, dia nafikan keadaannya dan hanya membenarkan perintah Allah. Hari ini kita logikan perintah Allah, sehingga kita bisa mudah mengikuti Nafsu kita. Istri dan Anak belum diberi uang belum bisa berangkat. Dikira kita ini yang menghidupkan dan memberi makan mereka sehingga perintah Allah kita logikan. Jaga anak dan istri kan perintah juga, nanti kalau udah siap baru saya berangkat. Siapnya kita adalah menurut Nafsu beda dengan siapnya Musa AS. Ini karena kita belum mengambil keputusan, sehingga perintah Allah ini belum bisa kita kerjakan secara sempurna.
Maka ketika Musa AS akan pergi, dia diberi Bayan Hidayah dulu oleh Allah mahfum : “Sampaikanlah dengan hikmah mudah-mudah dia sadar”. Maka ketika Musa AS sampai dihadapan Firaun Musa AS, Firaun mengumpulkan para ahli sihirnya untuk mengalahkan Nabi Musa AS. Hanya saja dibelakang Dai ada Allah Ta’ala. Jika Allah sudah menyatakan perang, siapa yang bisa menang melawan Allah. Akhirnya penyihir Musa AS mengetahui hal ini, lalu mereka bertobat dan menyatakan keislamannya. Sudah berbagai macam kebesaran yang Allah nampakkan kepada Firaun, namun Firaun hatinya masih menolak karena gengsi bahwa Musa ini dari kalangan hamba.
Ketika Musa AS membawa Bani Israil dari cengkraman Firaun, Musa AS terjebak diantara lautan dan pasukannya Firaun yang siap membantai Bani Israil. Inilah yang membedakan imannya seorang abid dan seorang dai, Bani Israil berkata bahwa mereka celaka sebab laut didepannya dan firaun dibelakang mereka. Tetapi apa kata Musa AS, “Allah bersama Saya”. Apa yang dilakukan Musa AS ketika itu, dia menunggu perintah Allah, tidak buat ide-ide dengan Nafsunya, seperti gunakan tongkat untuk memukul Firaun. Tetapi perintah Allah memukulkan tongkatnya ke laut. Sehingga karena perintah Allah laut terbelah menjadi dua belas jalan. Allah berikan Musa dan Bani Israil jalan keluar dari masalah. Siapa yang menyelesaikan masalah ? Allah yang selesaikan masalah.
Ketika Firaun berusaha mengikuti jalan Bani Israil, Musa AS langsung pukulkan tongkatnya ke laut. Tetapi tidak membawa perubahan apa-apa, ini karena tongkat Musa AS ini hanya mahluk, dan laut terbelah atas perintah Allah. Jadi tongkatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain dari apa yang Allah telah perintahkan. Lalu Allah perintahkan kepada laut untuk menenggelamkan Firaun dan Bala tentaranya. Ketika terombang ambing dalam laut, Firaun mengakui Allah Tuhannya Musa AS dan Bani Israil. Namun apa kata Allah, saat ini baru kamu mau bertobat setelah sejauh ini engkau menentangku, maka tidak diterima oleh Allah.
Hari ini orang yang tidak taat kepada Allah kelihatan seperti jaya dan bahagia, namun ujung-ujungnya hanya orang yang beriman dan yang mau menjaga perintah Allah yang akan dimenangkan oleh Allah dan yang akan bahagia. Sama seperti Firaun yang awalnya kelihatan bahagia dan Musa kelihatan susah dan menderita tetapi ternyata akhirnya Musa AS lah yang di menangkan oleh Allah dan di muliakan sampai akhir jaman. Jika kita jaga perintah Allah maka Allah akan jaga kita. Untuk ini kita perlu buat keputusan dan buat pengorbanan.
KH. Abdul Halim, Syuro Indonesia – Sragen, Markaz Indonesia, Mesjid Jami Kebon Jeruk Jakarta Bayan Maghrib, 6 April 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar