BAYAN SUBUH
DAKWAH MEMBENTUK KEYAKINAN YANG BENAR KEPADA ALLAH
Allah Ta’ala Maha Kuasa dan Kuasa Allah tanpa batas. Allah yang menjalankan segala sesuatu dengan QudratNya. Allah jalankan Qudratnya dengan 3 cara :
1. Tanpa Asbab :
Penciptaan langit, bumi, bintang-bintang, dan manusia tidak ada contohnya, tidak perlu pakai percobaan-percobaan. Cukup dengan kata : “Kun Faya Kun”, “Terjadilah”. Tidak perlu simulasi atau contoh pembuatan terlebih dahulu, hanya dengan KehendakNya saja, maka terjadilah apa yang di KehendakiNya.
Allah jadikan langit tanpa tiang, sejauh mata memandang. Di langit ini terdapat begitu banyak benda-benda yang namanya planet tetapi tidak ada satupun yang bertabrakan atau keluar dari orbitnya. Ini semua Allah yang pelihara dan Allah yang memberikan komando. Semuanya dibawah aturan Allah dan berjalan sesuai dengan perintah Allah.
Kapan Allah hancurkan dan sampai kapan akan tetap terpelihara, ini semuanya tergantung pada keputusan Allah. Allah tidak berhajat pada mahluk dalam memelihara dan menjaga Alam ini. Allah tidak pernah tertidur dan tidak pernah letih dalam memelihara dan menjaga alam ini. Semua ini hasil karya Allah dan Allahlah yang paling tau kapan harus dihancurkan.
2. Dengan Asbab :
Dari benda, Allah mampu munculkan benda lain. Dari Mahluk muncul mahluk lain. Dari pohon-pohonan muncul buah-buahan. Dunia ini adalah Darrul Asbab. Orang yang tertipu adalah orang yang menyangka asbab dapat memberikan manfaat. Seperti pohon berbuah, bukan pohonnya yang hebat bisa mengeluarkan buah. Tetapi Allah telah memilih pohon itu sebagai asbab keluarnya buah. Begitu juga perkara Rizki, bukannya kantor yang memberikan rizki, tetapi kantor ini hanya asbab Allah salurkan rizki kita.
Jadi asbab ini bukan sebagai tujuan karena dapat memberikan manfaat tetapi hanya ujian atas keyakinan kita. Harta ini adalah asbab, tetapi bukan sebagai tujuan kebahagiaan, hanya merupakan ujian buat kita. Apakah kita bisa mendistribusikan harta ini sesuai dengan yang Allah mau. Asbab-asbab ini semuanya Allah atur untuk menguji keyakinan manusia, kepada siapa mereka bergantung.
3. Berlawanan dengan Asbab :
a. Allah mampu menciptakan manusia tanpa ibu dan bapak seperti Adam AS.
b. Allah mampu melahirkan manusia dari laki-laki seperti lahirnya Hawa A.S dari Adam AS.
c. Allah mampu melahirkan manusia dari ibu yang suci tanpa bantuan suami atau laki-laki seperti Isa AS
d. Allah mampu menghidupkan manusia di ruang hampa udara seperti Yunus AS dalam perut ikan di kedalaman laut selama 40 hari.
e. Allah mampu membuat manusia hidup tanpa makan dan minum seperti 7 pemuda Ashabul Kahfi yang tertidur tanpa makan dan minum selama 309 tahun.
f. Allah mampu merubah api yang panas menjadi sejuk buat Ibrahim AS.
g.Allah mampu membuat air yang menenggelamkan menjadi jembatan buat para Sahabat dibawah komando Saad bin Abi Waqqash RA ketika hendak menyerang Persia.
Ini semua adalah Kekuasaan Allah yang tanpa batas dan berlaku sesukaNya dan sekehendakNya. Tidak ada yang bisa menghalangi Kehendak Allah dan tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Semuanya mungkin-mungkin saja. Hari ini banyak orang yang tertipu, mereka kira mahluk atau asbab dapat memberikan manfaat. Seperti melihat pantulan matahari yang ada di air, seakan-akan matahari itu ada pada air, padahal matahari itu adanya di langit. Kita tertipu mengira asbab itu dapat memberikan manfaat seperti tertipunya kita ketika mengira matahari ada pada air. Asbab-asbab yang kita lihat ini hanya pantulannya saja, bukan yang sebenarnya. Yang sebenarnya adalah perbuatan dan kekuasaan Allah.
Allah gunakan Asbab untuk menguji keyakinan kita. Seorang bayi lahir dari wanita, seakan-akan bayi ini tercipta dari wanita. Walaupun wanita ini Allah gunakan beberapa saat sebagai asbab terciptanya bayi, namun kita tidak bisa katakan bahwa wanita ini adalah Kholik dan Bayi ini adalah hamba. Mahluk tetap mahluk, selamanya tidak akan pernah jadi Kholik. Dunia ini adalah Darrul Asbab, dan Asbabnya orang beriman ini adalah Amal Agama atau perintah-perintah Allah. Sedangkan musuh-musuh Allah ini asbab kebahagiaannya adalah mahluk atau kebendaan. Kaum-kaum terdahulu yang merasa kebahagiaan ada pada asbab-asbab kebendaan, Allah telah hancurkan bersama dengan asbab-asbabnya.
Maulana Yusuf Rah.A berkata, “Mukmin itu adalah orang-orang yang mempertahankan perintah Allah dimanapun dan dalam keadaan apapun. Bukan orang-orang yang meninggalkan perintah Allah demi mempertahankan kebendaan dan keduniaan. Mukmin itu adalah orang yang mengejar-ngejar perintah Allah bukannya orang yang mengejar-ngejar dunia. Mereka yang meyakini bahwa kebahagiaan ada dalam perintah Allah bukan dalam asbab-asbab dunia, inilah yang namanya mukmin.”
Kita ini adalah orang-orang yang suka meyakini apa yang kita lihat oleh mata. Orang yang beriman adalah orang yang mampu meniadakan apa yang dilihat oleh mata dan hanya membenarkan apa yang dibilang oleh Allah. Seperti kisah ada seorang tua yang sudah udzur masuk ke mesjid melihat tiang mesjid ada 2 padahal cuman 1 tiang. Lalu orang yang sehat matanya bilang tiangnya cuman 1. Orang yang lemah iman ini seperti orang tua yang rabun matanya, mengira kebahagiaan ada pada asbab-asbab / benda-benda. Padahal yang namanya kebahagiaan itu hanya ada pada perintah Allah. Iman lemah maka pandangan Imanpun terhadap dunia akan menjadi rabun.
Seluruh Nabi AS telah Allah kirim untuk membuat usaha yang sama :
1. Merubah keyakinan manusia dari yakin pada asbab menjadi yakin pada amal.
2. Merubah Keyakinan manusia dari yakin pada mahluk menjadi yakin pada Allah.
3. Merubah keyakinan manusia dari yakin pada Dunia menjadi yakin pada akherat.
Yang kita punya kini hanya ujian dari Allah, untuk mengukur keyakinan kita kepada Allah. Dunia ini tempat ujian bagi orang beriman. Ujian ini adalah untuk menaikkan derajat kita. Kita harus yakini bahwa manfaat dan mudharat ini datang dari Allah. Kita harus mampu meniadakan atau mengingkari manfaat yang datang dari Mahluk dan hanya membenarkan janji Allah saja. Mahluk tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat, semuanya datang dari Allah. Selama dalam hati kita belum bisa menafikan atau mengingkari manfaat dari benda-benda atau asbab maka Iman kita tidak akan pernah sempurna. La Illaha Illallah.
Fir’aun dengan seluruh kekuatan dan kekuasaannya berusaha menghalangi Musa AS dari kelahirannya. Tetapi Allah tunjukkan kekuasaannya, Musa AS besar ditangan Firaun sendiri. Melalui istrinya Firaun, Allah telah buat Firaun tidak berkutik untuk membunuh bayi yang ada di depan matanya yang kelak akan menjatuhkannya. Bahkan Allah buat Firaun panik melihat bayi musa yang menangis karena tidak mau minum susu selain dari wanita lain, sehingga Allah hantar ibu Musa AS menyusui anaknya sendiri. Manusia punya makar terhadap Allah, tetapi Allahpun juga punya makar, dan hanya makar Allah yang akan terjadi. Disini Allah telah buat Firaun memelihara musuhnya sendiri. Firaun demi melenyapkan Musa AS, dia telah membunuh 70.000 bayi tiap tahunnya. Firaun berusaha menyelesaikan masalah dengan masalah. Sama seperti manusia saat ini ketika menghadapi masalah malah menyelesaikannya dengan masalah. Tidak ada uang, penyelesaiannya dengan korupsi, menipu, dan mencuri.
Dakwah ini adalah ini untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Seperti orang yang buka toko yang kelihatan toko ini dibuka demi kebaikan orang lain. Padahal toko ini demi kebaikan dia sendiri, demi keuntungan dia sendiri. Begitu juga dengan bisnis-bisnis lainnya seperti pertanian, perdagangan, kedokteran, dan lain-lain. Jadi seperti itulah kerja dakwah yang dilakukan seakan-akan demi kebaikan orang lain, padahal itu demi kebaikan dirinya sendiri. Dia sendiri yang akan mendapatkan maanfaat dari dakwah. Di dunia imannya akan terjaga dan di akherat dia akan menuai hasil dari kerja dakwahnya.
Kita manusia apabila tinggal dalam suatu keadaan, bila dakwah tidak ditegakkan, maka suatu saat kita akan terpengaruh dalam keadaan tersebut. Seperti ketika kita berbicara kebesaran mahluk dan memikirkan kebesaran mahluk secara terus menerus. Tanpa disadari karena sering diulang-ulang dan difikirkan, sehingga kebesaran mahluk akan wujud dalam hati. Ketika kebesaran mahluk wujud dalam hati, kebesaran Allah akan keluar dari hati. Maksud dan Tujuan dakwah ini adalah untuk mewujudkan kebesaran Allah dalam hati, sehingga kita tidak terpengaruh oleh mahluk dan keadaan.
Seperti kisah anak harimau yang hidup semenjak kecil dengan domba. Semenjak kecil anak harimau ini hidup di lingkungan domba, sehingga ketika besar kehidupan domba wujud dalam diri harimau ini. Si Harimau merasa dirinya seekor domba karena dia telah biasa hidup dengan domba. Harimau ini makan seperti domba, tidur seperti domba, duduk seperti domba, bahkan takut dan senangpun seperti domba. Inilah kesalah fahaman yang terjadi pada diri si harimau. Lalu suatu ketika si anak harimau ini bertemu dengan seekor harimau dewasa. Ketika kalangan domba melihat harimau dewasa tersebut, domba-domba itu berlarian kabur ketakutan. Si anak harimau yang sudah besar tadi melihat domba-domba lari maka si anak harimaupun juga lari bersama-sama domba yang lainnya. Lalu setelah ditangkap oleh harimau besar, maka si harimau kecil ini di bawa ke danau. Setelah melihat kemiripan dirinya dan si harimau besar dari pantulan di air, dan setelah di beri daging domba, dan diberi penjelasan tentang apa itu harimau baru si harimau kecil tadi mendapatkan kefahaman. Jadi Harimau kecil ini baru faham bahwa dirinya ini adalah harimau. Kefahaman ini datang setelah di anak harimau ini di taskil menjadi harimau, di ajak gerak ke danau, dan di beri penjelasan (bayan) oleh si harimau besar. Hari ini kehidupan musuh-musuh Allah telah wujud dalam kehidupan orang Islam, tanpa kita sadari kita sudah menjadi seperti mereka.
Sistem pendidikan, ekonomi, cara kerja, cara berpakaian, model pernikahan, dunia entertainment yang dirancang oleh orang kafir ini pada akhirnya hanya akan membuat orang islam yang berfikir dan hidup seperti orang kafir. Inilah yang terjadi pada orang islam hari ini seperti anak harimau yang telah hidup dikalangan domba-domba sehingga kehidupan domba masuk pada anak harimau tadi. Semua kebesaran harimau tadi hilang dikarenakan kehidupan domba yang masuk dalam dirinya. Ummat islam saat ini seperti harimau yang telah kemasukan kehidupan domba yang rendah, yaitu kehidupan yahudi dan nasrani, sehingga kebesarannya ummat ini hilang dengan kehidupan yahudi dan nasrani tersebut. Ini karena kita hidup ditengah-tengah kehidupan mereka, tanpa ada kerja dakwah. Sehingga kita makan, tidur, berpakaian seperti mereka, bahkan kesenangan kita sama seperti yang mereka senangi dan rasa takut kita sama dengan yang mereka takuti. Asbab ini, kini sulit dibedakan mana orang yang beriman dan mana yang bukan.
Musuh-musuh Allah ini juga melakukan dakwah agar kehidupan mereka wujud dalam kehidupan kita. Kini jika dakwah yang Haq tidak ditegakkan, maka dakwah yang bathil akan masuk. Hari ini karena kita telah hanyut dalam kehidupan orang-orang yang tidak beriman sehingga kita tidak kenal siapa diri kita lagi, seperti anak harimau tadi. Dari kehidupan dan pola fikir kita telah berubah, tidak ada bedanya dengan yang tidak punya Iman. Hari ini di pasar ketika adzan dikumandangkan yang tidak kenal Allah tetap sibuk dipasar dan yang kenal Allah juga tetap sibuk dipasar, tidak ada bedanya. Inilah pentingnya kerja Dakwah dilakukan.
Ilmu ini bukanlah pengetahuan saja tetapi juga sebagai pengenal. Beda antara mengetahui dan Mengenal. Orang bisa tau siapa itu presiden Indonesia, tetapi tidak semuanya kenal pada presiden itu. Ilmu itu adalah mengenal siapa Rabb kita, bukan hanya sekedar tahu. Ada mentri lewat kita tidak tahu, ini baru namanya kebodohan. Kebodohan terbesar adalah ketika kita tidak mengenal Rabb kita, tidak kenal siapa itu Allah. Dakwah itu adalah untuk mengenal Allah. Sedangkan seluruh yang Allah mau dan Allah sukai ada pada diri Nabi SAW. Penting kita kenalkan hidup kita dan kita kesankan hidup kita terhadap kehidupan Nabi Muhammad SAW. Wujudkan dan kesankan sunnah dalam kehidupan kita baru agama akan wujud. Dengan dakwah, keyakinan akan terbentuk. Jika kita bicara kebendaan dan mahluk terus menerus, maka kehidupan kita akan bergantung kepada mahluk dan kebendaan. Benda A hasilkan benda B. Benda B lahirkan benda C. Benda C dapat membeli benda D, dan seterusnya. Sehingga makhluk wujud dalam hati. Pembicaraan yang kita lakukan dapat mengubah dan membentuk keyakinan di dalam hati. Kesan yang kita dapat dari pembicaraan kita akan membentuk Iman. Jika kita selalu membicarakan mahluk dan kebendaan, maka hati ini akan condong dan bergantung kepada kebendaan yang kita bicarakan. Jika kita bicarakan dan dakwahkan kebesaran Allah, maka yakin kepada Allah akan terbentuk. Sebagaimana kita dakwahkan benda, maka yakin terhadap benda akan terbentuk.
Nabi Musa AS ketika ke bukit Thur untuk menerima wahyu dari Allah, murid-murid Musa AS tidak buat Dakwah. Sehingga dengan sedikit Dakwah Samiri Laknatullah Alaih, keyakinan umat langsung berubah menjadi penyembah sapi. Padahal ketika itu mereka baru melihat kebesaran Allah. Jika dakwah kepada Allah tidak ada maka dakwah kepada selain Allah akan masuk. Sibukkan diri kita dalam amal, jangan biarkan diri kita menganggur dari amal. Maulana Yusuf Rah.A berkata, “Jika kita lalai dari amal atau ingat kepada Allah, maka pintu-pintu maksiat akan terbuka untuk kita.” Setan selalu menunggu waktu yang kosong dari amal untuk menyerang. Waktu yang kosong dengan amal merupakan peluang buat syetan. Jangan sampai lalai dan lengah dari amal dan mengingat Allah, sibukkan diri kita dalam amal-amal agama. Iman dan Amal ini adalah benteng kita dari serangan setan, sedangkan Dakwah dan Do’a adalah senjata kita melawan setan. Jika Dakwah berhenti maka masalah-masalah akan datang, dan Adzab akan turun menimpa bukan hanya menimpa orang jahat tetapi seluruh manusia baik yang sholeh maupun yang salah. Jika Dakwah tegak maka tombak-tombak kebathilan akan hancur, dan kebaikan akan tersebar. Ketika Nabi SAW meninggal, pengiriman rombongan Khuruj Fissabillillah terhenti, dan Dakwah juga sempat terhenti, maka masalah langsung berdatangan :
1. Nabi-nabi palsu bermunculan
2. Orang-orang banyak yang Murtad
3. Orang-orang mulai tidak mau membayar zakat.
4. Musuh-musuh Islam dalam keadaan siap menyerang.
Ketika itu Khalifah terpilih, Abu Bakar RA, langsung mengambil langkah-langkah cepat :
1. Segera mengirim rombongan khuruj fissabillillah yang tertunda.
2. Berantas nabi-nabi palsu dan orang-orang yang tidak mau bayar zakat
3. Hidupkan Dakwah kembali
Setelah langkah-langkah ini di antisipasi baru masalah selesai. Abu Bakar RA menyelesaikan masalah dengan 2 Prinsip :
1. Prinsip Takwa Saya tidak rela agama / amal berkurang walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat leher domba hewan korban.
2. Prinsip Tawakkul Mengeluarkan seluruh laki-laki untuk keluar di jalan Allah, padahal para istri nabi tidak ada yang menjaga dari binatang buas dan musuh yang akan menyerang ke Mekkah. Disini Abu Bakar ditempatkan pada dua pilihan antara istri nabi dan perintah Allah. Abu Bakar lebih memilih menjaga perintah Allah. Tawakkal dengan mendahulukan perintah Allah di atas segala-galanya.
Natijah atau hasil dari kebijakan Abu Bakar ini adalah terselesaikannya segala masalah. Nabi Palsu dapat ditumpas, Amal agama meningkat, orang mulai bayar zakat lagi, agama kembali tersebar, orang romawi yang mau menyerang membatalkan penyerangannya karena takut. Hidupkan Dakwah lagi dan keluarkan rombongan di jalan Allah baru masalah akan selesai.
Hari ini orang beriman selalu berkelahi dengan keadaan dan suasana yang bertentangan dengan hati. Tanpa dakwah maka tidak ada pembinaan Iman. Jika tidak ada pembinaan Iman maka suatu saat Iman kita akan rusak dan hancur. Dakwah ini adalah alat untuk bertarung dengan suasana dan keadaan. Bila Dakwah dikerjakan, maka ketika kita dihadapkan pada keadaan dan suasana yang akan kita ingat adalah Allah. Jika dakwah tidak di hidupkan maka ketika keadaan dan suasana datang maka kita akan lalai dari Allah, terkesan pada keadaan, lalu lari kepada mahluk.
Perbanyak dakwah yakin kepada Allah. Maka jika yakin terbentuk setiap ada masalah akan lari kepada Allah. Kini manusia karena yakin belum terbentuk maka jika ada masalah larinya kepada siapa? Jawabnya lari kepada mahluk atau selain Allah. Jika kita tidak bicara tentang Allah , maka kita akan bicara tentang selain Allah, tentang kebathilan, tentang benda dunia, makhluk. Sehingga ini semua wujud dalam diri kita. Manusia selalu meyakini jaminan-jaminan dari benda-benda karena kenal terhadap benda-benda itu. Tetapi kita tidak yakin terhadap jaminan Allah. Mau yakin dan kenal Dakwah. Dakwah benda maka yakin dan kenal alan benda. Dakwah Allah yakin dan kenal Allah. Hanya dengan keyakinan yang benar. Hanya dengan keyakinan ayng benar kita bisa hadapi keadaan dan suasana sahabat bicara tentang yakin kepada Allah sehingga sahabat baru masuk Islam dapat menghalau api / lava balik ke gunung.
Sahabat yakinnya sudah benar, maka ketika ia datang bertemu Raja Persia tidak ada rasa takut dan tidak kesan dengan keadaan. Sahabat tidak menginginkan benda apapun ketika datang menhadap Raja Persia hanya ingin meyampaikan, “ Saya diutus Allah dan NabiNya untuk mengajak kamu kepada Islam”. Inilah keyakinan para sahabat. Penting kita ikuti jejak mereka, dan melatih diri kita untuk dapat menjadi seperti mereka.
Prof. Muhammad Khan, Dari Nizamuddin, India, Musyawarah Indonesia, Mesjid Jami Kebun Jeruk, 3 Agustus 2002
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar